Diponegoro: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Wagino Bot (bicara | kontrib) k minor cosmetic change |
Rachmat-bot (bicara | kontrib) k tidy up |
||
Baris 54:
* [[20 Februari]] [[1830]] Pangeran Diponegoro dan Kolonel Cleerens bertemu di Remo Kamal, [[Bagelen, Purworejo|Bagelen]] (sekarang masuk wilayah [[Kabupaten Purworejo]]). Cleerens mengusulkan agar Kangjeng Pangeran dan pengikutnya berdiam dulu di [[Menoreh]] sambil menunggu kedatangan Letnan Gubernur [[Jenderal Markus de Kock]] dari Batavia.
* [[28 Maret]] [[1830]] Dipanegara menemui [[Jenderal de Kock]] di [[Magelang]]. De Kock memaksa mengadakan perundingan dan mendesak Dipanegara agar menghentikan perang. Permintaan itu ditolak Dipanegara. Tetapi Belanda telah menyiapkan penyergapan dengan teliti. Hari itu juga Dipanegara ditangkap dan diasingkan ke [[Ungaran]], kemudian dibawa ke Gedung [[Karesidenan]] [[Semarang]], dan langsung ke [[Batavia]] menggunakan kapal ''Pollux'' pada [[5 April]].
* [[11 April]] [[1830]] sampai di Batavia dan ditawan di ''Stadhuis'' (sekarang gedung [[Museum Fatahillah]]). Sambil menunggu keputusan penyelesaian dari Gubernur Jenderal [[Van den Bosch]].
* [[30 April]] [[1830]] keputusan pun keluar. Pangeran Dipanegara, Raden Ayu Retnaningsih, Tumenggung Dipasana dan istri, serta para pengikut lainnya seperti Mertaleksana, Banteng Wereng, dan Nyai Sotaruna akan dibuang ke Manado.
* [[3 Mei]] [[1830]] Dipanegara dan rombongan diberangkatkan dengan kapal ''Pollux'' ke [[Manado]] dan ditawan di [[benteng Amsterdam]].
* [[1834]] dipindahkan ke [[benteng Rotterdam]] di [[Makassar]], [[Sulawesi Selatan]].
* [[8 Januari]] [[1855]] Dipanegara wafat dan dimakamkan di [[Makassar]], tepatnya di Jalan Diponegoro, Kelurahan Melayu, Kecamatan Wajo, sekitar empat kilometer sebelah utara pusat Kota Makassar.
|