Keanekaragaman hayati: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k minor cosmetic change
Rachmat-bot (bicara | kontrib)
k cosmetic changes, replaced: resiko → risiko (2), Propinsi → Provinsi
Baris 59:
Keanekaragaman hayati tidak merata, melainkan sangat bervariasi di seluruh dunia maupun di dalam daerah. Di antara faktor lain, keragaman makhluk hidup [[Biota|(biota)]] tergantung pada suhu, curah hujan, ketinggian, geografi [[tanah]] s, dan kehadiran spesies lainnya. Studi tentang distribusi spasial [[organisme]] s, [[spesies]], dan [[ekosistem]] s, adalah ilmu [[biogeografi]].
 
Keanekaragaman konsisten mengukur lebih tinggi di daerah [[Tropika|tropis]] dan di daerah lokal lain seperti Cape PropinsiProvinsi flora dan lebih rendah di daerah kutub umumnya. Pada tahun 2006 banyak spesies secara resmi diklasifikasikan sebagai [[Spesies langka|langka]] atau [[Spesies terancam|terancam punah]] atau terancam, apalagi, para ilmuwan telah memperkirakan bahwa jutaan spesies yang lebih beresikoberisiko yang belum secara resmi diakui. Sekitar 40 persen dari 40.177 spesies dinilai menggunakan kriteria [[IUCN Red List]] kini terdaftar sebagai terancam [[Kepunahan|punah-total]] 16.119.<ref>{{cite web|url=http://news.nationalgeographic.com/news/2006/05/0502_060502_endangered.html |title=Endangered Species List Expands to 16,000 |accessdate=2007-11-13 |work=}}</ref>
 
Keanekaragaman hayati terestrial umumnya adalah sampai 25 kali lebih besar dari laut keanekaragaman hayati.<ref>{{cite journal | author = Benton M. J. | year = 2001 | title = Biodiversity on land and in the sea | journal = Geological Journal | volume = 36 | issue = 3–4| pages = 211–230 | doi = 10.1002/gj.877 }}</ref>
Baris 135:
Chivian E. Bernstein &amp; A. (eds), 2008. ''Sustaining Life: Bagaimana Kesehatan Manusia Tergantung Keanekaragaman Hayati''</ref><ref>
Corvalan C. ''et al,'' 2005 ''Ekosistem dan Kesejahteraan Manusia: Sintesis Kesehatan..'' Sebuah laporan dari Millennium Ecosystem Assessment</ref> Masalah ini terkait erat dengan isu perubahan iklim,<ref>
(2009) "Perubahan Iklim dan Keanekaragaman Hayati" Konvensi Keanekaragaman Hayati Diperoleh November 5, 2009, Dari http://www.cbd.int/climate/</ref> karena banyak resikorisiko kesehatan mengantisipasi perubahan iklim berhubungan dengan perubahan dalam keanekaragaman hayati (misalnya perubahan pada populasi dan distribusi vektor penyakit, kelangkaan air bersih, dampak pada pertanian keanekaragaman hayati dan sumber makanan dll) Hal ini karena spesies yang paling mungkin adalah mereka yang hilang penyangga terhadap penularan penyakit menular, sedangkan spesies yang masih hidup cenderung menjadi orang-orang yang meningkatkan penularan penyakit, seperti yang dari West Nile Virus, Lyme penyakit dan hantavirus, menurut sebuah penelitian yang dilakukan bersama -ditulis oleh Felicia Keesing, dan ekologi di Bard College, dan Drew Harvell, associate director untuk Lingkungan dari Pusat Atkinson untuk Masa Depan yang Berkelanjutan (ACSF) di [[Universitas Cornell|Cornell University.]] <ref>{{cite news|last=Ramanujan|first=Krishna|title=Study: Loss of species is bad for your health|url=http://www.news.cornell.edu/stories/Dec10/BiodiversityHealth.html|accessdate=20 July 2011|newspaper=Cornell Chronicle|date=2 December 2010}}</ref>
 
Meningkatnya permintaan dan kurangnya air minum di planet ini merupakan tantangan tambahan bagi masa depan kesehatan manusia. Sebagian, masalahnya terletak pada keberhasilan pemasok air untuk meningkatkan pasokan, dan kegagalan kelompok mempromosikan pelestarian sumber daya air.<ref>Air dan Pembangunan: Sebuah Evaluasi Dukungan Bank Dunia, 1997-2007. Vol.I., hal.79.</ref> Sementara distribusi kenaikan air bersih, di beberapa bagian dunia tetap tidak setara. Menurut ''2008 World Lembar Data Penduduk,'' hanya 62% dari negara-negara berkembang dapat mengakses air bersih.<ref>Buletin Kependudukan. Vol.63, No.3.., H.8.</ref>