Hamengkubuwana VI: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Rachmat-bot (bicara | kontrib)
k cosmetic changes, replaced: Hindia-Belanda → Hindia Belanda (2)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-Hindia-Belanda +Hindia Belanda)
Baris 8:
Hamengkubuwana VI naik takhta menggantikan kakaknya, yaitu [[Hamengkubuwana V]] pada tahun [[1855]], setelah Hamengkubuwana V meninggal secara misterius. Pada masa pemerintahannya terjadi [[gempa bumi]] yang besar yang meruntuhkan sebagian besar [[Keraton Yogyakarta]], [[Taman Sari Yogyakarta|Taman Sari]], [[Tugu Yogyakarta|Tugu Golong Gilig]], [[Masjid Gedhe Kauman|Masjid Gedhe]] (masjid keraton), [[Gedung Agung|Loji Kecil]] (sekarang [[Gedung Agung|Istana Kepresidenan Gedung Agung Yogyakarta]]) serta beberapa bangunan lainnya di Kesultanan Yogyakarta.
 
Pada masa [[Hamengkubuwana V]], Raden Mas Mustojo adalah seorang penentang keras kebijakan politik [[perang pasif]] kakaknya yang menjalankan hubungan dekat dengan pemerintahan [[Hindia- Belanda]] yang ada di bawah [[Kerajaan Belanda]]. Namun setelah kakaknya meninggal dan dia dinobatkan menjadi raja, semasa pemerintahannya dia justru melanjutkan kebijakan dari kakaknya yang sebelumnya dia tentang keras.
 
Semasa pemerintahan Hamengkubuwana VI kemudian mulai timbul pemberontakan-pemberontakan yang tidak mengakui masa pemerintahan Sultan Hamengkubuwana VI, namun pemberontakan-pemberontakan tersebut dapat diredam dan dibersihkan. Hal ini berkat kepemimpinan dan ketangguhan [[Danurejo V]], patih Keraton Yogyakarta saat itu. Hubungan dengan berbagai kerajaan pun terjalin kuat pada masa pemerintahan HB VI, apalagi setelah deliauia menikah dengan putri [[Kesultanan Brunai]].