Wikipedia:Artikel Pilihan/13 2016: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Glorious Engine (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Glorious Engine (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
{{HU/Tepigambar|Sumatran Rhino 2.jpg|150|Dua Badak Sumatera|{{{selular|}}}}}
'''''[[Sang Penari]]''''' merupakan [[film drama]] [[Indonesia]] yang dirilis pada [[10 November]] [[2011]] yang disutradarai oleh [[Ifa Isfansyah]] serta dibintangi oleh [[Prisia Nasution]] dan [[Oka Antara]] sebagai pemeran utama, serta [[Slamet Rahardjo]], [[Dewi Irawan]] dan [[Hendro Djarot]] sebagai pemeran pendukung. Film ini diadaptasi dari novel trilogi ''[[Ronggeng Dukuh Paruk]]'' tahun [[1982]] karya [[Ahmad Tohari]], penulis asal [[Banyumas]], [[Jawa Tengah]]. Film ini menceritakan kisah cinta tragis seorang pemuda desa dengan seorang [[penari ronggeng]] baru di desa kecilnya yang dirundung kemiskinan, kelaparan, dan kebodohan di Indonesia tahun 1960-an yang penuh gejolak politik. Setelah rilis pada [[10 November]] 2011, Sang Penari mendulang pujian kritikus. ''Sang Penari'' berhasil meraih sepuluh nominasi [[Festival Film Indonesia 2011]], dan berhasil memenangkan empat [[Piala Citra]], semuanya untuk penghargaan utama, di antaranya adalah penghargaan tertinggi [[Penghargaan FFI untuk Film Bioskop Terbaik|Film Terbaik]], [[Penghargaan FFI untuk Penyutradaraan Terbaik|Sutradara Terbaik]] untuk [[Ifa Isfansyah]], [[Penghargaan FFI untuk Pemeran Utama Wanita Terbaik|Aktris Terbaik]] untuk [[Prisia Nasution]], dan [[Penghargaan FFI untuk Pemeran Pendukung Wanita Terbaik|Aktris Pendukung Terbaik]] untuk [[Dewi Irawan]]. '''([[Sang Penari|Selengkapnya...]])'''
'''[[Badak sumatera]]''' adalah badak terkecil dari lima spesies [[badak]] yang masih ada. Spesies ini pernah menghuni [[hutan hujan]], [[rawa]], dan [[hutan pegunungan]] di [[India]], [[Bhutan]], [[Bangladesh]], [[Myanmar]], [[Laos]], [[Thailand]], [[Malaysia]], [[Indonesia]], dan [[Tiongkok]]. Mereka sekarang [[Kritis (konservasi)|terancam punah]], dengan hanya enam populasi yang cukup besar di alam liar: empat di [[Sumatera]], satu di [[Kalimantan (pulau)|Kalimantan]], dan satu di [[Semenanjung Malaysia]]. Jumlah badak sumatera sulit ditentukan karena mereka adalah hewan penyendiri yang tersebar secara luas, tetapi dapat diperkirakan kalau jumlahnya kurang dari 100 ekor. Cula badak pernah diyakini penggunaannya secara luas sebagai [[afrodisiak]]; walaupun pada kenyataannya [[pengobatan tradisional Tionghoa]] tidak pernah menggunakannya untuk tujuan ini. Layaknya spesies Afrika, badak ini memiliki dua cula. Yang ukurannya lebih besar adalah cula hidung, biasanya hanya sepanjang 15–25 cm, namun ada spesimen yang tercatat berukuran 81 cm. Rambutnya dapat saja lebat ataupun jarang, dan biasanya berwarna coklat kemerahan. Mereka merupakan spesies badak yang paling vokal dan juga berkomunikasi dengan cara menandai [[tanah]] dengan kakinya, memelintir [[pohon]] kecil hingga membentuk pola, dan meninggalkan kotorannya. '''([[Badak sumatera|Selengkapnya...]])'''
 
{{TFAfooter|Ba Cụt|Adolf Hitler|Joehana}}