Kabupaten Kepulauan Meranti: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Rachmat-bot (bicara | kontrib)
k cosmetic changes, replaced: dibawah → di bawah
Shaid22 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 157:
Kota Selatpanjang merupakan pusat pemerintahan kabupaten Kepulauan Meranti, duhulu merupakan salah satu [[bandar]] (kota) yang paling sibuk dan terkenal perniagaan di dalam [[kesultanan Siak]].<ref>[http://riautourismboard.com/page/24461/kabupaten-meranti.html http://riautourismboard.com]</ref> Bandar ini sejak dahulu telah terbentuk masyarakat heterogen, terutama suku [[Melayu]] dan [[Tionghoa]], karena peran antar merekalah terbentuk erat dalam keharmonisan kegiatan kultural maupun perdagangan. Semua ini tidak terlepas ketoleransian antar persaudaraan. Faktor inilah yang kemudian menyuburkan perdagangan dan lalu lintas barang barang maupun manusia dari [[China]] ke nusantara dan sebaliknya.
 
Daerah Selatpanjang dan sekitarnya sebelumnya merupakan wilayah kekuasaan Kesultanan Siak Sri Indrapura yang merupakan salah satu kesultanan terbesar di Riau saat itu.Pada masa pemerintahan Sultan Siak VII yaitu '' [[Sultan Assyaidis Syarif Ali Abdul Jalil Syaifuddin Baalawi]] '' ( yang bertahta tahun 1784 - 1810 ), biasa disapa Sultan Syarif Ali, memberi titah kepada ''[[Panglima Besar Muda Tengku Bagus Saiyid Thoha|Panglima Besar Muda Tengku Busu Sayid Ahmad]]'' untuk mendirikan Negeri atau Bandar di Pulau Tebing Tinggi. Selain tertarik pada pulau itu juga karena Sultan Assyaidis Syarif Ali Abdul Jalil Syaifuddin Baalawi sendiri pernah singgah ke daerah itu, tujuan utama Sultan Syarif Ali ingin himpun kekuatan melawan ''[[kerajaan Sambas]]'' ( [[Kalimantan Barat]] ) yang terindikasi bersekutu dengan Belanda yang telah khianati perjanjian setia dan mencuri mahkota Kerajaan Siak. Negeri atau Bandar ini nantinya sebagai ujung tombak pertahanan ketiga setelah ''[[Bukit Batu]]'' dan ''[[Merbau]]'''' untuk menghadang penjajah dan lanun.
 
Maka bergeraklah armadanya di bawah pimpinan Panglima Besar Muda Tengku BagusBusu SaiyidSayid ThohaAhmad pada awal Muharram tahun 1805 Masehi diiringi beberapa pembesar Kerajaan Siak, ratusan laskar dan hulu balang menuju Pulau Tebing Tinggi.
Mereka tiba di tebing Hutan ''Alai''( sekarang Ibukota Kecamatan Tebingtinggi Barat ). Panglima itu segera menghujam kerisnya memberi salam pada Tanah Alai.Tanah Alai tak menjawab, Ia meraup tanah sekepal, terasa panas. Ia melepasnya, ''“Menurut sepanjang pengetahuan denpatik, tanah Alai ini tidak baik dibuat sebuah negeri karena tanah Hutan Alai adalah tanah jantan, Baru bisa berkembang menjadi sebuah negeri dalam masa waktu yang lama,”'' kata sang panglima dihadapan pembesar Siak dan anak buahnya.
 
Panglima bertolak menyusuri pantai pulau ini. Lalu, terlihat sebuah tebing yang tinggi. ''“Inilah gerangan yang dimaksud oleh ayahanda Sultan Syarif Ali,”'' pikirnya. Armada merapat ke Tebing Tanah Tinggi bertepatan tanggal ''07 April 1805'' Masehi. Di usia masih 25 tahun itu, dengan mengucap ''bismillah'' Panglima melejit ke darat yang tinggi sambil memberi salam. ''“Alha-mdulillah tanah tinggi ini menjawab salam denpatik,”'' katanya. Tanah diraupnya, terasa sejuk dan nyaman. Ia tancapkan keris di atas tanah (''lokasinya sekarang kira-kira dekat komplek kantor Bea Cukai Selatpanjang'' ). Sambil berkata, ''“Dengarkanlah oleh kamu sekalian di tanah Hutan Tebing Tinggi inilah yang amat baik didirikan sebuah negeri. Negeri ini nantinya akan berkembang aman dan makmur apabila pemimpin dan penduduknya adil dan bekerja keras serta menaati hukum-hukum Allah.”''
 
Panglima itu berdiri tegak dihadapan semua pembesar kerajaan, laskar, hulu balang, dan bathin-bathin sekitar pulau. ''“Den“Patik bernama Tengku Bagus Saiyid Thoha Panglima Besar Muda Siak Sri Indrapura. Keris denpatik ini bernama Petir Terbuka Tabir Alam Negeri. Yang denpatik sosok ini denpatik namakan '''''Negeri Makmur Kencana Bandar Tebing Tinggi'''''.”''itulah nama asal muasal kota ''[[selatpanjang]]''.
 
Setelah menebas hutan, membuka wilayah kekuasaan, berdirilah istana panglima besar itu. Pada 1810 Masehi Sultan Syarif Ali mengangkat Panglima Besar Muda Tengku BagusBusu SaiyidSayid ThohaAhmad itu sebagai penguasa pulau. Kala itu, sebelah timur negeri berbatasan dengan Sungai Suir dan sebelah barat berbatasan dengan Sungai Perumbi,seiring perkembangan waktu bandar ini semakin ramai dan bertumbuh sebagai salah satu bandar perniagaan di kesultanan siak.
 
Ramai interaksi perdagangan didaerah pesisir Riau inilah menyebabkan pemerintahan [[Hindia Belanda]] ikut ambil dalam bagian penentuan nama negeri ini. Sejarah tercatat pada masa [[Sultan Siak]] yang ke 11 yaitu [[Sultan Assayaidis Syarief Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin]]. Pada tahun 1880, pemerintahan di ''Negeri Makmur Kencana Tebing Tinggi'' dikuasai oleh ''J.M. Tengkoe Soelong Tjantik Saijet Alwi'' yang bergelar ''Tuan Temenggung Marhum Buntut'' (Kepala Negeri yang bertanggung jawab kepada Sultan Siak). Pada masa pemerintahannya di bandar ini terjadilah polemik dengan pihak Pemerintahan Kolonial Belanda yaitu ''Konteliur Van Huis'' mengenai perubahan nama negeri ini, dalam sepihak pemerintahan kolonial Belanda mengubah daerah ini menjadi Selatpanjang, namun tidak disetujui oleh J.M. Tengkoe Soelong Tjantik Saijet Alwi selaku pemangku daerah. Akhirnya berdasarkan kesepakatan bersama pada tanggal ''4 September 1899'', Negeri Makmur Kencana Tebing Tinggi berubah menjadi '''''Negeri Makmur Bandar Tebingtinggi Selatpanjang'''''.J.M. Tengkoe Soelong Tjantik Saijet Alwi mangkat pada tahun 1908.