Barongsai: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Okkisafire (bicara | kontrib) Membalikkan revisi 9739664 oleh 139.0.4.66 (bicara) |
Rachmat-bot (bicara | kontrib) k tidy up, replaced: kaos → kaus |
||
Baris 21:
== Tarian dan gerakan ==
Tarian [[Singa]] terdiri dari dua jenis utama yakni Singa Utara yang memiliki surai ikal dan berkaki empat. Penampilan Singa Utara kelihatan lebih natural dan mirip singa ketimbang Singa Selatan yang memiliki sisik serta jumlah kaki yang bervariasi antara dua atau empat. Kepala Singa Selatan dilengkapi dengan tanduk sehingga kadangkala mirip dengan binatang ‘Kilin’.
Gerakan antara Singa Utara dan Singa Selatan juga berbeda. Bila Singa Selatan terkenal dengan gerakan kepalanya yang keras dan melonjak-lonjak seiring dengan tabuhan [[gong]] dan [[tambur]], gerakan Singa Utara cenderung lebih lincah dan penuh dinamika karena memiliki empat kaki.
Satu gerakan utama dari tarian Barongsai adalah gerakan singa memakan amplop berisi uang yang disebut dengan istilah ‘Lay See’. Di atas amplop tersebut biasanya ditempeli dengan sayuran selada air yang melambangkan hadiah bagi sang Singa. Proses memakan ‘Lay See’ ini berlangsung sekitar separuh bagian dari seluruh tarian Singa<ref name="Barongsai
== Barongsai di Indonesia ==
Baris 31:
Kesenian barongsai diperkirakan masuk di Indonesia pada abad-17, ketika terjadi migrasi besar dari Tiongkok Selatan<ref name=Barongsai2>{{cite web|title = Kapan Lagi.Com | work = Swipa | url = http://www.kapanlagi.com/a/0000004016.html | accessdate = 13-4-2007}}</ref>.
Barongsai di [[Indonesia]] mengalami masa maraknya ketika zaman masih adanya perkumpulan Tiong Hoa Hwe Koan. Setiap perkumpulan Tiong Hoa Hwe Koan di berbagai daerah di Indonesia hampir dipastikan memiliki sebuah perkumpulan barongsai. Perkembangan barongsai kemudian berhenti pada tahun 1965 setelah meletusnya Gerakan 30 S/PKI. Karena situasi [[politik]] pada waktu itu, segala macam bentuk kebudayaan Tionghoa di Indonesia dibungkam. Barongsai dimusnahkan dan tidak boleh dimainkan lagi. Perubahan situasi politik yang terjadi di Indonesia setelah tahun 1998 membangkitkan kembali kesenian barongsai dan kebudayaan [[Tionghoa]] lainnya. Banyak perkumpulan barongsai kembali bermunculan. Berbeda dengan zaman dahulu, sekarang tak hanya kaum muda Tionghoa yang memainkan barongsai, tetapi banyak pula kaum muda pribumi Indonesia yang ikut serta<ref name="Barongsai
Pada zaman pemerintahan Soeharto, barongsai sempat tidak diijinkan untuk dimainkan. Satu-satunya tempat di Indonesia yang bisa menampilkan barongsai secara besar-besaran adalah di kota Semarang, tepatnya di panggung besar kelenteng Sam Poo Kong atau dikenal juga dengan Kelenteng Gedong Batu. Setiap tahun, pada tanggal 29-30 bulan enam menurut penanggalan Tiong Hoa ([[Tahun Baru Imlek|Imlek]]), barongsai dari keenam perguruan di Semarang, dipentaskan. Keenam perguruan tersebut adalah:
# Sam Poo Tong, dengan seragam putih-jingga-hitam (
# Hoo Hap Hwee dengan seragam putih-hitam
# Djien Gie Tong (Budi Luhur) dengan seragam kuning-merah-hitam
Baris 49:
Untuk [[Purwokerto]] ada beberapa perkumpulan kesenian barongsai yang telah terbentuk dan berjalan seperti [[Chin Lung Dhuan]] - [[Purwokerto]], [[Lung Se Tuan]] - [[Purwokerto]], [[Yi Lung Dhuan]] - [[Purwokerto]]
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa kesenian atau seni ketrampilan dalam permainan
Dalam melakukan permainan
Dalam perkembangan sekarang ini
==Galeri==
|