Hasan Mustapa: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k minor cosmetic change
k Robot: Perubahan kosmetika
Baris 100:
'''Hasan Mustapa''' ([[Cikajang]], [[Garut]], 5 Juni [[1852]] - [[Kota Bandung|Bandung]], [[1930]]) adalah Penghulu Besar, [[ulama]], dan dianggap salah satu Pujangga Sunda terbesar di [[Jawa Barat|Tatar Pasundan]].
 
== Sejarah ==
[[Berkas:Bale Bandoeng (foto dokumen Santi Jehan Nanda).jpg|thumb|left|280px|Sampai saat ini para peneliti atau pemerhati tokoh Sunda masih kesulitan untuk menelusuri karya-karya Haji Hasan Mustapa. Menurut tim penyusun buku ''Biografi dan karya Pujangga Haji Hasan Mustapa'', Pada tahun [[1960]] untuk memenuhi permintaan Prof Dr. [[Husein Djajadiningrat]] – yang menjabat pimpinan di [[Museum Pusat Jakarta]], [[M. Wangsaatmadja]] ([[Cicadas|Tjitjadas - Bandoeng]]) mengetik ulang karya-karya Haji Hasan Mustapa. Hasil ketik ulangnya itu dibukukan dalam 18 jilid naskah yang semuanya diberi judul ''Aji Wiwitan'' dengan subjudul yang berlainan untuk setiap jilid. Usaha Wangsaatmadja itu hampir menjadi sia-sia ketika dua rangkap hasil ketik ulangnya hilang dalam perjalanan pengiriman ke museum. Untungnya masih ada 17 naskah, alas dari ketikan ulang yang masih bisa ditelusuri oleh tim penulis. Dari 17 naskah tersebut, ada 10 yang sempat dicetak menjadi buku. Salah satunya buku “Bale Bandoeng” yang diterbitkan tahun 1924 oleh Toko Boekoe M.I. Prawira-Winata Bandoeng ini. Naskah lainnya yang tersisa berupa salinan atau fotocopy bahkan sebagian besar hanya bisa ditemukan di Leiden sana.<ref>{{cite web
|last =Nanda
Baris 118:
Guru-gurunya di tanah air, antara lain [[Kiai Haji Hasan Basri]] ([[Kiara Koneng]], [[Garut]]), [[Kiai Haji Yahya]] (Garut), [[Kiai Abdul Hasan]] ([[Tanjungsari, Sumedang|Tanjungsari]], [[Sumedang]]), [[Kiai Muhamad]] ([[Cibunut]], [[Garut]]), [[Muhamad Ijra'i]] (murid [[Kiai Abdulkadir]], [[Dasarema]], [[Surabaya]]) dan [[Kiai Khalil]] ([[Bangkalan]], [[Madura]]). Setelah menikah dan beranak satu, sekitar [[1880]], ia berangkat lagi dengan anak istrinya ke Mekkah untuk belajar lebih jauh. Guru-gurunya di Mekah antara lain [[Syekh Muhamad]], [[Syekh Abdulhamid Dagastani]] atau Sarawani, [[Syekh Ali Rahbani]], [[Syekh Umar Syami]], [[Syekh Mustafa al-Afifi]], [[Sayid Abubakar al-Sathahasbulah]], [[Syekh Nawawi Al-Bantani]], [[Abdullah Al-Zawawi]], dan lain lain. Pada waktu itu, Hasan Mustapa sendiri sudah mengajar di [[Masjidil Haram]].
 
Menurut Dr. [[Christiaan Snouck Hurgronje]] yang berkenalan dengannya di Mekkah, Hasan Mustapa diikuti oleh beberapa lusin murid setiap kali ia mengajar. Menurut [[Abubakar Djajadiningrat]] yang memberikan bahan-bahan sumber kepada Hurgronje, dalam naskah yang bertitimangsa [[17 Desember]] [[1887]], Hasan Mustapa mempunyai murid di Masjidil Haram lebih kurang 30 orang, berilmu luas dan telah menerbitkan buku dalam [[bahasa Arab]].
 
Pada sekitar [[1885]] di [[Kabupaten Garut|Garut]] timbul pertikaian paham antara golongan tua dengan kaum muda pembaharu yang cukup ramai, sehingga Penghulu Besar Haji [[Muhamad Musa]] mengirimkan orang untuk menjemput Haji Hasan Mustapa memenuhi panggilan itu, ia berhasil memadamkan pertikaian paham itu, lalu mendirikan pesantren di [[Sindangbarang]], Garut.
Baris 147:
* [http://www.sundanet.com/artikel.php?id=195 SundaNet]
 
== Karya tulis ==
 
* Hasan, M. H. (1913). Bab Adat Istiadat Urang Priangan Jeung Lian Ti Eta.
Baris 154:
* Mustapa, H. H. (1960). Dangding Djilid Anu Kaopat, stensilan diusahakeun ku Ajip Rosidi. Bandung, Oktober.
 
== Bacaan ==
{{Col|2}}
* Rohmana, J. A. (2012). Sundanese Sufi Literature and Local Islamic Identity: A Contribution of Haji Hasan Mustapa’s Dangding. Al-Jami'ah: Journal of Islamic Studies, 50(2), 303-327.
Baris 184:
{{EndDiv}}
 
== Lihat juga ==
 
* [[:Kategori:Sastrawan Sunda|Sastrawan Sunda]]