Riau: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Luthz (bicara | kontrib)
→‎Tokoh: Intsiawati Ayus
k Bot: Penggantian teks otomatis (-sepakbola +sepak bola); perubahan kosmetika
Baris 55:
'''Riau''' (Jawi :رياو) adalah sebuah [[provinsi]] di [[Indonesia]] yang terletak di bagian tengah pulau [[Sumatera]]. Provinsi ini terletak di bagian tengah pantai timur [[Pulau Sumatera]], yaitu di sepanjang pesisir [[Selat Melaka]]. Hingga tahun 2004, provinsi ini juga meliputi [[Kepulauan Riau]], sekelompok besar pulau-pulau kecil (pulau-pulau utamanya antara lain [[Pulau Batam]] dan [[Pulau Bintan]]) yang terletak di sebelah timur Sumatera dan sebelah selatan [[Singapura]]. Kepulauan ini dimekarkan menjadi provinsi tersendiri pada Juli 2004. Ibu kota dan kota terbesar Riau adalah [[Kota Pekanbaru|Pekanbaru]]. Kota besar lainnya antara lain [[Dumai]], [[Selat Panjang]], [[Bagansiapiapi]], [[Bengkalis]], [[Bangkinang]] dan [[Rengat]].
 
Riau saat ini merupakan salah satu provinsi terkaya di Indonesia, dan sumber dayanya didominasi oleh sumber alam, terutama [[minyak bumi]], [[gas alam]], [[karet]], [[kelapa sawit]] dan perkebunan serat. Tetapi, penebangan hutan yang merajalela telah mengurangi luas hutan secara signifikan, dari 78% pada 1982 menjadi hanya 33% pada 2005.<ref>[http://www.wwf.or.id/attachments/pdf/EleventhHourRiau'sForests.pdf WWF: The Eleventh Hour for Riau's Forests]</ref> Rata-rata 160,000 hektare hutan habis ditebang setiap tahun, meninggalkan 22%, atau 2,45 juta hektare pada tahun 2009.<ref>Rizal Harahap (16 Mei 2009) [http://www.thejakartapost.com/news/2009/05/16/logging-moratorium-a-must039-save-riau-forests.html "Logging moratorium `a must' to save Riau forests"]. ''[[The Jakarta Post]]'', diakses 17 Oktober 2013.</ref> [[Deforestasi]] dengan tujuan pembukaan kebun-kebun kelapa sawit dan produksi kertas telah menyebabkan [[kabut asap]] yang sangat mengganggu di provinsi ini selama bertahun-tahun, dan menjalar ke negara-negara tetangga seperti [[Malaysia]] dan [[Singapura]].
 
== Etimologi ==
Ada tiga kemungkinan asal kata ''riau'' yang menjadi nama provinsi ini. Pertama, dari [[bahasa Portugis|kata Portugis]], ''[https://en.wiktionary.org/wiki/rio rio]'' berarti [[sungai]].<ref>[[Suwardi MS]] (1991). [http://www.worldcat.org/title/budaya-melayu-dalam-perjalanannya-menuju-masa-depan/oclc/29530430 ''Budaya Melayu dalam perjalanannya menuju masa depan'']. [[Pekanbaru]]: Yayasan Penerbit MSI-Riau.</ref><ref name="Kondisisosbud-setneg">[http://www.indonesia.go.id/in/provinsi-riau/sosial-budaya/6022-kondisi-sosial-budaya-riau "Kondisi Sosial Budaya Provinsi Riau"]. Sekretariat Negara, diakses 17 Oktober 2013.</ref> Pada tahun 1514, terdapat sebuah ekspedisi militer Portugis yang menelusuri [[Sungai Siak]], dengan tujuan mencari lokasi sebuah kerajaan yang diyakini mereka ada pada kawasan tersebut, dan sekaligus mengejar pengikut [[Mahmud Syah dari Malaka|Sultan Mahmud Syah]] yang melarikan diri setelah kejatuhan [[Kesultanan Malaka]].<ref>Schnitger, F. M., Fürer-Haimendorf, C. ., & Tichelman, G. L. (1939). ''[http://books.google.co.id/books/about/Forgotten_Kingdoms_in_Sumatra.html?id=dcYUAAAAIAAJ&redir_esc=y Forgotten kingdoms in Sumatra]''. Leiden: E. J. Brill.</ref>
 
Versi kedua menyebutkan bahwa ''riau'' berasal dari kata ''riahi'' yang berarti air laut. Kata ini diduga berasal dari tokoh [[Sinbad al-Bahar]] dalam kitab [[Seribu Satu Malam]],<ref name="Kondisisosbud-setneg"/> dan versi ketiga menyebutkan bahwa kata ini berasal dari penuturan masyarakat setempat, diangkat dari kata ''rioh'' atau ''riuh'', yang berarti ramai, hiruk pikuk orang bekerja. Besar kemungkinan nama ini memang berasal dari penamaan rakyat setempat, yaitu orang Melayu yang hidup di daerah [[Bintan]], yang kini masuk wilayah [[Kepulauan Riau]]. Nama itu kemungkinan telah mulai terkenal semenjak Raja Kecik memindahkan pusat kerajaan Melayu dari [[Johor]] ke Ulu Riau pada tahun 1719.<ref name="Kondisisosbud-setneg"/>
Baris 81:
 
==== Kesultanan Siak ====
[[FileBerkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM De Sultan van Siak met rijksgroten in de afdeling Bengalis oostkust van Sumatra TMnr 60012313.jpg|left|thumb|256px|Sultan Siak bersama para tetua adat di ''afdeling'' Bengkalis pada 1888. Siak menyerahkan Bengkalis kepada Belanda pada tahun 1873.]]
[[Kesultanan Siak Sri Inderapura]] didirikan oleh [[Raja Kecil]] dari [[Kerajaan Pagaruyung|Pagaruyung]] pada tahun 1723.<ref name="Andaya2">Leonard Y. Andaya (1972). ''[http://www.jstor.org/discover/10.2307/41492060?uid=2134&uid=2&uid=70&uid=4&sid=21102792685163 RAJA KECHIL AND THE MINANGKABAU CONQUEST OF JOHOR IN 1718]''. ''Journal of the Malaysian Branch of the Royal Asiatic Society'', Vol. 45, No. 2 (222), pp. 51-75</ref> Siak segera saja menjadi sebuah kekuatan besar yang dominan di wilayah Riau: atas perintah Raja Kecil, Siak menaklukkan [[Rokan]] pada 1726 dan membangun pangkalan armada laut di [[Pulau Bintan]].<ref name="Barnard">Barnard, T. P., (2003), ''[http://www.jstor.org/discover/10.2307/3351340?uid=2134&uid=2&uid=70&uid=4&sid=21102792685163 Multiple centres of authority: society and environment in Siak and eastern Sumatra, 1674-1827]'', KITLV Press, ISBN 90-6718-219-2.</ref> Namun keagresifan Raja Kecil ini segera ditandingi oleh orang-orang Bugis pimpinan Yang Dipertuan Muda dan Raja Sulaiman. Raja Kecil terpaksa melepaskan pengaruhnya untuk menyatukan kepulauan-kepulauan di lepas pantai timur Sumatera di bawah bendera Siak, meskipun antara tahun 1740 hingga 1745 ia bangkit kembali dan menaklukkan beberapa kawasan di [[Semenanjung Malaya]].<ref>{{Citation | author1=Ryan, N. J. (Neil Joseph) | title=The making of modern Malaysia and Singapore : a history from earliest times to 1966 | URL= http://books.google.co.id/books/about/The_making_of_modern_Malaysia_and_Singap.html?id=naJuAAAAMAAJ&redir_esc=y | publication-date=1969 | publisher=Oxford University Press | edition=4th ed., rev | isbn=978-0-19-638120-6 }}</ref>
 
Baris 87:
 
=== Masa kolonial Belanda ===
[[FileBerkas:Riouw.jpg|right|thumb|256px|Lukisan pesisir Riau oleh seorang pelukis Belanda, sekitar tahun 1850.]]
Invasi Belanda yang agresif ke pantai timur Sumatera tidak dapat dihadang oleh Siak. Belanda mempersempit wilayah kedaulatan Siak, dengan mendirikan Keresidenan Riau (''Residentie Riouw'') di bawah pemerintahan [[Hindia-Belanda]] yang berkedudukan di [[Tanjung Pinang]].<ref>Netscher, E., (1854), ''Beschrijving van een Gedeelte der Residentie Riouw'', Tijdschrift voor Indische Taal- Land- en, Volkenkunde.</ref> Para sultan Siak tidak dapat berbuat apa-apa karena mereka telah terikat perjanjian dengan Belanda. Kedudukan Siak semakin melemah dengan adanya tarik-ulur antara Belanda dan [[Inggris]] yang kala itu menguasai [[Selat Melaka]], untuk mendapatkan wilayah-wilayah strategis di pantai timur Sumatera. Para sultan Siak saat itu terpaksa menyerah kepada kehendak Belanda dan menandatangani perjanjian pada Juli 1873 yang menyerahkan [[Bengkalis]] kepada Belanda, dan mulai saat itu, wilayah-wilayah yang sebelumnya menjadi kekuasaan Siak satu demi satu berpindah tangan kepada Belanda. Pada masa yang hampir bersamaan, Indragiri juga mulai dipengaruhi oleh Belanda, namun akhirnya baru benar-benar berada di bawah kekuasaan Batavia pada tahun 1938. Penguasaan Belanda atas Siak kelak menjadi awal pecahnya [[Perang Aceh]].
 
Di pesisir, Belanda bergerak cepat menghapuskan kerajaan-kerajaan yang masih belum tunduk. Belanda menunjuk seorang residen di [[Tanjung Pinang]] untuk mengawasi daerah-daerah pesisir, dan Belanda berhasil memakzulkan [[Kesultanan Lingga|Sultan Riau-Lingga]], Sultan Abdul Rahman Muazzam Syah pada Februari 1911.<ref>[http://tanjungpinangpos.co.id/2013/09/78233/penghapusan-kerajaan-riau-lingga-1911-1913.html "Penghapusan Kerajaan Riau-Lingga 1911-1913"]. ''[[Tanjungpinang Pos]]'', 14 September 2013. Diakses 17 Oktober 2013.</ref>
Baris 99:
Pada [[Revolusi Nasional Indonesia|awal kemerdekaan]] [[Indonesia]], bekas wilayah Keresidenan Riau dilebur dan tergabung dalam Provinsi Sumatera yang berpusat di [[Kota Bukittinggi|Bukittinggi]]. Seiring dengan penumpasan simpatisan PRRI, Sumatera Tengah dimekarkan lagi menjadi tiga provinsi, yakni [[Sumatera Utara]], [[Sumatera Tengah]], dan [[Sumatera Selatan]]. Ketika itu, Sumatera Tengah menjadi basis terkuat dari PRRI, situasi ini menyebabkan pemerintah pusat membuat strategi memecah Sumatera Tengah dengan tujuan untuk melemahkan pergerakan PRRI..<ref name="Gusti1">{{cite book|last=Asnan|first=Gusti|authorlink=Gusti Asnan|title=Memikir Ulang Regionalisme: Sumatera Barat tahun 1950-an|year=2007|publisher=Yayasan Obor Indonesia|id=ISBN 978-979-461-640-6}}</ref> Selanjutnya pada tahun 1957, berdasarkan Undang-undang Darurat Nomor 19 tahun 1957,<ref>[http://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/4116/node/538/undang-undang-darurat-no-19-tahun-1957-pembentukan-daerah-daerah-tingkat-i-sumatera-barat,-jambi-dan-riau "Undang-Undang Darurat Nomor 19 Tahun 1957"]. ''hukumonline.com'', diakses 23 Oktober 2013. Memerlukan pendaftaran.</ref> Sumatera Tengah dimekarkan menjadi tiga provinsi yaitu Riau, [[Jambi]] dan [[Sumatera Barat]]. Kemudian yang menjadi wilayah provinsi Riau yang baru terbentuk adalah bekas wilayah Kesultanan Siak Sri Inderapura dan Keresidenan Riau serta ditambah [[Kabupaten Kampar|Kampar]] yang sebelumnya pada masa pendudukan tentara Jepang dimasukkan ke dalam wilayah ''Rhio Shu''.
 
Riau sempat menjadi salah satu daerah yang terpengaruh [[Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia]] pada akhir 1950-an. Pemerintah pusat menggelar Operasi Tegas dibawah pimpinan [[Kaharuddin Nasution]], yang kelak menjadi gubernur provinsi ini, dan berhasil menumpas sisa-sisa simpatisan PRRI.<ref>[http://www.kodam4.mil.id/poradvi/prri.html Sejarah Singkat Kodam IV/Diponegoro: KILAS BALIK PENGABDIAN KODAM IV/DIPONEGORO DARI MASA KE MASA]. Situs resmi [[Kodam IV/Diponegoro]], diakses 23 Oktober 2013.</ref>
 
Setelah situasi keamanan berangsur pulih, pemerintah pusat mulai mempertimbangkan untuk memindahkan ibu kota provinsi dari [[Tanjung Pinang]] ke [[Pekanbaru]], yang secara geografis terletak di tengah-tengah. Pemerintah akhirnya menetapkan Pekanbaru sebagai ibu kota provinsi yang baru pada 20 Januari 1959 lewat Kepmendagri No. Desember 52/I/44-25.<ref>[http://www.rripekanbaru.com/index.php?option=com_content&view=article&id=69:pekanbaru-kota-bertuah&catid=41:rotator-news "Pekanbaru Kota Bertuah"]. Situs resmi [[RRI]] Pekanbaru, diakses 23 Oktober 2013.</ref>
Baris 108:
Riau juga menjadi tujuan utama program [[transmigrasi]] yang dicanangkan oleh pemerintahan [[Soeharto]]. Banyak keluarga dari [[Pulau Jawa]] yang pindah ke perkebunan-perkebunan [[kelapa sawit]] yang baru dibuka di Riau, sehingga membentuk suatu komunitas tersendiri yang kini berjumlah cukup signifikan.<ref>[http://finance.detik.com/read/2012/05/03/100547/1907819/4/80-petani-sawit-di-riau-transmigran-asli-jawa "80% Petani Sawit di Riau Transmigran Asli Jawa"]. ''[[Detik.com]]'', 3 Mei 2012. Diakses 23 Oktober 2013.</ref>
 
==== Era reformasi ====
Pada tahun 1999, [[Saleh Djasit]] terpilih menjadi putra daerah asli Riau kedua (selain [[Arifin Achmad]]) dan pertama dipilih oleh DPRD Provinsi sebagai gubernur. Pada tahun 2003, mantan Bupati Indragiri Hilir, [[Rusli Zainal]], terpilih menjadi gubernur, dan terpilih kembali lewat pemilihan langsung oleh rakyat pada tahun 2008. Mulai tanggal 19 Februari 2014, Provinsi Riau secara resmi dipimpin oleh gubernur, [[Annas Maamun]]. Baru memimpin 7 Bulan, Annas Maamun dilengserkan setelah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Menangkap Tangan Annas Maamun dalam kasus Alih Fungsi Lahan di Kabupaten Kuansing. Saat Ini Provinsi Riau di pimpin Oleh Plt yaitu [[Arsyadjuliandi Rachman]] (Andi Rachman).
 
Baris 124:
 
=== Suku Bangsa ===
Penduduk provinsi Riau terdiri dari bermacam-macam suku bangsa. [[Suku Melayu]] merupakan masyarakat terbesar dengan komposisi 37,74% dari seluruh penduduk Riau. Mereka umumnya berasal dari daerah pesisir di Rokan Hilir, Dumai, Bengkalis, Kepulauan Meranti, hingga ke Pelalawan, Siak, Inderagiri Hulu dan Inderagiri Hilir. Suku bangsa lainnya yaitu [[Suku Jawa|Jawa]] (25,05%), [[Suku Minangkabau|Minangkabau]] (11,26%), [[Suku Batak|Batak]] (7,31%), [[Suku Banjar|Banjar]] (3,78%), [[Tionghoa]] (3,72%), dan [[Suku Bugis|Bugis]] (2,27%). Ada juga masyarakat asli Riau bersuku rumpun Minangkabau terutama yang berasal dari daerah Rokan Hulu, Kampar, Kuantan Singingi, dan sebagian Inderagiri Hulu. Juga masyarakat Mandailing di Rokan Hulu, yang lebih mengaku sebagai Melayu daripada sebagai Minangkabau ataupun Batak.<ref>Tsuyoshi Kato, Adat Minangkabau dan Merantau dalam Perspektif Sejarah, Balai Pustaka</ref>
 
Abad ke-19, masyarakat [[Suku Banjar|Banjar]] dari [[Kalimantan Selatan]] dan [[Suku Bugis|Bugis]] dari [[Sulawesi Selatan]], juga mulai berdatangan ke Riau. Mereka banyak bermukim di [[Kabupaten Indragiri Hilir]] khususnya [[Tembilahan]].<ref>Majalah Prisma, Masalah 1-8, Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial, 1990</ref> Di bukanya perusahaan pertambangan minyak [[Chevron Pacific Indonesia|Caltex]] pada tahun 1940-an di [[Rumbai, Pekanbaru]], mendorong orang-orang dari seluruh Nusantara untuk mengadu nasib di Riau.
Baris 141:
 
== Pemerintahan ==
[[FileBerkas:Riau governor office.JPG|256px|right|thumb|Kantor gubernur Riau di Pekanbaru]]
{{utama|Daftar gubernur Riau|Daftar kabupaten dan kota di Riau}}
Berdasarkan surat keputusan Presiden tertanggal 27 Februari 1958 nomor 258/M/1958 diangkat Mr. S.M. Amin, sebagai Gubernur pertama provinsi Riau yang dilantik pada tanggal 5 Maret 1958 di [[Tanjung Pinang]].
Baris 191:
Riau mempunyai beberapa perguruan tinggi, di antaranya [[Universitas Riau]], [[Universitas Islam Riau]], [[Universitas Muhammadiyah Riau]], [[UIN Sultan Syarif Kasim Riau|Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau]], [[Universitas Lancang Kuning]], Universitas Abdurrab, Universitas Pasir Pengaraian, Universitas Islam Indragiri, Universitas Islam Kuantan Singingi, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Tuanku Tambusai, Politeknik Negeri Bengkalis, Politeknik Kampar, serta [[Politeknik Caltex Riau]].
 
== Kesehatan ==
{{main|Daftar Rumah Sakit di Provinsi Riau}}
Daftar rumah sakit di Provinsi Riau sebagai berikut :
=== Pekanbaru ===
{{columns-list|3|
*[[RSUD Arifin Achmad]]
Baris 229:
 
=== Transportasi ===
[[FileBerkas:Padang-Pekanbaru road.JPG|256px|right|thumb|Jalan raya yang menghubungkan [[Sumatera Barat]] dengan Riau di [[Kabupaten Kampar]]]]
Provinsi Riau merupakan satu-satunya provinsi yang mempunyai [[BUMD]] di bidang transportasi udara yakni PT. Riau Air, yang bertujuan untuk melayani daerah-daerah yang sulit dijangkau melalui jalan darat maupun laut. Riau Air mengoperasikan [[Fokker-50]] buatan [[Belanda]] sebanyak lima armada, dan tahun 2008 perusahaan ini menambah dua armada lagi dengan jenis Avro-RJ 100.
 
Baris 291:
Benteng Tujuh Lapis terletak di daerah Dalu-dalu, Kecamatan Tambusai, [[Kabupaten Rokan Hulu]]. Benteng tanah ini dibuat oleh masyarakat Dalu-dalu pada masa [[Perang Paderi]] atas petuah [[Tuanku Tambusai]]. Bekas benteng tersebut ditinggalkan Tuanku Tambusai pada tanggal 28 Desember 1839. Disekitar daerah Dalu-dalu ini juga terdapat beberapa benteng yang disebut Kubu Gedung, Kubu Baling-baling dan Kubu Talikemain. Benteng yang pada awalnya diberi nama Kubu Aur Duri ini juga sempat di gunakan oleh Sultan Zainal Abidin untuk melawan penjajah Belanda.
 
== Tokoh ==
 
{{main|Daftar tokoh Riau}}
Baris 301:
* [[Ippho Santosa]], pengusaha
* [[Jeremy Thomas]], aktor dan model
* [[Jimmy Napitupulu]], wasit sepakbolasepak bola
* [[Kaharuddin Nasution]], gubernur Riau ke 2
* [[Mario Lawalata]], pemain sinetron, model dan presenter