Media baca: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k ejaan, replaced: praktek → praktik |
k Robot: Perubahan kosmetika |
||
Baris 1:
Media Baca (Bahasa Inggris: Reading Media) adalah sarana yang digunakan dalam proses melihat atau memahami apa yang tertulis. Membaca merupakan sebuah proses [[Kognitif]] kompleks dalam mengkodekan simbol- simbol dengan tujuan memahami maksud sebuah bacaan (Reading Comprehension). Hal ini juga berarti bahwa dalam proses membaca dibutuhkan ''skill'' atau keahlian untuk memahami [[Informasi]] dari sumber- sumber media baca yang tersedia. Membaca merupakan aktivitas penting dalam sebuah proses pemerolehan bahasa atau [[Language acquisition]] maupun kaitannya dalam proses menganalisa dan memahami ilmu pengetahuan. Oleh karenanya budaya membaca terus tumbuh di tengah masyarakat dari masa ke masa. Tanggal 14 September telah ditetapkan sebagai '''Hari Kunjung Perpustakaan''' dan bulan '''September''' dicanangkan sebagai '''Bulan Gemar Membaca''' sejak tahun 1995 oleh Presiden Soeharto. Tujuannya tak lain untuk menumbuhkan minat baca masyarakat Indonesia yang masih tergolong rendah. Pepatah yang mengatakan "buku adalah jendela dunia" tentu sudah tak asing ditelinga. Buku merupakan salah satu media baca yang menyediakan banyak sumber informasi bagi pembaca. Media baca dapat dibagi ke dalam beberapa jenis seperti buku, majalah, dan koran. Pada awalnya, media baca banyak terbentuk dari sejumlah informasi yang dicetak pada kertas. Hal ini yang sering kita sebut sebagai media baca cetak atau dikenal dengan istilah ''printed media''. Meskipun media baca cetak
== Budaya Membaca ==
Penguasaan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan tolak ukur sebuah negara maju. Dibanyak negara maju, membaca sudah menjadi budaya yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakatnya.
=== Budaya Membaca di Negara Maju ===
Baris 12:
Berbeda dengan di negara maju dimana membaca sudah menjadi ''lifestyle''. Budaya membaca di Indonesia dapat dikatakan masih sangat rendah. Membaca bagi banyak penduduk di Indonesia masih dianggap sebagai kegiatan yang membosankan. Orang yang gemar membaca identik dengan istilah [[Kutu buku]] yang sering digambarkan sebagai orang yang kaku, membosankan, dan berkaca mata tebal. Pandangan inilah yang menjadi salah satu faktor menunjang tidak populernya budaya membaca di Indonesia. Padahal membaca memiliki segudang manfaat. Sayangnya hal ini belum disadari oleh kebanyakan masyarakat Indonesia. Betapa luasnya wawasan yang kita miliki jika gemar membaca. Selain itu, membaca juga dapat dijadikan sebagai alternatif hiburan diwaktu senggang.
Data Statistik Sosial Budaya BPS tahun 2012 menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia belum menjadikan kegiatan membaca sebagai sumber utama mendapatkan informasi. Sebanyak 91,68 persen penduduk yang berusia 10 tahun ke atas lebih menyukai menonton televisi, dan hanya sekitar 17,66 persen yang menyukai membaca surat kabar, buku atau majalah. ''Organization for Economic Cooperation and Development(OECD)'' pada tahun 2009 menempatkan minat baca Indonesia pada posisi terendah dari
* Pameran koleksi dan seminar pembuatan kartun editorial oleh Perpustakaan RI
* Perpustakaan Daerah Metro, Lampung mengadakan serangkaian lomba, seperti lomba bercerita, pidato dan lomba resensi dan KTI
Baris 26:
Skrip tertua yang hingga kini masih eksis adalah dari China yang juga mengembangkan koas, tinta, kertas pada tahun 105 masehi. Pada waktu itu, koas menggunakan tinta yang terbuat dari jelaga atau tanah hitam. Tsai Lun yang merupakan pengawas pabrik industri senjata menciptakan bentuk kertas dengan menumbuk bersama tumbuhan berbeda, kain perca, dan air lalu mengiringkannya pada bambu. Orang China membangun pengetahuannya dengan mengembangkan blok cetak, mereka memahat simbol pada sebuah kayu dan memberinya tinta, lalu menekannya pada sebuah kertas. Itulah yang mereka sebut dalam proses pembuatan buku. Penemuan ini juga merambah ke Jepang, Korea, kemudian Arab. Pada tahun 1051, orang China menambahkan logam, tanah liat, dan cetakan kayu. Sedangkan orang Korea memperhalus proses cetak dengan pengembangan tipe logam yang dapat bergerak pada tahun 1234. Namun, percetakan tidak berkembang lebih jauh lagi hingga ''Johannes Gutenberg'' yang berasal dari Jerman menemukan tipe yang dapat bergerak dan berhasil mencetak alkitab (Jerman) untuk pertama kalinya. Inovasi dimulai dari pernemuan ini hingga sekarang.<ref>Straubhaar, Joseph, Robert La Rose, & Lucinda Davenport. (2012). Media Now: Understanding Media,culture, and technolog (7th ed.). USA: Wadsworth</ref>
==== Jenis- jenis Buku ====
Buku memiliki banyak jenis ataupun [[Genre
* [[Novel]]
* [[Ensiklopedia]]
Baris 38:
Majalah merupakan jenis media analog yang dicetak pada tinta di atas kertas dan diterbitkan berkala setiap minggu ataupun bulanan. Majalah biasanya berisikan informasi tentang ditujukan pada kalangan dengan target pembaca tertentu. Majalah dapat berisi bermacam- macam artikel dengan gaya penulisan dan bahasa yang mudah dimengerti oleh banyak orang.
==== Sejarah Majalah ====
Awalnya, majalah dikembangkan di "Great Britain" pada tahu 1700-an. Mereka mengembangkan genre fiksi dan non fiksi dengan tingkat yang bervariasi berdasarkan segmen pasarnya. Majalah pertama yang terbit adalah ''Gentleman's Magazine'' tahun 1731, dimana para editornya memfokuskan sisi elegan dan tulisan menghibur tentang [[sastra]], [[politik]], [[Biografi]],[[sejarah]], dan [[kritik]]. Majalah modern sejak tahun 1920-an mulai bersaing dengan radio dan film. Banyak diantaranya yang tidak dapat bertahan karena kurang kompetitif. Tahun 1923, Henry Luce dan Briton Hadden memulai '''Time Magazine''' yang juga memperkenalkan ''Life'' yang mengilustrasikan majalah foto jurnalistik tahun 1936. Majalah selalu memiliki target pembaca
Sejarah keberadaan majalah di Indonesia juga cukup panjang. Perkembangannya dimulai pada masa menjelang dan awal kemerdekaan RI. '''Pantja Raja''' pimpinan ''Maekoem Dojohadisoeparto'' dengan prakarsa [[Ki Hadjar Dewantara]] terbit pada tahun 1945 di Jakarta. Pada tahun yang sama, pada bulan oktober 1945 ''Arnold Monoutu'' dan ''dr. Hassan Missouri'' menerbitkan majalah mingguan '''Menara Merdeka''' yang memuat berita-berita yang disiarkan [[Radio Republik Indonesia]] pada bulan Oktober di Ternate. Di Kediri terbit majalah berbahasa jawa ''Djojobodo'' yang merupakan pimpinan dari ''Tadjib Ermadi''. Selain itu di Blitar, para anggota Ikatan Pelajar Indonesia menerbitkan majalah berbahasa jawa, ''Obor (Suluh)''. Di awal kemerdekaan majalah dijadikan sebagai salah satu alat pemersatu bangsa. Kebanyakan majalah terbit dengan semangat menghancurkan sisa-sisa kekuasaan Belanda dan menempa persatuan nasional untuk kemerdekaan bangsa.
Baris 45:
Sejak runtuhnya masa pemerintahan Orde Lama, majalah di Indonesia mulai menemukan jiwanya kembali. Banyak majalah terbit dengan jenis yang beragam. Majalah '''Selecta''' pimpinan ''Sjamsudin Lubis'' merupakan salah satu produk majalah di era [[Orde Baru]]. Di [[Era Reformasi]], tidak diperlukan lagi Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP). Hal ini membuat semakin menjamurnya pihak yang menerbitkan majalah baru sesuai dengan tuntutan pasar.
==== Jenis - Jenis Majalah ====
# Majalah Berita: [[Majalah Tempo|Tempo]], [[Majalah Gatra]], Sinar, Tiras
# Majalah Wanita: [[Femina]], Kartini, Sarinah
# Majalah remaja wanita: [[Majalah Gadis]], [[Kawanku]]
# Majalah anak-anak: [[Majalah bobo]], Ganesha
=== Koran ===
Koran merupakan media baca yang erat dengan dunia [[jurnalistik]]. Koran (Bahasa Belanda: Krant, bahasa Perancis: Courant) biasanya berisi informasi ataupun berita terkini dari berbagai topik yang dicetak pada kertas berbiaya rendah. Topiknya biasa berisi tentang berita [[politik]], perkembangan [[ekonomi]], [[kriminalitas]], [[olahraga]], juga disisipi dengan konten berita hiburan dan [[Iklan]]
==== Sejarah Koran ====
''Foreign'' dan ''Domestick'' merupakan koran pertama di Amerika Utara. Perusahaan koran mengalami perkembangan yang sangat lambat hingga tahun
Dalam sebuah negara biasanya terdapat koran nasional yang terbit di seluruh bagian Negara. Pers di Indonesia telah lama terlibat dalam dunia politik. Perkembangan kegiatan jurnalistik diawali oleh Belanda. Beberapa pejuang kemerdekaan Indonesia pun menggunakan jurnalisme sebagai alat perjuangan. Di era-era inilah ''Bintang Timur'', ''Bintang Barat'', ''Medan Prijaji'', dan ''Java Bode'' terbit. Di masa penjajahan, pers sangat ditakuti, sehingga pemerintah mengeluarkan '''haatzai artikelen''', yaitu undang-undang yang mengancam pers apabila dianggap menerbitkan tulisan-tulisan yang “menaburkan kebencian” terhadap pemerintah. Pada pemerintahan Presiden Soeharto, wartawan harus menulis dengan sangat hati- hati agar koran tidak dibredel oleh pemerintah. Titik kebebasan pers mulai terasa lagi saat [[BJ Habibie]] menggantikan Soeharto. Banyak media massa yang muncul kemudian dan PWI tidak lagi menjadi satu-satunya organisasi profesi.
Baris 71:
Media baca baik analog maupun digital sangat penting keberadaanya bagi bangsa Indonesia. Sejarah mencatat bagaimana masing- masing media baca bertahan hingga saat ini. Media baca digital muncul sebagai inovasi baru media baca yang lebih maju di bidang teknologi. Penikmat media digital di Indonesia saat ini didominasi oleh kalangan anak muda yang telah akrab dengan dunia [[komputer]]. Namun sebagian besar masyarakat Indonesia masih memilih membaca koran konvensional karena dinilai lebih kredibel dan dapat dipercaya. Hal ini tidak mengherankan karena berita di internet seringkali berisi [[hoax]].
Digital media memang menjanjikan informasi yang banyak, cepat, dan ''up to date''.
== Prana Luar ==
|