Stasiun Ngabean: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Mengganti NBN_06.JPG dengan Stasiun_Ngabean_06.jpg
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 20:
Stasiun ini dibangun mulai tahun [[1895]] dan selesai pada [[1912]]-[[1919]] sebagai pengembangan jalur kereta api lintas Yogyakarta-Sewugalur.<ref name="bpcb">[http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbyogyakarta/2013/08/22/sejarah-jalur-trem-yogyakarta-brosot-1895-1976/ BPCB Yogyakarta, Kemendikbud: Sejarah Jalur Trem Yogyakarta-Brosot]</ref> Stasiun ini dulu ditutup sejak tahun [[1973]] karena [[jalan raya]] diperlebar dan mobil makin banyak. Stasiun ini dicat ulang menjadi warna biru cerah beberapa tahun yang lalu. Di sekitar situ masih ada bekas-bekas rel dan sinyal.
 
Stasiun ini dahulu mempunyai jalur cabang menuju [[Pundong, Bantul]]. Jalur ini unik karena jalur ini merupakan salah satu dari berberapa jalur KA di Indonesia yang dahulu memakai gauge 1.435 mm. Sayangnya jalur ini dibongkar oleh Pemerintah [[Jepang]] selama 3 tahun pendudukan Jepang untuk dipakai membangun [[Jalur kereta api Saketi-Bayah|jalur KA romusha]] antara [[Saketi, Pandeglang|Saketi]]-[[Bayah, Lebak|Bayah]].
 
Saat ini, kompleks stasiun Ngabean menjadi "terminal" bagi [[bus]] [[bus pariwisata|pariwisata]] yang hendak mengantar rombongan ke [[Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat|Kraton Jogja]]. Persinyalan kereta api masih berupa tipe "''Alkmaar''" yang sampai sekarang masih dapat kita lihat, antara lain di halaman Kantor Camat Ngampilan dan di pinggir Jalan Letjend Soeprapto. Kini, bangunan stasiun yang bercat biru ini menjadi kantor sekretariat Forum Komunikasi Kawasan Ngabean (FKKN) Yogyakarta.