Hussein Jayadiningrat: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k top: minor cosmetic change
Rachmat-bot (bicara | kontrib)
k cosmetic changes
Baris 3:
Prof. Dr. '''Husein Jayadiningrat''' ([[Ejaan Van Ophuijsen|ejaan lama]]: '''Hoessein Djajadiningrat'''), ({{lahirmati|[[Kramatwatu, Serang|Kramatwatu]], [[Serang]]|8|12|1886|[[Jakarta]]|12|11|1960}}). Lahir dari pasangan R. Bagus Jayawinata (R. Bagoes Djajawinata), wedana yang kemudian menjadi bupati Serang yang berpikiran maju, dan Ratu Salehah yang berasal Cipete Serang. Husein merupakan penanggungjawab surat kabar bulanan berbahasa Sunda ''[[Sekar Roekoen]]'' yang diterbitkan oleh [[Perkoempoelan Sekar Roekoen]]<ref name="Ekadjati">{{cite book|last=Ekadjati|first=Edi S.|authorlink=Dr. Edi S. Ekadjati|year=[[2005]]|title=Nu Maranggung Dina Sajarah Sunda|edition=|publisher=PT Kiblat Buku Utama|id= }}</ref>.
 
Kakak Husein, Pangeran [[Ahmad Jayadiningrat|Ahmad Djajadiningrat]], yang meneruskan jejak ayahnya menjadi bupati di Serang dan Hasan yang menjadi tokoh [[Sarekat Islam]] yang cukup berpengaruh di Jawa Barat pada masa awal pergerakan nasional.<ref name="Professional Cooking"> {{id}} {{cite book|author=Korver, A.P.E.|title=Sarekat Islam: Gerakan Ratu Adil?|publisher= Jakarta, Pustaka Utama Grafiti|year=1985 (hlm.251)}}</ref>
 
Husein merupakan salah satu pelopor tradisi keilmuan di Indonesia. Ketika masih remaja, ia dikenal sebagai pemuda yang pintar dan berbakat, baik dalam ilmu agama, maupun ilmu barat. Melihat bakat dan potensi yang dimiliki Husein, [[Snouck Hurgronje]] menyekolahkan Husein ke Universitas Kerajaan Leiden hingga meraih gelar doktor dengan disertasinya yang berjudul ''Critische Beschouwing van de Sadjarah Banten'' dan mendapat predikat ''cumlaude'' dari promotornya Snouck Hurgronje.<ref name="Apa dan Siapa Prof.Dr.Husein Djajadiningrat?"> {{id}} [http://dikysumakarya.blogspot.com/2009/01/apa-dan-siapa-profdrhusein.html Apa dan Siapa Prof.Dr.Husein Djajadiningrat?], ''dikysumakarya.blogspot.com''. Diakses tanggal 23 Juli 2011.</ref>
 
Disertasi Husein telah membuka jalan bagi penelitian tentang historiografi [[Indonesia]] sehingga ia pun dikenal pula sebagai “''bapak metodologi penelitian sejarah Indonesia''”. Dialah orang Indonesia pertama yang memperoleh gelar [[doktor]] dan [[guru besar]] pribumi yang pertama di Indonesia.
Baris 15:
Husein lulus tahun 1899 dari HBS, kemudian meneruskan studinya di Universitas Kerajaan di [[Leiden]] selama lima tahun (1905-1910). Selama satu tahun(sejak Mei 1914 sampai April 1915) ia tinggal di [[Aceh]] untuk belajar bahasa Aceh dalam rangka mempersiapkan kamus bahasa Aceh. Pada akhirnya kamus tersebut selesai digarap dengan bantuan [[Teuku Mohammad Nurdin]], [[Aboebakar Atjeh|Abu Bakar Aceh]], dan [[Dr. Hazeu|Hazeu]] dengan judul ''Atjeh-Nederlandsch Woordenboek'' (1934). Pada tahun 1919 Husein menjadi pembina surat kabar bulanan Sekar Roekoen yang berbahsa Sunda yang diterbitkan oleh [[Perkoempoelan Sekar Roekoen]]. Selain itu ia pun menerbitkan Pusaka Sunda, majalah berbahasa Sunda yang membahas tentang kebudayaan [[Sunda]]. Pada tahun yang sama ia juga mendirikan Java Instituut dan sejak tahun 1921 menjadi redaktur majalah Djawa yang diterbitkan oleh lembaga tersebut bersama sama dengan Raden Ngabehi Purbacaraka (Poerbatjaraka).
 
Tahun 1924 ia diangkat diangkat menjadi gurubesar di ''[[Rechtshoogeschool te Batavia]]'' (Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta) dan memberikan kuliah tentang Hukum Islam, bahasa Jawa, Melayu, dan Sunda. Tahun 1935 dan 1941 diangkat menjadi anggota Dewan Hindia. Bertahun-tahun pernah menjadi konservator [[naskah]] ([[manuskrip]]) di ''Bataviaasch Genootschap can Kunsten en Wetenschappen'' (Perkmpulan Masyarakat Pencinta Seni dan Ilmu Pengetahuan). Pada mulanya sebagai anggota diréksi, kemuadian dari tahun 1936 menjadi ketuanya.
 
Tahun 1940 ia menjabat sebagai Direktur Pengajaran Agama. Pada zaman Jepang menjadi Kepala Departemen Urusan Agama. Tahun 1948 diangkat menjadi Mentri Pengajaran, Kesenian, dan Ilmu Pengetahuan pada masa pemerintahan presiden [[Sukarno]]. Tahun 1952 menjadi gurubesar Fakultas Sastra [[Universitas Indonesia]]. Tahun 1957 menjadi pemimpin umum Lembaga Bahasa dan Budaya (LBB), merangkap sebagai anggota Komisi Istilah di lembaga tersebut.
Baris 21:
==Penghargaan==
 
* Presiden [[Joko Widodo]] atas nama negara memberikan Tanda Kehormatan [[Bintang Budaya Parama Dharma]] kepada dedikasi Hoesein Djajadiningrat. Acara penyematan berlangsung di Istana Negara. Jakarta, 13 Agustus 2015. <ref>{{cite web|url=http://news.detik.com/berita/2990828/jokowi-beri-tanda-kehormatan-ke-46-orang-dari-paloh-sampai-goenawan-mohamad|first = Moksa |last = Hutasoit|year = 2015|title = Jokowi Beri Tanda Kehormatan ke 46 Orang, dari Paloh Sampai Goenawan Mohamad|date=Kamis 13 Aug 2015, 11:18 WIB|accessdate= 13 Agustus 2015|publisher = News.detik.com|location = Jakarta|isbn =}} Keputusan Presiden nomor 86/TK/tahun 2015 tanggal 7 Agustus 2015 tentang Penganugerahan Tanda Kehormatan Bintang Budaya Paramadharma kepada 8 orang. Terdiri atas: 1. KH. [[Mustofa Bisri]] ([[Gus Mus]]), pengasuh Pondok Pesantren Raudlatuh Tholibin Lteteh, Rembang. 2. [[Goenawan Mohamad|Goenawan Soesatyo Mohamad]], sastrawan budayawan. 3. Alm. [[Petrus Josephus Zoetmulder]], ahli sastra Jawa Kuno dan Penyusun Kamus Jawa Kuno Inggris. 4. Alm. [[Wasi Jolodoro]] (Ki Tjokrowasito]]), komposer musik karawitan Jawa dan pendukung utama Sedra Tari Ramayana. 5. Alm. [[Hoesein Djajadiningrat]], pelopor tradisi keilmuan. 6. Alm. [[Iwan Tirta|Nursjiwan Tirtaamidjaja]], perancang busana dan batik. 7. Alm. [[Hendra Gunawan]], pelukis dan pematung. 8. Alm. [[Soejoedi Wiroatmojo]], arsitek.</ref>
 
==Daftar karya==
Baris 46:
 
{{BPUPKI}}
 
[[Kategori:Ilmuwan Indonesia]]
[[kategoriKategori:Tokoh dari Serang]]
[[Kategori:Bangsawan Sunda]]
[[Kategori:Pangeran di Indonesia]]