Keris: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Cakkavatti (bicara | kontrib)
Rachmat-bot (bicara | kontrib)
k cosmetic changes, replaced: dimana → di mana, Asal-usul → Asal usul, kokoh → kukuh
Baris 10:
 
== Asal-usul dan fungsi ==
Asal- usul keris belum sepenuhnya terjelaskan karena tidak ada sumber tertulis yang deskriptif mengenainya dari masa sebelum abad ke-15, meskipun penyebutan istilah "keris" telah tercantum pada [[prasasti]] dari abad ke-9 Masehi. Kajian ilmiah perkembangan bentuk keris kebanyakan didasarkan pada analisis figur di [[relief]] [[candi]] atau [[patung]]. Sementara itu, pengetahuan mengenai fungsi keris dapat dilacak dari beberapa [[prasasti]] dan laporan-laporan penjelajah asing ke Nusantara.
 
=== Awal mula: Pengaruh India-Tiongkok ===
Baris 73:
Keris sebagai elemen persembahan sebagaimana dinyatakan oleh prasasti-prasasti dari milenium pertama menunjukkan keris sebagai bagian dari persembahan. Pada masa kini, keris juga masih menjadi bagian dari sesajian. Lebih jauh, keris juga digunakan dalam ritual/upacara mistik atau paranormal. Keris untuk penggunaan semacam ini memiliki bentuk berbeda, dengan ''pesi'' menjadi hulu keris, sehingga hulu menyatu dengan bilah keris. Keris semacam ini dikenal sebagai keris sesajian atau "keris majapahit" (tidak sama dengan keris tangguh Majapahit)!.
 
Pemaparan-pemaparan asing menunjukkan fungsi keris sebagai senjata di kalangan awam Majapahit. Keris sebagai senjata memiliki bilah yang kokohkukuh, keras, tetapi ringan. Berbagai legenda dari periode [[Kesultanan Demak|Demak]]–[[Kesultanan Mataram|Mataram]] mengenal beberapa keris senjata yang terkenal, misalnya [[Keris Pusaka Nagasasra Sabuk Inten|keris Nagasasra Sabukinten]].
 
Laporan Perancis dari abad ke-16 telah menceritakan peran keris sebagai simbol kebesaran para pemimpin Sumatera (khususnya [[Kesultanan Aceh]])<ref>[http://old.blades.free.fr/keris/introduction/origin/recits.htm Recits de Voyages du XVI et XVIIème siècle]. Laman Old Blades: Malay World Edged Weapons.</ref>. [[Godinho de Heredia]] dari Portugal menuliskan dalam jurnalnya dari tahun 1613 bahwa orang-orang Melayu penghuni Semenanjung ("Hujung Tanah") telah memberikan racun pada bilah keris dan menghiasi sarung dan hulu keris dengan batu [[permata]]<ref>[http://old.blades.free.fr/keris/introduction/origin/godinho.htm The Malay armed forces in: 'Description of Malaca', from Godinho de Eredia (1613)]. Laman Old Blades: Malay World Edged Wapons. "Description of Malaca" dirilis ulang oleh ''The Malaysian Branch of the Royal Asiatic Society'', Cetakan 14, 1997.</ref>.
Baris 156:
Pada pangkal wilahan terdapat '''pesi''' , yang merupakan ujung bawah sebilah keris atau tangkai keris. Bagian inilah yang masuk ke pegangan keris ( ukiran) . Pesi ini panjangnya antara 5&nbsp;cm sampai 7&nbsp;cm, dengan penampang sekitar 5&nbsp;mm sampai 10&nbsp;mm, bentuknya bulat panjang seperti pensil. Di daerah Jawa Timur disebut ''paksi'', di Riau disebut ''puting'', sedangkan untuk daerah Serawak, Brunei dan Malaysia disebut ''punting''.
 
Pada pangkal (dasar keris) atau bagian bawah dari sebilah keris disebut '''ganja''' (untuk daerah semenanjung Melayu menyebutnya ''aring''). Di tengahnya terdapat lubang pesi (bulat) persis untuk memasukkan pesi, sehingga bagian wilah dan ganja tidak terpisahkan. Pengamat budaya [[tosan aji]] mengatakan bahwa kesatuan itu melambangkan kesatuan ''lingga'' dan ''yoni'', dimanadi mana [[ganja]] mewakili lambang yoni sedangkan pesi melambangkan lingganya. Ganja ini sepintas berbentuk cecak, bagian depannya disebut ''sirah cecak'', bagian lehernya disebut ''gulu meled'' , bagian perut disebut ''wetengan'' dan ekornya disebut ''sebit ron''. Ragam bentuk ganja ada bermacam-macam, ''wilut'' , ''dungkul'' , ''kelap lintah'' dan ''sebit rontal''.
 
'''Luk''', adalah bagian yang berkelok dari wilah-bilah keris, dan dilihat dari bentuknya keris dapat dibagi dua golongan besar, yaitu keris yang lurus dan keris yang bilahnya berkelok-kelok atau luk. Salah satu cara sederhana menghitung luk pada bilah , dimulai dari pangkal keris ke arah ujung keris, dihitung dari sisi cembung dan dilakukan pada kedua sisi seberang-menyeberang (kanan-kiri), maka bilangan terakhir adalah banyaknya luk pada wilah-bilah dan jumlahnya selalu ''gasal'' ( '''ganjil''') dan '''tidak pernah genap''', dan yang terkecil adalah luk tiga (3) dan terbanyak adalah luk tiga belas (13). Jika ada keris yang jumlah luk nya lebih dari tiga belas, biasanya disebut keris ''kalawija'', atau keris tidak lazim.