'''Budi Heryadi'''
'''INDEKS KEBERDAYAAN KONSUMEN (IKK)'''
[[Berkas:IKKBudi Heryadi.jpg|right|jmpl|'''INDEKSH. KEBERDAYAANBudi KONSUMENHeryadi, SE., SH''']]<br /><br />
'''Ketua DPD Gerindra Banten'''<br /><br />'''Kebangsaan''' [https://wiki-indonesia.club/wiki/Indonesia Indonesia]<br /><br />
'''Lahir:''' [https://wiki-indonesia.club/wiki/6_November 06 November] [https://wiki-indonesia.club/wiki/1959 1959]<br /><br />'''Agama''' [https://wiki-indonesia.club/wiki/Islam Islam]<br /><br /> '''Twitter''' [http://Twitter.com/hbudiheryadi Twitter]<br /> '''Facebook''' [http://facebook.com/hbudiheryadi Facebook]]]
'''H. Budi Heryadi.SE .,SH''' (Lahir di Jakarta, Jum'at 6 November 1959) adalah salah satu tokoh politisi asal partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). H. Budi Heryadi menjabat sebagai Ketua DPD Gerindra Banten. H. Budi Heryadi meraih gelar Sarjana Ekonomi pada 2003 dari STIE Bisnis Indonesia, Jakarta. Namun, karena merasa tertarik dalam bidang hukum, ia memutuskan untuk kuliah S1 hukum daripada melanjutkan kuliah S2 bidang ekonomi. Budi memilih Universitas Sutan Ageng Tirtayasa yang berlokasi di Serang, Banten, di Fakultas Hukum sebagai tujuan studinya. Ayah dari 6 orang anak ini termasuk pengusaha yang sangat sukses. Budi Heryadi pernah menjabat sebagai Direktur PT Karya Jaya Kurnia (1984-1985), CV Ganesa Citra Buana (1986-1995), PT Ganiras Perkasa (1996-2008), CV Bintang Idola, (1996-2008), dan Direktur Utama PT Medarya Menara Lestari (1996-2008).
'''Pendidikan'''
'''Indeks Keberdayaan Konsumen (IKK)''' adalah Indeks untuk mengukur kesadaran, pemahaman dan kemampuan menerapkan hak dan kewajiban konsumen dalam berinteraksi dengan pasar sebelum pembelian, saat pembelian dan pasca pembelian. Kesadaran konsumen adalah pengetahuan dasar konsumen mengenai hak dan kewajiban sebagaimana tercantum dalam pasal 4 dan 5 UUPK dan perundangan lainnya yang relevan. Pemahaman konsumen adalah tingkat pengetahuan konsumen mengenai hak dan kewajibannya. Kemampuan konsumen adalah kehandalan dalam menerapkan pengetahuan untuk melindungi diri sendiri dan lingkungannya, serta dengan nasionalisme tinggi menggunakan produk dalam negeri ketika berinteraksi dengan pelaku usaha, pemerintah, konsumen.
* Sarjana Ekonomi di STIE Bisnis Indonesia, Jakarta (2003)
'''DIMENSI IKK'''
* Sarjana hukum di Fakultas Hukum Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang (2006)
Indeks keberdayaan konsumen mencakup 7 dimensi, yakni 2 dimensi pada tahapan sebelum pembelian (pencarian informasi dan pengetahuan tentang Undang-Undang dan Lembaga Perlindungan Konsumen), 3 dimensi pada saat pembelian (pemilihan produk, preferensi produk dan perilaku pembelian) dan 2 dimensi pasca pembelian (kecenderungan untuk berbicara dan perilaku komplain). ''' Pencarian informasi''' adalah seberapa sering konsumen melakukan pencarian informasi ketika akan membeli produk/jasa. '''Pengetahuan tentang Undang-Undang dan lembaga perlindungan konsumen''' adalah seberapa tahu konsumen terkait UUPK, hak-hak sebagai konsumen dilindungi UUPK, hak advokasi (perlindungan hukum) sebagai konsumen, lembaga perlindungan konsumen yang ada di Indonesia dan pengetahuan tentang Badan Perlindungan Konsumen Nasional. '''Pemilihan Produk''' adalah seberapa mampu konsumen melakukan pemilihan barang sesuai dengan nilai tukar, memiliki literasi keuangan konsumen, serta pemahaman membaca logo dan label. '''Preferensi Produk''' adalah kecintaan konsumen terhadap produk Indonesia. '''Perilaku Pembelian''' adalah sejauh mana konsumen mencek jumlah/isi produk sebelum dan sesudah pembelian, memperhatikan tera SPBU, membaca syarat dan ketentuan, mengecek kartu garansi saat membeli barang bergaransi dan kelengkapan ketika membeli barang elektronik. '''Kecenderungan''' untuk bicara adalah apakah konsumen mengingatkan orang lain untuk teliti ketika membeli dan menceritakan pengalaman buruk pembelian kepada orang lain. '''Perilaku Komplain''' adalah seberapa sering konsumen mengajukan komplain kepada pelaku usaha terkait pembelian produk maupun jasa.
'''Kategori Nilai IKK Berdasarkan Taksonomi Bloom'''
- Direktur PT Karya Jaya Kurnia (1984-1985)
Berdasarkan [[Taksonomi Bloom]], nilai Indeks keberdayaan konsumen dikategorikan menjadi lima, yakni : (1) sadar (skor IKK 0.0-20.0), yakni mengenali hak dan kewajiban dasar sebagai konsumen; (2) paham (skor IKK 20.1-40.0), yakni memahami hak dan kewajiban konsumen untuk melindungi dirinya; (3) mampu (skor IKK 40.1-60.0), yakni mampu menggunakan hak dan kewajiban konsumen untuk menentukan pilihan terbaik termasuk menggunakan produk dalam negeri bagi diri dan lingkungannya; (4) kritis (skor IKK 60.1-80.0) yakni berperan aktif memperjuangkan hak dan melaksanakan kewajibannya serta mengutamakan produk dalam negeri; dan (5) berdaya (skor IKK 80.1-100.00) yakni memiliki nasionalisme tinggi dalam berinteraksi dengan pasar dan memperjuangkan kepentingan konsumen.
- Manager PT Kartika Indotelsi (1984-1985)
- Direktur CV Ganesa Citra Buana (1986-1995)
- Manager CV Royco Putra (1986-1995)
- Direktur Utama PT Medarya Menara Lestari (1996-2008)
- Direktur PT Ganiras Perkasa (1996-2008)
- Komisaris PT Dita Putri Waranawa (1996-2008)
- Direktur CV Bintang Idola (1996-2008)
'''KAJIANSocial EMPIRIS TAHUN 2015Media'''
- [[http://twitter.com/hbudiheryadi Twitter]]
Kajian indeks keberdayaan konsumen telah dilakukan oleh Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen bekerja sama dengan [[Direktorat Pemberdayaan Konsumen]], [[Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga]], [[Kementerian Perdagangan RI]] pada 1950 responden di 13 provinsi yang mencakup wilayah perkotaan dan perdesaan. Hasil yag diperoleh mengindikasikan nilai Indeks Keberdayaan Konsumen (IKK) Indonesia pada tahun 2015 masih rendah yakni 34.17. Dimensi dengan indeks tertinggi adalah preferensi barang/jasa (78.60) dan dimensi dengan indeks terendah adalah perilaku komplain (11.14). Berdasarkan taksonomi bloom, konsumen Indonesia persentase terbesarnya mencapai tahap paham, yakni memahami hak dan kewajiban dasarnya sebagai konsumen, tapi belum menjalankan sepenuhnya.
- [[http://facebook.com/hbudiheryadi Facebook]]
Secara berturut-turut, Indeks Keberdayaan Konsumen mulai tertinggi hingga terendah berdasarkan provinsi adalah [[DKI Jakarta]] (43.22), [[Jawa Timur]] (38.74), [[Sumatera Utara]] (38.56), [[Jawa Tengah]] (36.62), [[Riau]] (36.42) [[Sulawesi Selatan]] (36.02), [[Jawa Barat]] (34.98), [[Maluku]] (33.85), [[NTT]] (32.34), [[Sulawesi Utara]] (31.19) [[Lampung]] (30.79), [[Kalimatan Barat]] (26.82), [[Papua]] (24.61). Sementara itu, Indeks Keberdayaan Konsumen berdasarkan pulau, secara berturut-turut adalah Jawa (38.39), Sumatera (35.26), Maluku (33.85), Sulawesi (33.60), Nusa Tenggara (32.34), Kalimantan (26.82) dan Papua (24.61). Dengan demikian, Papua membutuhkan perhatian khusus untuk meningkatkan keberdayaan konsumennya.
[[Berkas:IHK 2015.jpg|jmpl|pus|NIlai Indeks Keberdayaan Konsumen (IKK) di 13 Propinsi di Indonesia tahun 2015]]
--[[Pengguna:Bangmamons|Bangmamons]] ([[Pembicaraan Pengguna:Bangmamons|bicara]]) 11 April 2016 23.35 (UTC)
Nilai indeks keberdayaan konsumen pada 7 dimensinya menunjukkan hasil sebagai berikut :
1. Dimensi pencarian informasi tertinggi adalah DKI Jakarta dan terendah Papua.
2. Dimensi Pengetahuan tentang Undang-Undang dan Lembaga Perlindungan Konsumen yang tertinggi adalah Riau & terendah adalah Papua.
3. Dimensi Pemilihan Produk tertinggi terdapat di DKI Jakarta dan terendah terdapat di NTT.
4. Dimensi Preferensi produk tertinggi terdapat di Sumatera Utara dan terendah di Lampung.
5. Dimensi Perilaku Pembelian tertinggi terdapat di Jawa Timur dan terendah terdapat di Papua.
6. Dimensi Kecenderungan untuk berbicara tertinggi terdapat di Jawa Barat dan terendah di Lampung.
7. Dimensi Perilaku Komplain tertinggi adalah Maluku dan terendah di Kalimantan Barat.
Berdasarkan hasil survei di tiga belas provinsi tahun 2015 ini, persentase terbesar konsumen di tiap provinsi berada pada kategori keberdayaan “paham”, yaitu baru memahami hak dan kewajibannya untuk melindungi dirinya. Akan tetapi, konsumen yang berdaya bukan saja paham, tetapi juga cerdas dan mandiri serta mampu menggunakan hak dan kewajibannya termasuk menentukan pilihan terbaik untuk menggunakan produk dalam negeri. Konsumen yang mencintai dan memprioritaskan penggunaan produk dalam negeri akan mendorong pelaku usaha untuk meningkatkan kualitas produknya sehingga mampu menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan berdaya saing di pasar global. Dengan demikian, konsumen merupakan kekuatan nasional yang berperan sebagai subjek penentu perekonomian Indonesia.
Pada tahun 2016, isu keberdayaan konsumen telah dimasukkan dalam Program Revolusi Mental level 2 yang dicanangkan oleh pemerintah dengan strategi Peningkatan Kemandirian Ekonomi dan Daya Saing Bangsa dengan indikator capaian Konsumen Cerdas dan Cinta Produk Dalam Negeri.
== Referensi ==
{{reflist}}
* Megawati Simanjuntak, Lilik Noor Yuliati. 2014.Pengembangan Instrumen Indeks Keberdayaan Konsumen.Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia IPB bekerjasama dengan Direktorat Pemberdayaan Konsumen,Kementerian Perdagangan RI. Laporan Penelitian.
* Megawati Simanjuntak, Lilik Noor Yuliati. 2015.Pengembangan Instrumen: Indeks Keberdayaan Konsumen. MonografDepartemen ILmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia IPB.No.ISBN: 978-602-96826-4-9; Maret; 2015; Hal.1-90. [http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/74582]
* Megawati Simanjuntak, Lilik Noor Yuliati. 2015.Pengukuran Indeks Pemberdayaan Konsumen. Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia IPB bekerjasama dengan Direktorat Pemberdayaan Konsumen,Kementerian Perdagangan RI. Laporan Penelitian.
* Megawati Simanjuntak, Lilik Noor Yuliati. 2015.Penyusunan Instrumen dan Identifikasi Keberdayaan Konsumen.Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia IPB bekerjasama dengan Direktorat Pemberdayaan Konsumen,Kementerian Perdagangan RI.Laporan Penelitian.
* Megawati Simanjuntak, Lilik Noor Yuliati. 2015. Penyusunan Strategi Pemberdayaan Konsumen. 2015. Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia IPB bekerjasama dengan Direktorat Pemberdayaan Konsumen,Kementerian Perdagangan RI. Laporan Penelitian.
* Megawati Simanjuntak, Lilik Noor Yuliati. Pengukuran Indeks Keberdayaan Konsumen Di Empat Kota Besar Indonesia.2015. Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia IPB bekerjasama dengan Direktorat Pemberdayaan Konsumen,Kementerian Perdagangan RI. Laporan Penelitian.
* Megawati Simanjuntak, Siti Amanah, Herien Puspitawati, & Pang S. Asngari. 2014. Consumer Empowerment Profile in Rural and Urban Areas” Vol. VI, No.1 p38-49.ASEAN Marketing Journal (AMJ) oleh Universitas Indonesia (UI). ISSN: 2085-5044, E-ISSN: 2356-2242.[http://journal.ui.ac.id/amj.]
* Megawati Simanjuntak, Siti Amanah, Herien Puspitawati, & Pang S. Asngari. 2014.Study of Consumer Education in Bogor, Indonesia. Vol 2, No 5 (2014): October 2014.Vol.2 No.5 (October 2014). P.481-490.Internasional Asian Journal of Business and Management. ISSN: 2321 – 2802.[http://www.ajouronline.com/index.php/AJBM]
* Megawati Simanjuntak, Siti Amanah, Herien Puspitawati, Pang Asngari. 2013. Modelling Consumer Empowerment Level. Vol. 5. No.2 (2013). Economic Journal of Emerging Market. SK Akreditasi No: 81/DIKTI/Kep/2011ISSN : 2086-3128. [http://journal.uii.ac.id/index.php/JEP/article/view/3519]
* Megawati Simanjuntak. 2015. Consumer Empowerment Index among Undergraduate Students of Bogor Agricultural University, Indonesia; Asian Journal of Business and Management; No.ISSN: 2321 - 2802; Vol.3; No.3; Juni; 2015; Hal.183 – 191. [http://ajouronline.com/index.php?journal=AJBM&page=article&op=view&path%5B%5D=1538&path%5B%5D=1406.]
* Ujang Sumarwan, Megawati Simanjuntak, Herien Puspitawati. 2013. Model Pendidikan Konsumen Dalam Upaya Meningkatkan Keberdayaan Konsumen Di Wilayah Perkotaan Dan Perdesaan Bogor 2013. Penelitian Hibah Penelitian Dasar Untuk Bagian, Direktorat Jenderal Pendidikan TinggiKementerian Pendidikan Nasional Dan Kebudayaan RI. Laporan Penelitian.
|