Agama: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k minor cosmetic change
Tag: VisualEditor menghilangkan referensi [ * ]
Baris 34:
=== Definisi menurut beberapa ahli ===
* Di Indonesia, istilah agama digunakan untuk menyebut enam agama yang diakui resmi oleh negara, seperti [[Islam]], [[Katolik]], [[Protestan]], [[Hindu]], [[Budhisme]], dan [[Agama Khonghucu|Khonghuchu]]. Sedangkan semua sistem keyakinan yang tidak atau belum diakui secara resmi disebut “religi”.<ref name="koen">Koentjaraningrat. 1974. "''Kebudayaan, Mentalitet dan Pembangunan''", pp. 137-142. Jakarta: Gramedia.</ref>
 
*====== Agama sebagai seperangkat aturan dan peraturan yang mengatur hubungan manusia dengan dunia gaib, khususnya dengan Tuhannya, mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya, dan mengatur hubungan manusia dengan lingkungannya. Secara khusus, agama didefinisikan sebagai suatu sistem keyakinan yang dianut dan tindakan-tindakan yang diwujudkan oleh suatu kelompok atau masyarakat dalam menginterpretasi dan memberi tanggapan terhadap apa yang dirasakan dan diyakini sebagai yang gaib dan suci. Bagi para penganutnya, agama berisikan ajaran-ajaran mengenai kebenaran tertinggi dan mutlak tentang eksistensi manusia dan petunjuk-petunjuk untuk hidup selamat di dunia dan di akhirat. Karena itu pula agama dapat menjadi bagian dan inti dari sistem-sistem nilai yang ada dalam kebudayaan dari masyarakat yang bersangkutan, dan menjadi pendorong serta pengontrol bagi tindakan-tindakan para anggota masyarakat tersebut untuk tetap berjalan sesuai dengan nilai-nilai kebudayaan dan ajaran-ajaran agamanya.<ref>Parsudi Suparlan dalam Robertson, Roland (ed). 1988. "''Agama: Dalam Analisis dan Interpretasi Sosiologis''", pp. v-xvi. Jakarta: CV Rajawali.</ref> ======
 
== Jenis agama ==
[[Berkas:Prevailing world religions map.png|thumb|450px|Peta tentang persebaran dan populasi agama di dunia]]
 
=== Definisi menurut beberapa ahli ===
==== Kategori ====
* Di Indonesia, istilah agama digunakan untuk menyebut enam agama yang diakui resmi oleh negara, seperti Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budhisme, dan Khonghuchu. Sedangkan semua sistem keyakinan yang tidak atau belum diakui secara resmi disebut “religi”.<sup>[18]</sup>
Beberapa ahli mengklasifikasikan agama baik sebagai agama universal yang mencari penerimaan di seluruh dunia dan secara aktif mencari anggota baru, atau agama etnis yang diidentifikasi dengan kelompok etnis tertentu dan tidak mencari orang baru untuk bertobat pada agamanya.<ref name="Hinnells">{{Cite book|title=The Routledge companion to the study of religion|last=Hinnells|first=John R.|year=2005|publisher=Routledge|isbn=0-415-33311-3|pages=439–440|url=http://books.google.com/?id=IGspjXKxIf8C|accessdate=2009-09-17}}</ref> Yang lain-lain menolak perbedaan, menunjukkan bahwa semua praktik agama, apa pun asal filosofis mereka, adalah etnis karena mereka berasal dari suatu budaya tertentu.<ref>Timothy Fitzgerald. ''The Ideology of Religious Studies''. New York: Oxford University Press USA, 2000.</ref><ref>Craig R. Prentiss. ''Religion and the Creation of Race and Ethnicity''. New York: NYU Press, 2003. ISBN 0-8147-6701-X</ref><ref>Tomoko Masuzawa. ''The Invention of World Religions, or, How European Universalism Was Preserved in the Language of Pluralism''. Chicago: University of Chicago Press, 2005. ISBN 0-226-50988-5</ref>
* Agama sebagai seperangkat aturan dan peraturan yang mengatur hubungan manusia dengan dunia gaib, khususnya dengan Tuhannya, mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya, dan mengatur hubungan manusia dengan lingkungannya. Secara khusus, agama didefinisikan sebagai suatu sistem keyakinan yang dianut dan tindakan-tindakan yang diwujudkan oleh suatu kelompok atau masyarakat dalam menginterpretasi dan memberi tanggapan terhadap apa yang dirasakan dan diyakini sebagai yang gaib dan suci. Bagi para penganutnya, agama berisikan ajaran-ajaran mengenai kebenaran tertinggi dan mutlak tentang eksistensi manusia dan petunjuk-petunjuk untuk hidup selamat di dunia dan di akhirat. Karena itu pula agama dapat menjadi bagian dan inti dari sistem-sistem nilai yang ada dalam kebudayaan dari masyarakat yang bersangkutan, dan menjadi pendorong serta pengontrol bagi tindakan-tindakan para anggota masyarakat tersebut untuk tetap berjalan sesuai dengan nilai-nilai kebudayaan dan ajaran-ajaran agamanya.<sup>[19]</sup>
 
== Jenis agama ==
Pada abad ke-19 dan ke-20, praktik akademik perbandingan agama membagi keyakinan agama ke dalam kategori yang didefinisikan secara filosofis disebut "agama-agama dunia". Namun, beberapa sarjana baru-baru ini telah menyatakan bahwa tidak semua jenis agama yang harus dipisahkan oleh filosofi yang saling eksklusif, dan selanjutnya bahwa kegunaan menganggap praktik ke filsafat tertentu, atau bahkan menyebut praktik keagamaan tertentu, ketimbang budaya, politik, atau sosial di alam, yang terbatas.<ref name="pennington">Brian Kemble Pennington ''Was Hinduism Invented?'' New York: Oxford University Press US, 2005. ISBN 0-19-516655-8</ref><ref>Russell T. McCutcheon. ''Critics Not Caretakers: Redescribing the Public Study of Religion''. Albany: SUNY Press, 2001.</ref><ref>Nicholas Lash. ''The beginning and the end of 'religion'.'' Cambridge University Press, 1996. ISBN 0-521-56635-5</ref> Keadaan saat studi psikologis tentang sifat religiusitas menunjukkan bahwa lebih baik untuk merujuk kepada agama sebagai sebagian besar fenomena invarian yang harus dibedakan dari norma-norma budaya ( yaitu " agama " )<ref>Joseph Bulbulia. "Are There Any Religions? An Evolutionary Explanation." ''Method & Theory in the Study of Religion'' 17.2 (2005), pp.71-100</ref>.
Peta tentang persebaran dan populasi agama di dunia
 
==== Kategori ====
Beberapa ahli mengklasifikasikan agama baik sebagai agama universal yang mencari penerimaan di seluruh dunia dan secara aktif mencari anggota baru, atau agama etnis yang diidentifikasi dengan kelompok etnis tertentu dan tidak mencari orang baru untuk bertobat pada agamanya.<sup>[20]</sup> Yang lain-lain menolak perbedaan, menunjukkan bahwa semua praktik agama, apa pun asal filosofis mereka, adalah etnis karena mereka berasal dari suatu budaya tertentu.<sup>[21][22][23]</sup>
 
Pada abad ke-19 dan ke-20, praktik akademik perbandingan agama membagi keyakinan agama ke dalam kategori yang didefinisikan secara filosofis disebut "agama-agama dunia". Namun, beberapa sarjana baru-baru ini telah menyatakan bahwa tidak semua jenis agama yang harus dipisahkan oleh filosofi yang saling eksklusif, dan selanjutnya bahwa kegunaan menganggap praktik ke filsafat tertentu, atau bahkan menyebut praktik keagamaan tertentu, ketimbang budaya, politik, atau sosial di alam, yang terbatas.<ref name="pennington"sup>Brian Kemble Pennington ''Was Hinduism Invented?'' New York: Oxford University Press US, 2005. ISBN 0-19-516655-8</ref><ref>Russell T. McCutcheon. ''Critics Not Caretakers: Redescribing the Public Study of Religion''. Albany: SUNY Press, 2001.</ref><ref>Nicholas Lash. ''The beginning and the end of 'religion'.'' Cambridge University Press, 1996. ISBN 0-521-56635-5[24][25][26]</refsup> Keadaan saat studi psikologis tentang sifat religiusitas menunjukkan bahwa lebih baik untuk merujuk kepada agama sebagai sebagian besar fenomena invarian yang harus dibedakan dari norma-norma budaya ( yaitu " agama " )<refsup>Joseph Bulbulia. "Are There Any Religions? An Evolutionary Explanation." ''Method & Theory in the Study of Religion'' 17.2 (2005), pp.71-100[27]</refsup>.
Beberapa akademisi mempelajari subjek telah membagi agama menjadi tiga kategori :
 
Beberapa akademisi mempelajari subjek telah membagi agama menjadi tiga kategori  :
# agama-agama dunia, sebuah istilah yang mengacu pada yang transkultural, agama internasional;
# agama pribumi, yang mengacu pada yang lebih kecil, budaya-tertentu atau kelompok agama-negara tertentu, dan
# gerakan-gerakan keagamaan baru, yang mengacu pada agama baru ini dikembangkan.<refsup>Harvey, Graham (2000). ''Indigenous Religions: A Companion''. (Ed: Graham Harvey). London and New York: Cassell. Page 06.[28]</refsup>
 
=== Kerjasama antar agama ===
Karena agama tetap diakui dalam pemikiran Barat sebagai dorongan universal, banyak praktisi agama bertujuan untuk bersatu dalam dialog antaragama, kerja sama, dan perdamaian agama. Dialog utama yang pertama adalah Parlemen Agama-agama Dunia pada 1893 Chicago World Fair, yang tetap penting bahkan saat ini baik dalam menegaskan " nilai-nilai universal " dan pengakuan keanekaragaman praktik antar budaya yang berbeda. Abad ke-20 terutama telah bermanfaat dalam penggunaan dialog antar agama sebagai cara untuk memecahkan konflik etnis, politik, atau bahkan agama, dengan rekonsiliasi Kristen-Yahudi mewakili reverse lengkap dalam sikap banyak komunitas Kristen terhadap orang Yahudi.
 
Inisiatif antaragama terbaru termasuk " A Common Word ", diluncurkan pada tahun 2007 dan difokuskan pada membawa para pemimpin Muslim dan Kristen bersama-sama bersatu,<refsup>[http://acommonword.com/ A Common Word29]</refsup> yang "C1 World Dialogue",<refsup>[http://www.c1worlddialogue.com/ C1 World Dialogue30]</refsup> yang " Common Ground " inisiatif antara Islam dan Buddhisme,<refsup>[http://islambuddhism.com/ Islam and Buddhism Common Ground31]</refsup> dan PBB disponsori " World Interfaith Harmony Week ".<refsup>[http://worldinterfaithharmonyweek.com/ World Interfaith Harmony Week32]</ref><ref>[http://worldinterfaithharmonyweek.com/world-interfaith-harmony-week-resolution/ UN resolution33]</refsup>
 
== Cara Beragama ==
Baris 80 ⟶ 87:
* Pedoman rekreasi dan hiburan
* Memberikan identitas kepada manusia sebagai umat dari suatu agama.
 
*
 
== Agama di Indonesia ==