Psikologi agama: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
JohnThorne (bicara | kontrib) k menghapus Kategori:Ilmu sosial menggunakan HotCat |
k Bot: Penggantian teks otomatis (-Praktek +Praktik); perubahan kosmetika |
||
Baris 1:
{{psikologi}}
'''Psikologi Agama''' merupakan cabang ilmu [[psikologi]] yang meneliti dan mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungan dengan pengaruh keyakinan terhadap agama yang dianutnya serta dalam kaitannya dengan pengaruh usia masing-masing.<ref name="Jalaluddin">Prof. Dr. H. Jalaluddin. ''Psikologi Agama''. (Jakarta: PT. Rajagrafindo Perasada. 2007) hal. 10-.</ref><ref name="Bambang">Drs. Bambang Syamsul Arifin M.Si. ''Psikologi Agama''. (Bandung: Pustaka Setia, 2008) ISBN: 9797307468 hal. 11-.</ref> Upaya untuk mempelajari tingkah laku keagamaan tersebut dilakukan melalui pendekatan Psikologi.<ref name="Jalaluddin"/><ref name="Bambang"/> Tegasnya psikologi agama mempelajari dan meneliti fungsi-fungsi jiwa yang memantul dan memperlihatkan diri dalam prilaku dan kaitannya dengan kesadaran dan pengalaman agama manusia.<ref name="Jalaluddin"/> Psikologi agama berbeda dari cabang-cabang psikologi yang lainya, karena dihubungkan dengan dua bidang pengetahuan yang berlainan.<ref name="Heny & Andri">Heny Narendrany Hidayati & Andri Yudiantoro. ''Psikologi Agama''. cet-1. (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007) ISBN: 9789793869537 hal. 1-.</ref> Sebagian harus tunduk kepada agama dan sebagian lainnya tunduk kepada ilmu jiwa (psikologi).<ref name="Heny & Andri"/> Sebagaimana telah diketahui bahwa psikologi agama sebagai salah-satu cabang dari psikologi, merupakan ilmu terapan.<ref name="Bambang"/>
== Definisi ==
Psikologi Agama menggunakan dua kata yaitu "''psikologi''" dan "''agama''".<ref name="Jalaluddin"/><ref name="Bambang"/><ref name="Heny & Andri"/> Kedua kata tersebut memiliki pengertian dan pengunan yang berbeda, meskipun keduanya memiliki aspek kajian yang sama yaitu aspek batin manusia.<ref name="Bambang"/>
Baris 12 ⟶ 11:
Berikutnya kata [[agama]] juga menyangkut masalah yang berhubungan dengan kehidupan batiniah manusia.<ref name="Jalaluddin"/><ref name="Bambang"/> Agama sebagai bentuk keyakinan, memang sulit diukur secara tepat dan terperinci.<ref name="Jalaluddin"/><ref name="Bambang"/> Hal ini pula yang menyulitkan para ahli untuk mendefinisikan yang tepat tentang agama.<ref name="Jalaluddin"/><ref name="Bambang"/> J.H. Leube dalam bukunya ''A Psychological Study of Religion'' telah memasukkan lampiran yang berisi 48 definisi agama, tampaknya juga belum memuaskan.<ref name="Jalaluddin"/><ref name="Bambang"/> Max Muller berpendapat bahwa definisi agama secara lengkap belum tercapai kerena penelitian terhadap agama terus dilakukan dan para ahli masih menyelidiki asal-usul agama.<ref name="Amsal Bakhtiar">Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, M.A. ''Filsafat Agama''. (Jakarta: PT. Rajagrafindo Perasada, 2007) hal 14.</ref> [[Edward Burnett Tylor]] berpendapat bahwa definisi minimal agama adalah "kepercayaan kepada wujud spiritual" (''the belief in spiritual beings'').<ref name="Yusron & Ervan">Drs. Yusron Razak, M.A & Ervan Nurtawab, M.A. ''Antropologi Agama'' (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007) hal 13.</ref><ref name="Fiona Bowie">Fiona Bowie. ''Theories and Controversies, Antropologi of Religion''. (Massachusetts: Blackwell Publisher, 2000) hal 22.</ref>
Agama berasal dari bahasa Sanskirit.<ref name="Amsal Bakhtiar"/> [[Harun Nasution]] merunut pengertian agama berdasarkan asal kata, yaitu ''al-Din, religi (relegere, religare)'' dan ''agama''.<ref name="Jalaluddin"/><ref name="Bambang"/> ''Al-Din (Semit)'' berarti undang-undang atau [[hukum]].<ref name="Jalaluddin"/><ref name="Bambang"/> Kemudian dalam [[bahasa Arab]] kata ini mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, utang, balasan, kebiasaan.<ref name="Jalaluddin"/><ref name="Bambang"/> Sedangkan dari kata ''religi'' atau ''relegere'' berarti mengumpulkan dan membaca.<ref name="Jalaluddin"/><ref name="Bambang"/> [[Emile Durkheim]] berpendapat agama adalah alam gaib yang tidak dapat diketahui dan tidak dapat dipikirkan oleh akal manusia sendiri.<ref name="Zainal Arifin Abbas">Zainal Arifin Abbas. ''Perkembangan Pemikiran Terhadap Agama''. (Jakarta: Pustaka Alhusna, 1984) h. 72.</ref><ref name="Amsal Bakhtiar"/> Menurut Sutan Takdir Alisjahbana agama adalah suatu sistem kelakuan dan perhubungan manusia yang berpokok pada perhubungan manusia dengan rahasia kekuatan dan kegaiban yang tidak berhingga luas, mendalam dan mesrahnya, sehingga memberi arti kepada hidupnya dan kepada alam semesta yang mengelilinginya.<ref name="Alisjahbana">Sutan Takdir Alisjahbana. ''Antropologi Baru'' (Jakarta: Dian Rakyat, 1986) hal 48.</ref><ref name="Amsal Bakhtiar"/> Agama adalah wahyu yang diturunkan [[Tuhan]] untuk manusia.<ref name="Maman">Drs. U. Maman Kh., MSi. ''Metodelogi Penelitian Agama: Teori dan
Psikologi Agama menurut Prof. Dr. Hj [[Zakiah Daradjat]] ialah meneliti pengaruh agama terhadap sikap dan tingkah laku orang atau mekanisme yang bekerja dalam diri seseorang, karena cara seseorang berpikir, bersikap, bereaksi, dan bertingkah laku tidak dapat dipisahkan dari keyakinannya, karena keyakinan masuk kedalam konstribusi kepribadiannya.<ref name="Heny & Andri"/><ref name="Bambang"/> Dr. Nico Syukur Dister berpendapat psikologi agama adalah ilmu yang menyelidiki pendorong tindakan-tindakan manusia, baik yng sadar maupun yang tidak sadar, yang berhubungan dengan dengan kepercayaan terhadap ajaran/wahyu "Nan Illahi" (segala sesuatu yang bersifat Dewa-dewa) yang juga tidak terlepas dari pembahasan hubungan manusia dengan lingkungannya.<ref name="Heny & Andri"/>
Dari pendapat para ahli tersebut tentang psikologi agama dapat diambil pengertian secara umum, psikologi agama yaitu ilmu pengetahuan yang membahas pengaruh agama dalam diri (''kognitif''=pengetahuan, ''afektif''= perasaan/sikap, ''behavior''= prilaku atau tindakan) seseorang dalam kehidupannya yaitu dalam berinteraksi dengan Tuhan/Pencipta, sesama manusia dan lingkungannya.<ref name="Heny & Andri"/>
== Ruang Lingkup ==
Sebagai disiplin [[ilmu]] yang otonom, psikologi agama memiliki ruang lingkup pemabahasannya tersendiri.<ref name="Jalaluddin"/><ref name="Heny & Andri"/> Adapun ruang lingkup psikologi agama menurut Prof. Dr. H. Rusmin Tumanggor adalah:<ref name="Heny & Andri"/>
* Kegiatan ibadah seseorang, meliputi ubudiyah dan maumalah.<ref name="Heny & Andri"/>
Baris 27 ⟶ 26:
* Bermacam-macam emosi yang menjalar di luar kesadaran yang ikut menyertai kehidupan beragama orang biasa (umum), seperti rasa lega, dan tentram sehabis sembahyang, rasa lepas dari ketegangan batin sesudah berdoa atau membaca ayat-ayat suci, perasaan tenang, pasrah dan menyerah setelah berzikir dan ingat kepada Allah ketika mengalami kesedihan dan kekecewaan yang bersangkutan.<ref name="Jalaluddin"/>
* Bagaimana perasaan dan pengalaman seseorang secara individual terhadap tuhannya, misalnya rasa tentram dan kelegaan batin.<ref name="Jalaluddin"/>
* Mempelajari, meneliti, dan menganalisis pengaruh kepercayaan akan adanya hidup sesudah mati (akhirat) pada tiap-tiap orang.<ref name="Jalaluddin"/>
* Meneliti dan mempelajari kesadaran dan perasaan orang terhadap sikap dan tingkah lakunya dalam kehidupan.<ref name="Jalaluddin"/>
* Meneliti dan mempelajari bagaimana pengaruh penghayatan seseorang terhadap ayat-ayat suci kelegaan batinnya.<ref name="Jalaluddin"/>
== Metode Penelitian ==
Metode yang digunakan dalam penelitian-penelitian psikologi agama adalah metode ilmiah, yakni mempelajari fakta-fakta yang berada dalam lingkungannya, dengan cara yang obyektif.<ref name="Zakiah Darajat">Pof. Dr. Hj. Zakiah Darajat. ''Ilmu Jiwa Agama''. cet-17 (Jakarta: Bulan Bintang, 2005). hal 10.</ref><ref name="Jalaluddin"/> Dalam meneliti ilmu jiwa agama sejumlah metode dapat digunakan antara lain:<ref name="Jalaluddin"/><ref name="Bambang"/>
* Dokumen Pribadi
Metode ini digunakan untuk mempelajari bagaimana pengalaman dan kehidupan batin seseorang dalam keberagamaannya.<ref name="Jalaluddin"/><ref name="Bambang"/> Cara yang dapat ditempuh oleh peneliti adalah mengumpulkan dokumen pribadi orang per orang, baik dalam bentuk otobiografi, [[biografi]], tulisan, ataupun catatan-catatan yang dibuatnya.<ref name="Bambang"/> Dalam Penerapanya, metode dokumen pribadi ini dilakukan dengan berbagai cara atau teknik-teknik tertentu, di antaranya teknik nomotatik, teknik analisis nilai, teknik idiografi, teknik penilaian terhadap sikap.<ref name="Jalaluddin"/><ref name="Bambang"/>
* Kuesioner dan Wawancara
Metode kuesioner maupun [[wawancara]] digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi yang lebih banyak dan mendalam secara langsung kepada responden.<ref name="Jalaluddin"/><ref name="Bambang"/> Dalam penerapannya, metode kuesioner dan wawancara dilakukan dalam berbagai bentuk, di antaranya adalah teknik pengumpulan data melalui pengumpulan pendapat masyarakat (''Public Opinion Polls'') dan skala penilaian (''Rating Scale'').<ref name="Bambang"/>
* Tes
Baris 49 ⟶ 48:
* Metode Umum Proyektivitas
Metode ini berupa penelitian dengan cara menyadarkan sejumlah masalah yang mengandung makna tertentu.<ref name="Bambang"/>
* Apersepsi Nomotatik
Caranya dengan mengunakan gambar-gambar yang samar.<ref name="Jalaluddin"/><ref name="Bambang"/>
* Studi Kasus
Baris 56 ⟶ 55:
Metode ini biasanya digunakan dalam penelitian sosial dan dapat digunakan untuk tujuan penggolongan manusia dalam hubungannya dengan pembentukan organisasi dalam masyarakat.<ref name="Bambang"/>
== Sejarah Perkembangan ==
[[Berkas:Prevailing world religions map.png|350px|thumb|right|Peta Agama di Dunia]]
Tahun [[1500]]-[[500]] SM, di [[Yunani]] [[Mesir]], [[Mesopotamia]] [[Purba]], lahirlah berbagai agama .<ref name="Heny & Andri"/> Agama Brahma menyuruh pengikutnya menyembah Dewa Tunggal, [[Agama Budha]] (400-750 M) menyembah Naga dan Raksasa, [[Agama Hindu]] di [[India]] ([[1500]]) SM menyembah banyak Dewa.<ref name="Heny & Andri"/> Di [[Tiongkok]] (551-479 SM) lahir pula [[agama Khonghucu]] dikembangkan oleh Confusius.<ref name="Heny & Andri"/> Pada tahun 560 SM, berkembang pula agama [[Budha]] di Kapilawastu, oleh Budha Guatama.<ref name="Heny & Andri"/> Sekitar tahun 660-583 SM, lahir agama [[Majusi]] dibawa oleh [[
Kurang lebih 21 abat yang lalu lahirlah agama [[Nasrani]].<ref name="Heny & Andri"/> Nama ini berasal dari kota Nazareth, yaitu kota kecil yang terletak kaki sebuah bukit.<ref name="Heny & Andri"/> Agama ini dinamakan juga dinamakan agama [[Kristen]] (Chistten) yaitu diambil dari nama Nabinya Jesus Kristus, gelar kehormatan keagamaan buat Juses dari Nazareth pembawa agama ini.<ref name="Heny & Andri"/> Kristus adalah bahasa Yunani.<ref name="Heny & Andri"/> Rasul yang membawa agama Kristen ini adalah [[Isa Almasih]] atau Jesus Kristus.<ref name="Heny & Andri"/>
Pada abad ke 6 M, lahirlah [[agama Islam]] yang dibawa oleh [[Nabi Muhammad SAW]].<ref name="Heny & Andri"/> Agama ini mengajarkan agar penganutnya menyembah Allah SWT.<ref name="Heny & Andri"/> Agama Islam beraliran monoteisme,.<ref name="Heny & Andri"/> Kitab Pegangannya adalah [[Al-Quran]] dan [[Hadist]] [[Rasulullah]].<ref name="Heny & Andri"/>
Penelitian agama sacara ilmu jiwa (psikologi modern) relatif masih muda.<ref name="Heny & Andri"/> Para ahli psikologi agama menilai bahwa kajian mengenai psikolgi agama mulai popular sekitar abat ke-19.<ref name="Bambang"/>
'''Perkembangan di Barat'''
Perkembangan
Selanjutnya, kajian-kajian psikologi agama juga tidak terbatas pada agama-agama yang ada di Barat (Kristen) saja melainkan juga agama-agama yang ada di [[Timur]].<ref name="Jalaluddin"/><ref name="Bambang"/> A.J. Appasmyy dan B.H. Steeter menulis tentang masalah yang menyangkut kehidupan penganut [[agama Hindu]] dengan bukunya ''The Sadhu'' (1921).<ref name="Jalaluddin"/><ref name="Bambang"/> Sejalan dengan perkembangan itu, para penulis non-Barat pun mulai menerbitkan buku-buku mereka.<ref name="Jalaluddin"/><ref name="Bambang"/> Tahun [[1947]] terbit buku ''The Song of God Baghavad Gita'', terjemahan Isherwood dan Prabhavanada, kemudian tahun 1952 Swami Madhavananda menulis buku ''Viveka-Chumadami of Sankaracharya'' yang disusul penulis [[India]] lainnya, Thera Nyonoponika dengan judul ''The Life of Sariptta'' (1966).<ref name="Jalaluddin"/><ref name="Bambang"/> Demikian pula, Swami Ghananda menulis tentang Sri Rama dengan judul ''Ramakrisna, His Unique Massage'' (1946).<ref name="Jalaluddin"/><ref name="Bambang"/>
Baris 76 ⟶ 75:
Didunia Timur, khususnya diwilayah-wilayah kekuasaan Islam, tulisan-tulisan yang memuat kajian tentang hal serupa belum sempat dimasukkan.<ref name="Jalaluddin"/><ref name="Bambang"/> Padahal, tulisan Muhammad Ishaq ibn Yasar diabat ke-7 masehi berjudul ''Al-Siyar wa al- Maghazi'' memuat berbagai fragmen dari biografi Nabi Muhammad SAW, atau pun ''Risalah Hayy Ibn Yaqzan fi Asrar al-Hikmat al-Masyriqiyyat'' yang juga ditulis oleh Abu Bark Muhammad ibn Abd-Al-Malin ibn Tufai (1106-1185 M) juga memuat masalah yang erat kaitannya dengan materi psikologi agama.<ref name="Jalaluddin"/>
Demikian pula karya besar Abu Hamid Muhammad al-ghazali (1059-1111 M) berjudul ''Ihya' 'Ulum al-Din'', dan juga bukunya ''Al-Munqidz min al-Dhalal'' (Penyelamat dari Kesesatan) yang sebenarnya, kaya akan muatan permasalahan yang berkaitan dengan materi kajian psikologi agama.<ref name="Jalaluddin"/><ref name="Bambang"/> Diperkirakan masih banyak tulisan-tulisan ilmuwan [[Muslim]] yang berisi kajian mengenai permasalah
Karya penulis Musli pada zaman modern, seperti bukunya Al-Maghary yang berjudul ''Tatawwur al-Syu'ur al-Diny 'Inda Tifl wa al-Murahid'' (Perkembangan Rasa Keagamaan pada Anak dan Remaja), bagaimanapun dapat disejajarkan dengan karya-karya yang dihasilkan oleh ahli-ahli psikologi agama lainnya.<ref name="Jalaluddin"/><ref name="Bambang"/> Karya lain yang lebih khusus mengenai psikologi agama adalah ''Ruh al-Din al-Islamy'' (Jiwa Agama Islam) karangan Alif Abd Al-Fatah, tahun 1956. <ref name="Jalaluddin"/>
Baris 87 ⟶ 86:
Sejak menjadi disiplin ilmu yang berdiri sendiri, perkembangan psikologi agama dinilai cukup pesat, dibandingkan usianya yang masih tergolong muda.<ref name="Jalaluddin"/> Perkembangan psikologi agama yang cukup pesat ini antara lain ditandai dengan diterbitnya berbagai karya tulis, baik buku maupun artikel dan jurnal yang memuat kajian tentang bagaimana agama dalam kehidupan manusia.<ref name="Jalaluddin"/>
== Teori Ilmu Jiwa Agama ==
'''Teori Monistik (Mono = Satu)'''
Baris 106 ⟶ 105:
* Cipta (''Reason'')
Merupakan fungsi intelektual jiwa manusia.<ref name="Jalaluddin"/> [[Ilmu Kalam]] (Teologi) adalah cerminan adanya pengaruh fungsi intelektual ini.<ref name="Jalaluddin"/> Melalui cipta, orang dapat menilai, membandingkan, dan memutuskan sesuatu tindakan terhadap stimulus tertentu.<ref name="Jalaluddin"/><ref name="Bambang"/>
* Rasa (''Emotion'')
Yang menjadi objek penyelidikan sekarang pada dasarnya adalah bukan anggapan bahwa pengalaman keagamaan seseorang itu dipengaruhi oleh emosi, melainkan sampai berapa jauhkah peran emosi itu dalam agama.<ref name="Jalaluddin"/><ref name="Bambang"/>
* Karya (''Will'')
Baris 120 ⟶ 119:
== Pertumbuhan Agama pada Masa Anak-Anak ==
Pada umumnya agama seseorang ditentukan oleh pendidikan, pengalaman dan latihan-latihan yang dilalui pada masa kecilnya dulu.<ref name="Zakiah Darajat"/>
Baris 157 ⟶ 156:
Pada tingkat ini anak telah memiliki kepekaan emosional yang paling tinggi sejalan dengan perkembangan usia mereka.<ref name="Jalaluddin"/>
== Agama dan Kesehatan Mental ==
Dalam perkembangan ilmu jiwa agama (psikologi agama) akhir-akhir ini terasa sekali betapa eratnya hubungan antara agama dan kesehatan, terutama kesehatan mental.<ref name="Zakiah Darajat"/> Pada diri orang yang hidup beragama terlihat ketentraman batin, sikapnya selalu tenang.<ref name="Heny & Andri"/> Mereka tidak merasa gelisah atau cemas, perbuatannya tidak ada yang menyengsarakan atau menyusahkan orang.<ref name="Heny & Andri"/> Berbeda dengan orang yang hidupnya terlepas dari kehidupan agama, biasanya mudah terganggu oleh goncangan suasana.<ref name="Heny & Andri"/> Begitu ampuh dan besar arti agama dalam kehidupan manusia, karena agama mempunyai fungsi yaitu;:<ref name="Heny & Andri"/>
Baris 170 ⟶ 169:
5. Menciptakan kebahagian dan kemaslahatan.<ref name="Heny & Andri"/>
== Referensi ==
{{reflist}}
Baris 199 ⟶ 198:
</noinclude>
[[Kategori:Psikologi]]
|