Kampong Wisata Temenggungan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Bachtiar Djanan (bicara | kontrib)
penambahan kontent
Bachtiar Djanan (bicara | kontrib)
penambahan kontent
Baris 45:
=== Rumah Tradisional Osing ===
[[Berkas:Rumah Tradisional Osing.JPG|kiri|jmpl|240x240px|'''Rumah Tradisional Osing,''' berusia lebih dari 100 tahun]]
Di Kampong Wisata Temenggungan masih terdapat beberapa rumah Osing yang masih bisa dikunjungi oleh wisatawan. Rumah Osing sendiri adalah [[rumah tradisional]] masyarakat Banyuwangi asli dari [[suku Osing]]. Rumah Osing ini memiliki beberapa ciri khas yaitu struktur rumah berupa susunan rangka 4 ''saka'' (tiang) kayu dengan sistem ''tanding'' tanpa paku, tapi menggunakan ''paju'' (pasak pipih). Pembagian jenis rumah terdiri atas ruang utama dan ruang penunjang. Ruang utama yaitu ''bale'' (ruang tamu, ruang keluarga, ruang kegiatan seremonial), ''jrumah'' (ruang pribadi, ruang tidur), ''pawon'' (dapur, ruang tamu informal, ruang keluarga), ketiga bagian ini selalu ada pada rumah Osing. Sedangkan ruang penunjang meliputi, yaitu ''amper'' (teras depan), ''ampok'' (teras samping), ''pendopo'' (ruang besar di depan rumah), dan ''lumbung'' (ruang penyimpanan padi), namun bagian-bagian ruang penunjang ini tidak selalu ada. Biasanya rumah Osing berbahan kayu dan ''gedheg'' (anyaman kulit bambu). Konsep bentuk rumah Osing tidak mengenal hierarki dan identik dengan bentuk rumah kampung, ini terkait erat dengan struktur sosial masyarakat Osing yang cenderung egaliter dan mewakili lapisan masyarakat biasa. Nama-nama bagian-bagian rumah dan susunannya selain diberi nama berdasarkan fungsi bagian-bagian rumah tersebut, tapi yang lebih utama adalah merupakan pengungkapan pesan, makna, dan kehendak sebagai ekspresi rasa dan karsa masyarakat Osing. Rumah Osing tidak memiliki terlalu banyak ornamen, cenderung sederhana, hanya ada sedikit ornamen, namun terlihat berkarakter kuat.
 
=== Sumur Sri Tanjung ===
Baris 62:
Selain musik tradisional, di Kampong Wisata Temenggungan juga banyak dimainkan musik semi tradisional berupa keroncong akustik. Musik keroncong akustik ini dimainkan dengan alat-alat musik akustik seperti gitar akustik, bass cello, ukulele, angklung Banyuwangi, suling Banyuwangi, dan ''kluncing (''triangle). Lagu-lagu yang dimainkan mulai lagu-lagu Banyuwangi kuno, lagu Banyuwangi modern, lagu Indonesia, sampai lagu barat, namun kesemuanya diaminkan dengan aransemen pentatonik Banyuwangi, sehingga memiliki ciri khas yang sangat unik.
 
Keberadaan berbagai kesenian musik tradisional Banyuwangi di Kampong Wisata Temenggungan ini sekarang dikembangkan menjadi paket-paket wisata seni budaya yang ditawarkan kepada wisatawan dalam bentuk paket menonton pertunjukan musik tradisional, ataupun paket belajar musik tradisional Banyuwangi.
 
=== Tari Tradisional Banyuwangi ===
[[Berkas:Tari Gandrung Banyuwangi.jpg|kiri|jmpl|Tari Gandrung Banyuwangi yang dipentaskan di Temenggungan]]
Selain kesenian musik tradisional, di Kampong Wisata Temenggungan juga berkembang kesenian tari tradisional yang juga telah secara turun-temurun diwariskan dari generasi ke generasi. [[Tari Gandrung|Tari gandrung]] merupakan tari yang menjadi kebanggaan dan ciri khas Kabupaten Banyuwangi. Kesenian tari gandrung ini telah berusia ratusan tahun, dulunyadulu dimainkan sebagai ungkapan rasa syukur pada saat membuka hutan untuk pemukiman ataupunatau ketika panen pertanian, di era peperangan kerajaan Blambangan dan VOC pertunjukan gandrung menjadi alat dalam perjuangan, di mana pentas gandrung menjadi media untuk mengumpulkan logistik yang nantinya disalurkan kepadapada pejuang-pejuang Blambangan yang bersembunyi di hutan-hutan. DulunyaDulu tari gandrung ditarikan oleh laki-laki, penari gandrung wanita pertama kali ada pada tahun 1895, dan era penari gandrung laki-laki berakhir pada tahun 1914, setelah meninggalnya penari gandrung laki-laki terakhir yaitu gandrung Marsan. Saat ini tari gandrung menjadi tari yang dikuasai oleh sebagian besar pelajar Banyuwangi. Termasuk di Kampong Temenggungan juga cukup banyak penari gandrung, baik dari anak-anak sampai dewasa.
 
[[Berkas:Tari tradisional tahun 70-an.jpg|kiri|jmpl|Pentas tari tradisional tahun 70-80-an]]
Selain tari gandrung, di Kampung Temenggungan juga banyak warga yang menguasai berbagai jenis tari yang lain, karena memang di era tahun 50-an sampai tahun 1965, di kampung ini menjadi pusat kesenian yang dikembangkan oleh kelompok kesenian Sri Muda. Pada era tahun 1977 sampai tahun 90-an kampung ini juga kembali menjadi pusat aktifitas kesenian yang dikembangkan oleh Kacung Tarmat melalui kelompok kesenian Banyuwangi Putra. Beberapa tari yang terkenal pada era tersebut antara lain tari "Perawan Sunthi", tari "Nelayan", tari "Jaran Goyang", tari "Nandur Jagung", dan lain-lain.