Keanekaragaman hayati: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Wagino Bot (bicara | kontrib) k minor cosmetic change |
Rachmat-bot (bicara | kontrib) k cosmetic changes, replaced: resiko → risiko (2), Propinsi → Provinsi |
||
Baris 59:
Keanekaragaman hayati tidak merata, melainkan sangat bervariasi di seluruh dunia maupun di dalam daerah. Di antara faktor lain, keragaman makhluk hidup [[Biota|(biota)]] tergantung pada suhu, curah hujan, ketinggian, geografi [[tanah]] s, dan kehadiran spesies lainnya. Studi tentang distribusi spasial [[organisme]] s, [[spesies]], dan [[ekosistem]] s, adalah ilmu [[biogeografi]].
Keanekaragaman konsisten mengukur lebih tinggi di daerah [[Tropika|tropis]] dan di daerah lokal lain seperti Cape
Keanekaragaman hayati terestrial umumnya adalah sampai 25 kali lebih besar dari laut keanekaragaman hayati.<ref>{{cite journal | author = Benton M. J. | year = 2001 | title = Biodiversity on land and in the sea | journal = Geological Journal | volume = 36 | issue = 3–4| pages = 211–230 | doi = 10.1002/gj.877 }}</ref>
Baris 135:
Chivian E. Bernstein & A. (eds), 2008. ''Sustaining Life: Bagaimana Kesehatan Manusia Tergantung Keanekaragaman Hayati''</ref><ref>
Corvalan C. ''et al,'' 2005 ''Ekosistem dan Kesejahteraan Manusia: Sintesis Kesehatan..'' Sebuah laporan dari Millennium Ecosystem Assessment</ref> Masalah ini terkait erat dengan isu perubahan iklim,<ref>
(2009) "Perubahan Iklim dan Keanekaragaman Hayati" Konvensi Keanekaragaman Hayati Diperoleh November 5, 2009, Dari http://www.cbd.int/climate/</ref> karena banyak
Meningkatnya permintaan dan kurangnya air minum di planet ini merupakan tantangan tambahan bagi masa depan kesehatan manusia. Sebagian, masalahnya terletak pada keberhasilan pemasok air untuk meningkatkan pasokan, dan kegagalan kelompok mempromosikan pelestarian sumber daya air.<ref>Air dan Pembangunan: Sebuah Evaluasi Dukungan Bank Dunia, 1997-2007. Vol.I., hal.79.</ref> Sementara distribusi kenaikan air bersih, di beberapa bagian dunia tetap tidak setara. Menurut ''2008 World Lembar Data Penduduk,'' hanya 62% dari negara-negara berkembang dapat mengakses air bersih.<ref>Buletin Kependudukan. Vol.63, No.3.., H.8.</ref>
|