Divisi Regional IV Tanjungkarang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 25:
 
Dari [[stasiun]] besar hingga [[stasiun]] kecil di Divre IV TNK rata-rata merupakan stasiun ''long siding'' dengan panjang emplasemen antara 900-1000 m atau lebih. Bahkan, [[stasiun Tulungbuyut]] merupakan stasiun dengan emplasemen terpanjang di Indonesia. Spoor belok [[stasiun Tulungbuyut|Tulungbuyut]] memiliki panjang sekitar 2200 m.<ref>http://www.skyscrapercity.com/showpost.php?p=128866164&postcount=14</ref>
 
==Sejarah==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Luchtfoto van een onderneming en een spoorweg in de Lampongse Districten op Zuid-Sumatra. TMnr 60013146.jpg|350px|jmpl|Foto udara [[stasiun Kotabumi]] dan lingkungan sekitarnya di wilayah [[Kotabumi (kota)|Kotabumi]], [[Lampung Utara]] pada zaman [[Hindia Belanda]].]]
 
Sekitar tahun 1911, transmigran pulau [[Jawa]] yang didatangkan [[Hindia Belanda]] ke [[Lampung]] pada 1905 berhasil membangun perkebunan [[kaitsyuk]], [[tembakau]], [[kopi]], [[karet]], [[kelapa dalam]], dan [[kelapa sawit]]. Gubernur Jenderal [[Hindia Belanda]] di [[Batavia]] lalu menganggap sarana angkutan hasil-hasil bumi dari [[Sumatera Selatan]] ke pulau [[Jawa]] jika terlalu mengandalkan pelayaran laut terlalu banyak memakan biaya dan waktu serta sulit memasuki pelabuhan di [[Palembang]], [[Pasar Krui, Pesisir Tengah, Pesisir Barat|Krui]], dan [[Menggala, Tulang Bawang|Menggala]]. Maka diputuskan reduksi biaya transportasi dan waktu pengiriman hasil bumi dengan membangun rel kereta api dari [[Palembang]] ke [[Bandarlampung|Tanjungkarang]].
 
Adapun rel KA pertama di Pulau Sumatera dibangun di Aceh (1874), Sumatera Utara (1886), Sumatera Barat (1891), kemudian Sumatera Selatan (1911). Tahun 1911, pembangunan rel KA dimulai oleh pemerintah [[Hindia Belanda]] dengan mengerahkan ribuan orang di [[Palembang]] dan di [[Bandarlampung|Tanjungkarang]].
 
Rel KA antara [[Bandarlampung|Tanjungkarang]] dan [[Palembang]] banyak melintasi hutan, perkebunan karet, perkebunan sawit, dan rawa-rawa. Jalur KA ini berbeda dengan yang ada di Pulau Jawa, di mana rel KA dibangun melintasi perkampungan-perkampungan. Penyebabnya, rel KA di Pulau Jawa disiapkan untuk angkutan manusia, sedangkan rel KA ini disiapkan [[Belanda]] untuk mengangkut hasil bumi, hasil hutan, dan perkebunan dari negeri jajahan di Sumatera.
 
Lintasan kereta di Sumatera bagian selatan pertama kali dibangun sepanjang 12 kilometer dari [[Panjang, Bandar Lampung|Panjang]] menuju [[Stasiun Tanjung Karang|Tanjungkarang]], Lampung. Jalur rel ini mulai dilalui kereta pada tanggal 3 Agustus 1914. Pada waktu bersamaan dilaksanakan juga pemasangan dan pembangunan lintasan rel dari [[Stasiun Kertapati|Kertapati]], menuju Kota [[Stasiun Prabumulih|Prabumulih]], Sumatera Selatan. Sampai 1914, jalur rel lintas [[Stasiun Prabumulih|Prabumulih]] hingga [[Stasiun Prabumulih|Prabumulih]] mencapai jarak 78 kilometer.
 
Perlahan, jalur rel kemudian dikembangkan untuk pengangkutan [[batu bara]] dari tempat penambangannya di Tanjung Enim. Kemudian dikembangkan juga jalur ke [[Kabupaten Lahat|Lahat]]. Di [[Kabupaten Lahat|Lahat]] ada sebuah bengkel besar kereta (sekarang dinamakan Balai Yasa [[Kabupaten Lahat|Lahat]]) yang berfungsi untuk perbaikan dan perawatan kereta api. <ref>http://www.dardela.com/index.php?option=com_content&task=view&id=93&Itemid=9</ref>
 
Akhirnya pemerintah [[Hindia Belanda]] melalui ''Zuid Soematera Spoorwegen'' (ZSS) tuntas membangun rel kereta api di [[Lampung]] dan [[Sumatera Selatan]] hingga 529 km. Seluruhnya merupakan rel selebar [[Cape gauge|1.067 mm]]. Sementara mayoritas negara menggunakan rel selebar [[:en:Standard gauge|1.435 mm]] yang menjaga stabilitas kereta lebih baik agar bisa berjalan dengan kecepatan lebih tinggi .
 
Awalnya, ZSS berencana membangun rel hingga [[Tapanuli]] tetapi dihempaskan kebangkrutan perusahaan akibat resesi setelah Perang Dunia I, yaitu [[Great Depression]] yang ternyata berdampak ke rel di Sumatera. <ref>http://nasional.kompas.com/read/2008/08/16/12311273/Sejarah.Jalur.KA.Lampung.Palembang</ref>
 
==Referensi==