Jam Gadang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Rachmat-bot (bicara | kontrib)
k cosmetic changes, replaced: Hindia-Belanda → Hindia Belanda
Baris 30:
Jam Gadang memiliki denah dasar seluas 13 x 4 [[meter]]. Bagian dalam menara jam setinggi 26 meter ini terdiri dari beberapa tingkat, dengan tingkat teratas merupakan tempat penyimpanan [[bandul]]. Bandul tersebut sempat patah hingga harus diganti akibat [[Gempa bumi Sumatera Barat Maret 2007|gempa]] pada tahun [[2007]].
 
Terdapat 4 [[jam]] dengan [[diameter]] masing-masing 80  cm pada Jam Gadang. Jam tersebut didatangkan langsung dari [[Rotterdam]], [[Belanda]] melalui [[pelabuhan Teluk Bayur]] dan digerakkan secara mekanik oleh [[mesin]] yang hanya dibuat 2 unit di dunia, yaitu Jam Gadang itu sendiri dan [[Big Ben]] di [[London]], [[Inggris]]. Mesin jam dan permukaan jam terletak pada satu tingkat di bawah tingkat paling atas. Pada bagian lonceng tertera pabrik pembuat jam yaitu Vortmann Relinghausen. Vortman adalah nama belakang pembuat jam, Benhard Vortmann, sedangkan [[Recklinghausen (distrik)|Recklinghausen]] adalah nama kota di [[Jerman]] yang merupakan tempat diproduksinya mesin jam pada tahun 1892.
 
Jam Gadang dibangun tanpa menggunakan [[besi]] peyangga dan adukan [[semen]]. Campurannya hanya [[kapur]], [[putih telur]], dan pasir putih.<!--Keunikan dari Jam Gadang sendiri adalah pada kesalahan penulisan [[angka Romawi]] empat (IV) pada masing-masing jam yang tertulis "IIII". Kesalahan penulisan tersebut juga sering terjadi di belahan dunia, seperti angka 9 yang ditulis "VIIII" (seharusnya IX) ataupun angka 28 yang ditulis "XXIIX" (seharusnya XXVIII).<ref>www.indonesia.go.id [http://www.indonesia.go.id/id/index.php?option=com_content&task=view&id=3066&Itemid=1483 Jam Gadang].</ref><ref>www.wartanews.com [http://www.wartanews.com/read/LifeStyle/a975b249-5e5a-d4c9-aa57-6b982d7ced05/Misteri-Angka-4-Romawi-Jam-Gadang Misteri Angka Romawi Jam Gadang].</ref>-->
Baris 39:
Pembangunan Jam Gadang menghabiskan biaya sekitar 3.000 [[Gulden]], biaya yang tergolong fantastis untuk ukuran waktu itu. Sehingga sejak dibangun dan sejak diresmikannya, menara jam ini telah menjadi pusat perhatian setiap orang. Hal itu pula yang mengakibatkan Jam Gadang kemudian dijadikan sebagai penanda atau [[markah tanah]] dan juga titik nol Kota Bukittinggi.<ref>travel.kompas.com [http://travel.kompas.com/read/2009/03/19/07532046/jam.gadang.gengsi.kota.bukittinggi Jam Gadang Gengsi Kota Bukittinggi].</ref>
 
Sejak didirikan, menara jam ini telah mengalami tiga kali perubahan pada bentuk atapnya. Awal didirikan pada masa pemerintahan Hindia- Belanda, atap pada Jam Gadang berbentuk bulat dengan patung ayam jantan menghadap ke arah timur di atasnya. Kemudian pada masa [[Pendudukan Jepang di Indonesia|pendudukan Jepang]] diubah menjadi bentuk [[pagoda]]. Terakhir setelah [[Indonesia]] merdeka, atap pada Jam Gadang diubah menjadi bentuk gonjong atau atap pada rumah adat [[Minangkabau]], [[Rumah Gadang]].
 
Renovasi terakhir yang dilakukan pada Jam Gadang adalah pada tahun 2010 oleh Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) dengan dukungan pemerintah kota Bukittinggi dan Kedutaan Besar Belanda di [[Jakarta]]. Renovasi tersebut diresmikan tepat pada ulang tahun kota Bukittinggi yang ke-262 pada tanggal 22 Desember 2010.<ref>http://www.republika.co.id [http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/nusantara/10/12/23/153975-jam-gadang-selesai-diperbaiki Renovasi Jam Gadang].</ref>
 
== Galeri ==