Wanita Angkatan Udara Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k +perbaiki; perubahan kosmetik
Rachmat-bot (bicara | kontrib)
k tidy up, removed underlinked tag, added orphan tag
Baris 1:
{{Orphan|date=April 2016}}
 
{{tanpa_referensi}}
{{wikify}}
 
[[Berkas:375 wara 001.jpg|thumb|Foto seorang Wara]] '''Wanita Angkatan Udara Indonesia''' (sering disingkat Wara) adalah sebutan untuk prajurit [[TNI-AU]] wanita. Wara dibentuk agar kaum wanita dapat menjadi anggota [[TNI-AU]] seperti kaum pria. Wara dibentuk pada tanggal [[12 Agustus]] [[1962]]. Kini, banayak sekali anggota Wara yang berpangkat [[Marsekal Pertama TNI]].
 
== Sejarah ==
Baris 8 ⟶ 9:
=== Latar belakang pembentukan ===
 
Dulu, di awal pembentukannya [[12 Agustus]] [[1963]], [[Wanita]] [[TNI Angkatan Udara]] (Wara) memang merupakan realisasi emansipasi [[wanita]]. Mereka ingin sama seperti pria, termasuk menjadi anggota [[militer]] [[Angkatan Udara]]. Kala itu, para sarjana, sarjana muda serta lulusan B-1 wanita, menembus kebiasaan dengan menjadi anggota [[TNI Angkatan Udara]]. Kepercayaan pertama diberikan kepada mereka adalah yang sesuai naluri dan kodrat kewanitaan, ditugasi bidang [[administrasi]], [[guru]] bahasa, [[Dokter|dokterdandokter]]dan satu dua di bidang [[hukum]].
 
Setelah berjalan beberapa tahun, ``tangan-tangan halus`` itu ternyata mampu menunjukan kemampuan yang lebih. Tugas-tugas yang berkaitan dengan [[penerbangan]] mulai dimasuki. Mereka ikut mengatur penerbangan melalui menara pengawas lalu lintas udara (tower). Sejak saat itu Wara terus berkembang, tidak canggung lagi melakukan tugas yang biasanya dilakukan oleh [[tentara]] [[pria]].
 
Tahun [[1982]], keadaan sudah sangat berbeda. Wara bukan hanya sebagai pengatur penerbangan, tetapi lebih dari itu mereka bahkan menjadi orang yang mendengarkan suara-suara petugas tower dari kokpit pesawat udara, sebagai penerbang. Mulanya dua orang saja yang mengawali pegang kemudi [[pesawat terbang]], Hermuntarsih dan Sulastri Baso. Setelah terbukti kemampuannya, jumlah dua orang itu ditambah lima lagi, Inana, Veronika, Ratih, Sumartini dan endrika. Tugas menerbangkan pesawat militer membuktikan bahwa Wara tidak kalah berani dari militer pria. Diberinya tugas-tugas lain yang lebih menakutkan. Kali ini melompat dari [[pesawat terbang]], sebagai peterjun bebas (free fall). Ternyata prestasi Wara di penerjunan pun menakjubkan. Tim terjun payung Wara yang diberi nama oleh masyarakat sebagai Pink Force, berhasil memecahkan rekor penerjunan beregu maupun perorangan dalam arena [[Pekan Olahraga Nasional]] (PON). Kejuaraan tingkat dunia terjun payung pun pernah diikuti peterjun-peterjun Wara, satu di antaranya adalah Kejuaraan Dunia untuk ketepatan mendarat, di [[Senayan]], [[1991]].
 
Di cabang olahraga udara terbang layang, mereka pun berkiprah. Dalam [[PON XV]] di [[Jawa Timur]], [[Juni]] tahun [[2000]], penerbang-penerbang layang Wara ikut ambil bagian dan bahkan menjadi juara. Medali-medali [[emas]], [[perak]] dan [[perunggu]] berhasil disumbangkan atlit-atlit Wara melalui cabang terbang layang dalam PON-PON sebelumnya, merupakan bukti bahwa mereka memang patut disegani.
 
Pada tahun [[1977]], Wara mengukir sejarahnya dengan tambahan prestasi. Kalau sebelum ini angkernya petugas Provost [[TNI AU]], penjaga gerbang-gerbang pangkalan udara, hanya didapati [[polisi militer]] yang berkumis, maka kini bisa ditemui Provost [[TNI AU]] yang memakai [[rok]]. Meskipun mereka wanita, namun seragam [[Polisipolisi militer|polisi militernya]]nya tetap mencerminkan tingkat [[disiplin]] yang tinggi.
 
Sisi lain kemampuan Wara sebagai [[militer]] [[wanita]], adalah di bidang perbaikan [[pesawat terbang]]. Wanita yang ber[[seragam]] [[biru]] muda dan [[biru]] tua itu memasuki skadron-skadron [[teknik]] untuk melakukan tugas-tugas perbaikan [[pesawat terbang]], di mana sebelumnya hanya dilakukan oleh teknisi pria. Berbaju werkpack dan bergelut dengan [[oli]], memang tidak banyak orang berminat ke sana, tetapi Wara ada di sana.
Baris 22 ⟶ 23:
=== Teknisi Pesawat Terbang ===
 
Tujuh [[penerbang]] Wara, rata-rata sudah 18 tahun menggeluti [[Penerbangan|penerbang]]. Dari dua kali pendidikan penerbang militer wanita, dua orang yang senior, Sulastri Baso dan Hermuntarsih, sudah mencapai pangkat [[etnan Kolonel]] [[Penerbang]]. Lima yang lain, umumnya berpangkat [[Kapten]] [[Penerbang]] kecuali yang mengundurkan diri lebih awal dari Wara, Sumartini dan Hendrika Aries. Namun, kedua wanita itu pun masih menggeluti penerbangan di luar [[TNI AU]] sebagai [[pilot]] [[sipil]], seperti halnya Sumartini yang menerbangkan Pesawat Angkut Transall, buatan [[Perancis]], milik PT. Manunggal Air.
 
Sementara yang tetap di [[TNI AU]], semua sudah memasuki staf baik di Markas Besar maupun di markas-markas satuan daerah. [[Kapten]] [[Penerbang]] Inana Musailimah misalnya, orang yang berhasil menyandang captain pilot pada Pesawat [[Casa 212]], kini ditugaskan di staf pengasuh pada [[Akademi Angkatan Udara]] (AAU), [[Yogyakarta]], yang menurut rencana tahun depan akan menerima taruna wanita.