Salim bin Djindan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ummu zahra (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Ummu zahra (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 127:
Di rumah besar tersebut hidup wanita-wanita hebat yang shalehah. Ibu Al Habib Salim Asy Syarifah Muznah binti Ali bin Mushthafa ibn Asy Syeikh Abi Bakar, yang merupakan seorang wanita shalehah ahli ibadah. Kakak perempuan Al Habib Salim, Asy Syarifah Khadijah binti Ahmad bin Jindan seorang wanita shalehah dan berilmu luas. Beliau adalah isteri seorang ulama dan wali besar Al Habib Ahmad bin Ghalib Al Hamid. Asy Syarifah Khadijah wafat dalam usia sangat muda, yaitu kurang dari 30 tahun. Di rumah semacam inilah Al Habib Salim hidup dan tumbuh hingga beliau melanjutkan belajarnya di Madrasah Al Khairiyah yang dipimpin oleh Al Habib Abdul Qodir bin Ahmad Bilfaqih.
 
== Karya Tulis Al Habib Salim Jindan ==
== Triumvirat ==
 
Al Habib Salim banyak menulis kitab membahas tentang berbagai disiplin ilmu. Diantaranya tentang sejarah, baik itu sejarah Islam di Nusantara maupun sejarah secara umum. Diantaranya ilmu nasab sehingga beliau menulis banyak kitab tentang nasab-nasab qobilah-qobilah arab. Bahkan saya mendapati beberapa lembaran kertas catatan beliau tentang nasab suku-suku nusantara. Diantaranya biografi ulama-ulama dan tokoh-tokoh dunia Islam. Beliau menulis tentang biografi para gurunya hingga berpuluh jilid. Adapun tulisan beliau tentang sanad dan riwayat serta ijazah sungguh sangat banyak sekali. Demikian juga beliau menulis tentang beberapa permasalahan aktual pada masanya. Diantaranya tentang hukum memakai pakaian yang menjadi ciri barat saat itu, tentang qunut dalam shalat, dan masih banyak lagi tulisan beliau.
Bersama dengan Habib Ali Al Habsyi ([[Habib Ali Kwitang]]) dan [[Al-Habib Ali bin Husein Al-Attas]](Habib Ali Bungur/Habib Ali Cikini), mereka dikenal sebagai tiga serangkai (triumvirat) dalam berdakwah, kalau Habib Ali bin Husin Alatas lebih banyak diam dan Habib Ali Kwitang mengajak masyarakat saling mencintai; Habib Salim Bin Djindan dengan suara yang menggebu-gebu kadang mengkritik kebijakan pemerintah yang dianggapnya berlawanan dengan ajaran Islam<ref name=rabithah/>.
 
Saya menemukan daftar isi suatu kitab yang beliau tulis yang berjudul Mu'jam Al Awadim Fi Al Ansaab wa At Taraajim, dari daftar isinya saya mengambil kesimpulan bahwa beliau dalam kitab itu menulis tentang sejarah dan nasab umat manusia dari Nabi Adam sampai waktu beliau. Tertulis dalam daftar isi kitab tersebut pembahasan demi pembahasan hingga mencapai 1200 halaman. Kemudian di akhir daftar isi tersebut, beliau menyatakan ini adalah jilid pertama dari 16 jilid. Masya Allah, jilid pertama terdiri dari 1200 halaman dan kitab keseluruhan terdiri dari 16 jilid, dan kesemua itu adalah tulisan tangan beliau. Namun sayangnya kitab tersebut hilang dan tidak diketahui keberadaannya. Itu adalah salah satu dari sekian banyak karya tulis beliau. Saat ini yang terdata bahwa karya beliau mencapai lebih dari 100 judul antara karya yang ringkas hingga yang berjilid-jilid. Hal yang luar biasa di atas itu semua, bahwa sebagian besar karya beliau ditulis oleh beliau dari hafalan beliau.
Hampir semua Habaib dan ulama di Jakarta berguru kepada mereka, terutama kepada Habib Salim bin Djindan yang memiliki koleksi sekitar 15.000 kitab, termasuk kitab yang langka. Sementara Habib Salim sendiri menulis sekitar 100 kitab, antara lain tentang hadits dan tarikh, termasuk yang belum dicetak.
 
== Pujian dan Pengakuan Ulama Besar ==
 
Banyak ulama-ulama dunia yang memuji dan mengakui betapa agungnya Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan. Diantaranya adalah:
 
1- Guru beliau Muhaddits Al Hijaaz Al 'Allamah Asy Syeikh Umar bin Hamdan Al Mahrasi Al Jazairi. Dalam naskah ijazah beliau kepada Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan beliau menulis, "Sesungguhnya aku telah memberikan ijazahku untuk As Sayyid yang sempurna Salim bin Ahmad bin Jindan”.
 
2- Guru beliau juga Al 'Allamah Mufti Johor Al Habib Alwi bin Thohir Al Haddad. Dalam naskah ijazah beliau kepada Al Habib Salim beliau menulis, "Sesungguhnya telah meminta kepadaku Ijazah As Sayyid yang terhormat, yang kokoh berprinsip, yang ditalqinkan baginya ilmu, yang diberikan kepadanya ilham, seorang yang memiliki hafalan yang sangat kuat, yang selalu meneliti ilmu, yang kritis, yang setiap hari selalu datang dengan membawa pembahasan ilmiyah yang unik As Sayyid Salim bin Ahmad bin Jindan”.
 
Di dalam kitab-kitab yang ditulis oleh Al Habib Alwi bin Thohir Al Haddad sering kali Al Habib Alwi mengutip dan bertumpu kepada apa yang dinyatakan oleh Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan.
 
3- Asy Syeikh Hasan Al Massyaath ulama besar Makkah pernah mengatakan dalam kitabnya yang berjudul Ats Tsabat Al Kabiir sebagai berikut, "Diantara guruku adalah As Sayyid Salim bin Ahmad bin Jindan Al Hadrami Al Alawi yang tinggal di kota Jakarta di tanah Jawa. Aku selalu berjumpa dan berkumpul dengannya di Masjidil Haram dan di rumahku. Beliau sering kali memberikan Ijazah kepadaku, beliau berada di tempat yang sangat agung dalam ilmu dan ketaqwaan serta dalam berdakwah di jalan Allah. Beliau memiliki sanad-sanad yang bersambung dengan guru-guru dan leluhurnya, bahkan diantara sanad tersebut terdapat yang sangat dekat sekali dan tinggi sekali”.
 
4- Seorang ulama besar di kota Makkah yang bernama Al 'Allamah Asy Syeikh Abdullah bin Sa'id Al Lahji pernah mengatakan dalam buku beliau yang berjudul Al Miqooh Ila Ar Riwayah wa Ar Ruwaah sebagai berikut, "Diantara guruku adalah Al 'Allamah, yang menguasai berbagai macam disiplin ilmu, yang merupakan keajaiban zaman ini, Al Muhaddits As Sayyid Salim bin Ahmad bin Husain bin Saleh bin Jindan”.
 
5- Al Habib Jindan bin Novel bin Jindan pernah menyampaikan kepada saya bahwa Al Habib Ali bin Abdur Rahman Al Jufri mendengar langsung dari Al Qutb Al Habib Abdul Qodir bin Ahmad As Seggaf bahwa beliau mengatakan, "Tiga tokoh Alawiyyin yang merupakan keajaiban dalam hafalan dan kecerdasan, Al Habib Abdur Rahman bin Ubaidillah As Seggaf, Al Habib Alwi bin Thahir Al Haddad dan Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan”.
 
6- Saya mendengar dari Al 'Allamah KH.Muhammad Syukur Ya'qub bahwa beliau mendengar Al 'Allamah Al Habib Zain bin Abdullah Al Idrus Ash Shalabiyah berkata, "Kami para habaib dalam perihal hadits dan periwayatan menghadap dan berkiblat kepada Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan”.
 
Serta masih banyak lagi lainnya. Nama Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan sangat harum dari ujung timur Indonesia sampai ke ujung baratnya, dari selatan pulau Jawa hingga paling utara Asia Tenggara, di Timur tengah hingga ke Timur Jauh. Setiap orang yang berjumpa langsung dengan beliau, mengenal dekat dan bergaul dengannya pasti menyatakan kekagumannya kepada beliau.
 
== Murid-Murid Al Habib Salim ==
 
Kami mendengar dari guru-guru kami bahwa ketiga ulama besar ini adalah guru besar bangsa Indonesia. Ketiganya adalah Al Habib Ali bin Abdurahman Al Habsyi, Al Habib Ali bin Husain Al Attas dan Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan. Tidak ada saat ini seorang alim ulama di JABODETABEK secara khusus dan di Indonesia secara umum melainkan ketiga ulama besar ini adalah mata air utamanya.
 
Diantara mereka adalah:
1. Al 'Allamah Al Habib Abdurahman bin Ahmad As Seggaf
 
2. Al 'Allamah Al Faqiih KH.Muhammad Syafi'i Hadzami
 
3. Al 'Allamah KH.Abdullah Syafi'i
 
4. Al 'Allamah KH.Tohir Rahili
 
5. Muhaddits Al Haramain As Sayyid Muhammad bin Alwi Al Maliki
 
6. Al Musnid Al 'Allamah As Sayyid Umar bin Hamid Al Jailani
 
7. Al 'Allamah Al Habib Ali bin Abdurahman As Seggaf
 
8. Al 'Allamah KH.Muhammad Syukur Ya'qub
 
9. Al 'Allamah KH.Muhammad Tayyib Izzi
 
10. Al Habib Abdurahman bin Abdullah Ba Qodir Al Attas
 
11. Al Habib Novel bin Al Habib Salim bin Jindan
 
12. Al Ustadzah Asy Syarifah Fatimah binti Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan
 
13. Al Ustadzah Asy Syarifah Fatimah binti Abdullah Ba Qodir Al Attas
 
14. dan masih banyak lagi.
 
Tidak sedikit ulama-ulama besar dunia yang ingin masuk dalam ikatan sanad Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan hingga mereka meminta kepada beliau agar dituliskan Ijazah khusus oleh Al Habib Salim untuk masing-masing mereka. Diantara mereka adalah:
 
1. Al 'Allamah Al Muhaddits Al Habib Salim bin Hafidz
 
2. Al 'Allamah Al Faqih Al Habib Muhammad bin Salim bin Hafidz
 
3. Al 'Allamah Asy Syeikh Hasan bin Muhammad Al Massyath
 
4. Al 'Allamah As Sayyid Muhammad bin Hasan bin Muhammad Fad'aq
 
5. Al 'Allamah Mufti Zanjubar Al Habib Umar bin Ahmad bin Sumaith
 
6. Al 'Allamah Asy Syeikh Muhammad bin Salim Al Baihani
 
7. Al 'Allamah As Sayyid Alwi bin Abbas Al Maliki
 
8. dan masih banyak lagi.
 
 
== Perjalanan Beliau ke Berbagai Pelosok ==
 
Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan dari sejak usia sangat muda gemar melakukan perjalanan ke berbagai pelosok untuk tujuan menuntut ilmu, berbagi ilmu, dakwah di jalan Allah, menjalin hubungan dengan para ulama dan kaum shalihin, memberikan perhatian besar kepada umat, meneliti sejarah dan mengumpulkan data-data sejarah, mendengar hadits-hadits Nabi dan mengumpulkan sanad dan periwayatan. Terkadang perjalanan tersebut memakan waktu berbulan-bulan. Beliau sering kali menjelajahi Indonesia bagian timur. Sulawesi beliau jelajahi hingga ke ujung hutannya. Ternate, Manado, Minahasa, Gorontalo, Makasar, Palu, Tondano, dan lain-lainnya. Kepulauan Maluku hingga ke ujung laut dan pulaunya. Bahkan hingga masuk sampai ke Filipina. Bali, kepulauan Nusa tenggara beliau jelajahi. Kalimantan hingga ke pelosoknya. Pulau Sumatera sangat mencintainya. Kota palembang dari ujung ke ujung mencintai beliau dan tidak ingin melepaskan beliau. Kenangan manis yang hingga saat ini masih selalu diceritakan di tanah Palembang. Ketika saya bersama kakak saya Al Habib Jindan berdakwah di Melaka Malaysia, para ulama tua di Melaka bercerita kepada kami bahwa Al Habib Salim bin Jindan dahulu berdakwah di Melaka dan sempat tinggal lebih kurang satu tahun di Melaka.
 
Masjid Sultan Singapura telah menjadi saksi bisu bagaimana dahulu Al Habib Salim berceramah dan berdakwah di Singapura. Madrasah Al Junaid Singapura pun berbangga ketika Al Habib Salim membuka dan menjadi tamu kehormatannya dalam acara pembukaan dan peresmiannya. Johor pun menjadi saksi ketika beliau menyalin naskah Kitab Al Khulashah Asy Syafiyah karya Al Habib Alwi bin Thahir Al Haddad tatkala beliau menimba ilmu darinya. Dalam perjalanan haji beliau masuk ke Srilangka dan Kolombo hingga berjumpa dengan para ulamanya. Berbulan beliau di tanah suci untuk menimba ilmu dari para Ahli Hadits dan ulama-ulama besarnya dan kemudian beliau tunaikan kewajiban Haji kepada Allah.
 
Tatkala beliau banyak menulis kitab tentang sejarah Hadramaut dan nasab kabilah-kabilah Arab Hadramaut, tidak cukup baginya data sejarah dan nasab yang beliau dapatkan di Indonesia, namun beliau pergi dan berangkat ke Hadramaut untuk menykasikan langsung dengan mata kepalanya segala data sejarah dan nasab-nasab kabilah Arab Hadramaut. Seluruh pelosok Hadramaut beliau kunjungi. Dan setiap pelosok menyambut beliau dengan sambutan yang meriah yang hingga saat ini masih disebut-sebut oleh para orang tua pelaku sejarah. Ketika pertama kali beliau masuk ke kota Tarim, Al Habib Alwi bin Abdullah bin Syahab menyambut beliau di gerbang masuk kota Tarim atas isyarat dan perintah para leluhurnya. Arak-arakan Khuddam Seggaf mengantar beliau dan rombongan para penyambut hingga masuk ke pekuburan Zanbal. Di hadapan pusara Al Faqih Al Muqoddam di depan halayak ramai beliau berceramah dan mengatakan kepada penduduk kota Tarim, "Wahai penduduk kota tarim, kalian bukanlah manusia, namun kalian lebih menyerupai para malaikat Allah yang senantiasa beribadah dan menyembah kepada Allah".
 
Saat bersama para ulama dan habaib dari keluarga Asy Syeikh Abu Bakar bin Salim berziarah ke Makam Nabi Hud AS. Makam Nabi Hud berada di puncak gunung dan para peziarah harus berjalan menaiki anak tangga hingga sampai di makam. Saat itu Al Habib Salim bercanda dan mengatakan kepada rombongan ulama dan habaib yang sebagian besar mereka adalah orang tua, "Mari kita balapan lari hingga sampai di puncak". Mereka semua tertawa. Kisah ini saya dengar langsung dari Al Habib Abu Bakar bin Syeikh bin Ahmad bin Asy Syeikh Abi Bakar bin Salim. Al Habib Abu Bakar bin Syeikh juga pernah bercerita kepada saya saat beliau mendampingi Al Habib Salim berziarah ke makam-makam para awliya di Hadramaut, bahwa setiap berziarah ke makam, Al Habib Salim bertanya kepada kami, "Makam siapa ini?" Maka kami menjawab "ini adalah makam Al Habib Abdullah bin Husain bin Thahir". Mendengar itu, Al Habib Salim langsung membawakan suatu hadits yang beliau dengar dari gurunya, gurunya mendengar dari gurunya dan terus mata rantai sanad di sampaikan oleh Al Habib Salim hingga bersambung kepada Al Habib Abdullah bin Husain bin Thahir dan kemudian berlanjut guru demi guru hingga sampai kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam. Seterusnya begitu setiap kali berziarah ke makam siapapun dari para awliya.
 
Saat di kota Inat beliau di sambut dengan sambutan meriah. Bersama rombongan beliau berziarah ke makam Asy Syeikh Abu Bakar dan setelah itu mereka berbondong-bondong berjalan dengan arak-arakan ke rumah Asy Syeikh Abu Bakar bin Salim dan di adakan majelis Rauhah hingga menjelang maghrib. Kemudian mereka bersama-sama ke Masjid Asy Syeikh Abu Bakar bin Salim dan selepas maghrib diadakan majelis besar. Saat itu Al Habib Salim berdiri berbicara tentang keutamaan Ilbaas Al Khirqoh dan ceramahnya beliau membawakan 40 hadits dengan sanadnya tentang Ilbaas Al Khirqoh. Usai ceramah, beliau memberikan ijazah kepada semua yang hadir dengan memakaikan satu persatu kepada mereka semua Alfiyah beliau dengan sanad mata rantai yang bersambung sampai kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam.
 
== Tegas ==