Johannes Jacobus Wilhelmus Eliza Verstege: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Penggantian teks otomatis (-karir +karier); perubahan kosmetika
k Bot: Penggantian teks otomatis (-Hindia-Belanda +Hindia Belanda)
Baris 26:
|signature =
}}
'''Johannes Jacobus Wilhelmus Eliza Verstege''' ({{lahirmati|[[Kota Ternate|Ternate]], [[Hindia- Belanda]] (kini [[Indonesia]])|4|7|1836|[[Den Haag]], [[Belanda]]|2|9|1890}}) adalah [[penulis]], [[letnan kolonel]] yang berdinas di [[Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger]], dan [[orde militer|ksatria]] [[Militaire Willems-Orde]].
 
== Karier ==
Baris 34:
[[Berkas:Verstege,JJWE2.jpg||250px|thumb|left|Verstege pada tahun [[1862]], semasa ekspedisi ke [[Kalimantan]].]]
{{utama|Perang Banjar}}
Setelah datang di Hindia- Belanda, Verstege ditempatkan di [[Batalyon Infanteri VII]]. Lalu, ia dipindahkan ke Batalyon IX dengan ketentuan ia akan meneruskan kedudukan ajudannya di Batalyon XI. Pada tahun [[1859]], ia naik pangkat sebagai [[letnan satu]] dan pada tanggal [[1 Juni]] dikirim ke [[Kota Banjarmasin|Banjarmasin]], yang saat itu sedang mengalami pergolakan dan pembunuhan di Kalangan dan sekitarnya, lalu menyebar ke sebagian besar Kalimantan. Awalnya menyerbu ke Muning, [[Kabupaten Tapin|Tapin]], kemudian karena mengalami nasib buruk, pimpinan ekspedisi [[Gustave Marie Verspyck]] berencana membawa pasukannya keluar menuju [[Kabupaten Tanah Laut|Tanah Laut]] pada tanggal [[10 Desember]]. Pada dasarnya, rencana telah dibuat untuk menyerbu Tanah Laut dari 3 penjuru. Sebuah pasukan bertolak dari [[Martapura, Banjar|Martapura]] ke [[Pelaihari, Tanah Laut|Pelaihari]], lainnya masuk dari Talok, sementara sebuah kapal barkas bersenjata beroperasi sepanjang [[sungai]] di [[Swarangan, Jorong, Tanah Laut|Swarangan]]. Untuk tujuan itu, [[mayor|May.]] [[Gustave Verspyck]] pergi ke kapal ''Boni'' bersama sebarisan pasukan, 100 [[bayonet]] yang kuat (di bawah pimpinan Graas), 3 penumbuk dan 1 mortir lempar dengan staf (dipimpin oleh [[George Frederik Willem Borel]]), 1 detasemen yang terdiri atas 7 [[sapper]] dan ratusan pembawa pasungan (di bawah pimpinan mandor Koeler). Pada pukul 8.00 mereka diberangkatkan dan tiba 7,5 jam kemudian di Gunung Talok. Ombak besar menyebabkan pendaratan tidak mungkin. Regu prajurit itu akhirnya mendarat di [[Tabanio, Takisung, Tanah Laut|Tabanio]] pada pk. 18.30 dan bergerak sepanjang pesisir itu menuju Talok dengan mengandalkan cahaya bulan.
 
[[Kampung]] Pagatan Kecil dan [[Pagatan Besar, Takisung, Tanah Laut|Pagatan Besar]] dilewati. Mendekati Talok (sekitar pk. 21.30), mereka menemukan sebuah permukiman yang terbakar; tahulah mereka pejuang Banjar mendirikan [[gardu]] dekat situ. [[G.M. Verspyck]] mengirim seorang [[sersan]] dengan 10 [[prajurit]] menyisir [[hutan]] untuk mengepung permukiman itu, dan di saat yang sama, Verstege dapat maju di jalan yang sama sepanjang pantai, sehingga mencegah tibanya musuh. Pengepungan itu hampir berhasil, hingga seorang fusilier pribumi menembakkan peringatan sebelum waktunya dan para penduduknya melarikan diri. 3 tubuh terkapar akibat tembakan silang Belanda. Di dalam rumah-rumah itu, mereka menemukan banyak [[senapan]], [[ganjur]], dan [[parang]], di samping itu gudang kecil berisi [[mesiu]] dan [[amunisi]]. Untuk mencegah larinya para buronan ke Pelaihari, prajurit itu mencoba mendekati, dan Verspyck mencoba berbaris malam itu juga. Namun, kegelapan di hutan lebat dan tanah yang berawa menghalangi mereka dan 3 penumbuk untuk menembus hutan pertama. Kemudian, Verspyck kembali ke Talok dan meninggalkan [[bivak]] di sana. Besoknya, mereka mencapai Banua Tengah pada pk. 10.00 dan 5,5 jam kemudian di Kalampayan. Sepanjang perjalanan, mereka berjumpa sekawanan kerbau, namun tidak ada musuh.<ref>[[Willem Adriaan van Rees|Van Rees WA]]. [[1865]]. ''De Bandjermasinsche Krijg van 1859-1863'' (2 jilid). [[Arnhem]]: D.A. Thieme.</ref>
Baris 42:
=== Karier militer selanjutnya ===
[[Berkas:Samalanga 1878.jpg|400px|thumb|Lukisan Samalanga: [[Kolonel]] [[Karel van der Heijden]] setelah penyerbuan ke Samalanga pada tanggal [[26 Agustus]] [[1877]].]]
Verstege kemudian diberikan tugas berkenaan dengan penyusunan ''Politiek verslag van de residentie Zuider– en Oosterafdeling van Borneo over 1859'' (''Laporan Politik Karesidenan Kalimantan Tenggara tahun 1859''), yang untuk pertama kalinya, setelah mengadakan penyelidikan dan analisis pribadi yang mendalam, struktur dan keadaan politik yang berkaitan dengan wilayah tersebut disusun. Di depan ia terkesan keras namun adil dalam bersikap kepada masyarakat, suatu promosi kuat atas kepentingannya dan pemeliharaan atas kebijakan yang tepat. Pembangunan jembatan dan jalan sangat dianjurkan oleh Verstege, yang di bawah perintahnya, hasil panen melimpah ruah dan sekolah untuk pribumi dibangun; pada tahun 1863, dibangunlah sekolah negeri pertama untuk pribumi di Banjarmasin atas perintahnya. Yang terpenting, ia menghapuskan ''pandelingschap'' (penahanan atas orang yang tidak mampu membayar pinjaman) secara bertahap. Di akhir tahun [[1864]], ditempatkan di Departemen Militer, dengan syarat ia akan dipindahkan ke Batalyon IX sebagai ''[[à la suite]]''. Pada bulan [[September]] [[1866]], ia diangkat sebagai [[kapiten]] dan menerima cuti 2 tahun ke [[Belanda]] akibat sakit di saat itu. Sekembalinya ke Hindia- Belanda pada bulan [[Juni]] [[1869]], ia ditempatkan di Batalyon XI dan pada bulan [[Agustus]] [[1870]], dipindahkan ke Batalyon X. Di saat itu, ia menjadi [[sekretaris]] Buitenzorgse Wedloop-Sociëteit. 2 tahun kemudian, ia dipindahkan ke Batalyon XI.
 
Setelah [[Perang Aceh Pertama|kekalahan di Aceh]] pada tahun [[1873]], ia ditempatkan di Badan Perlengkapan Perang yang baru didirikan dan ditunjuk sebagai kepala staf Brigade III (dalam Batalyon X) yang bertugas selama [[Perang Aceh Kedua]]. Namun, Verstege tidak pergi ke [[Kesultanan Aceh]]; [[suhu]] yang tak bersahabat mencegahnya. Pada tahun [[1874]], ia dipindahkan dengan kader subsisten ke [[Batavia]] (kini [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]) dan pada bulan [[November]] diangkap sebagai mayor. Sebulan kemudian, ia diangkat sebagai ketua Divisi II di [[Kementerian Perang Belanda|Departemen Perang]], berlanjut sebagai ketua biro pertama divisi tersebut.<ref>''[[Java-bode]]'' (09-12-1874)</ref> Bersama dengan [[Kolonel|Kol.]] EHW. Ubkens dan LetKol. [[Karel Lodewijk Pfeiffer]], ia adalah bagian dalam komisi pemilihan esai menarik di ''Militair Tijdschrift''; akhirnya terpilihlah [[artikel]] ''De Indische Brigade''. Pada tahun [[1876]], Verstege menerima [[cuti]] 2 [[tahun]] ke Belanda karena sakit. Ia naik pangkat sebagai [[Letnan Kolonel]] dan tak lama kemudian menerima pemberhentian secara hormat dari dinas militer dengan tetap mempertahankan hak pensiun.
Baris 51:
Verstege kembali ke Belanda. Berkaitan dengan pengajuan pengurangan angkatan bersenjata di [[Aceh]] oleh sebuah komisi beranggotakan sejumlah besar perwira, termasuk Verstege, sebuah [[petisi]] ditujukan kepada [[Willem III dari Belanda|Raja Willem III]], namun langkah ini ditolak. Di samping Verstege, penanda tangan pidato tersebut antara lain [[Jenderal|Jend.]] Verspyck, [[Karel van der Heijden]], [[Graf]] [[Menno David van Limburg Stirum]], mantan komandan KNIL [[C.F. Schimpf]], pensiunan laksamana madya PA. van Rees dan [[Jonkheer|jhr.]] [[François de Casembroot]], mantan ketua Dewan Hindia jhr. W. van Rappard dan mr. G.G. van Harencarspel, [[profesor]] mr. [[C.W. Opzoomer]] dari [[Universitas Utrecht]], Dr. [[Christophorus Buys Ballot]] dan mr. J. de Louter. Di samping itu, ada pula pensiun MayJend. [[Gerardus Petrus Booms]] dan pensiunan May. [[Willem Adriaan van Rees]], anggota Algemene Rekenkamer. Antara lain yang tertulis dalam petisi itu adalah: ''Tidak, tinggalkan di mana kepentingan kekuasaan kita di Hindia, tugas dan kehormatan tetap perlu ada, tempat kita setia, adil, dan toleran namun dengan kekuatan dan tekanan yang membawa ke tujuan yang sama akan membuat kita tidak bisa selamat di luar Aceh, kita tidak bisa! Seharusnya kita tidak! Kita ingin tetap setia pada slogan lama: ''[[Je maintiendrai]]''.<ref>Het Nieuws van de Dag (28-07-1883)</ref>
 
Setelah lukisan Samalanga diterbitkan pada tahun [[1883]], Verstege menulis ''Het Samalangan-schilderij in Amsterdam, beschouwd in haar wordingsgeschiedenis, haar waarde en betekenis, vooral voor het Nederlands-Indische leger'' (''Lukisan Samalanga di Amsterdam, Tampak dalam Sejarah Awalnya, Nilai dan Artinya, Terutama untuk Tentara Hindia- Belanda) di koran. Ia mengutip antara lain [[Jan Pieterszoon Coen]] mengenai peringatan terhadap pengurangan pasukan dalam jumlah besar: ''Melalui pengalaman, tuan-tuan harus tau, bahwa di Hindia perdagangan harus diselenggarakan dan dilanjutkan di bawah perlindungan dan dukungan senjata Anda sendiri, dan senjata harus diberi makan dengan laba, di mana kita menikmati perdagangan, agar perdagangan tetap tidak dapat bertahan tanpa peperangan, peperangan tidak dapat bertahan tanpa perdagangan.'' <ref>Algemeen Handelsblad (28-10-1883)</ref> Pada pk. 7.30 di hari [[Selasa]], [[27 Januari]], Verstege maju sebagai pembicara dalam perkumpulan terbuka pemilihan elektoral ''Burgerplicht''. Slogan pidatonya adalah seruan kepada rakyat Belanda dan topik atas posisi Belanda di Aceh.<ref>Algemeen Handelsblad (03-03-1886)</ref> Pidato itu diterbitkan pada tahun yang sama dengan judul ''Een beroep op het Nederlandse volk inzake het Atjeh-vraagstuk'' (''Seruan kepada Rakyat Belanda Berkaitan dengan Masalah Aceh''; De Bussy), dan memuat lampiran dengan data penilaian pengurangan angkatan perang Hindia. Pidato dan publikasinya menimbulkan dampak mendalam dan disusul dengan pleidoi serupa dalam ''Nieuws van de Dag'' oleh Von Schmidt auf Altenstadt, seorang pensiunan kapitein-ter-zee, ([[12 Februari]], ''Een voorname zo niet eerste plicht, dubbel aanbevolen ten opzichte van Atjeh''/''Sebuah Pendahuluan, Jika Bukan Tugas Pertama, Usulan Ganda Terkait Aceh) dalam ''[[Algemeen Handelsblad]]'' tanggal [[23 April]] oleh Ampien (''Uit Atjeh''/''Dari Aceh'').
 
Publikasi paling berpengaruh terkait dengan seruan Verstege datang dari Kapt. [[Wouter Cool]] dan juga diterbitkan di ''Algemeen Handelsblad'' ([[25 Maret]] [[1886]]) dan ''[[Militaire Spectator]]'' (2 kali dengan judul: ''Het Atjeh-vraagstuk''/''Masalah Aceh''). Artikel panjang itu merupakan pembahasan atas [[selebaran]] Verstege; ada pula artikel karya 2 gubernur sipil, Jend. Van der Heijden, [[Abraham Pruijs van der Hoeven]] dan [[Philip Franz Laging Tobias]]. Dengan cara yang tak mengindahkan moral, kebijakan Pruijs van der Hoeven dibelejeti: ''hingga kepercayaan diri yang besar itu terkikis, berhubungan dengan penghinaan lawan-lawannya, terlalu banyak desakan atas pendapat yang pernah dipahami, dipasangkan dengan optimisme berlebihan dan-tak kurang pentingnya-sikap acuh tak acuh sama sekali atas jabatan dan seruan kepada pasukan, dalam 2 tahun kerja keras oleh pendahulunya dengan mengorbankan tahun-tahun perjuangan, aliran darah dan mendapatkan berton-ton emas.'' Artikel itu merugikannya; Cool hampir keluar dari karier militernya.
 
=== Petisi 100 ===
Pada tahun yang sama, Verstege menjadi calon dalam perhimpuan elektoral Burgerplicht di daftar kandidat yang diusulkan untuk [[Dewan Perwakilan Belanda|Dewan Perwakilan]] namun tak terpilih dengan 7 suara. Pada tahun [[1887]], ia diangkat sebagai anggota pengurus Indisch Genootschap. Di tanggal [[3 Maret]], dikirimkanlah Petisi 100 kepada [[Daftar penguasa Belanda|raja]], yang salah satu penanda tangannya adalah Verstege dan juga tokoh-tokoh seperti LaksMa. [[Francois de Casembroot]], Jend. Verspyck, Prof. Buys Ballot, Jend. [[Willem Jan Knoop]], Mr. [[Nicolaas Gerard Pierson (1839-1909)|N.G. Pierson]], LaksMa. [[Frederik Alexander Adolf Gregory]], LaksMa. [[Willem Karel van Gennep]] dan Prof. [[Pieter Johannes Veth]]. Awalan petisi itu adalah sebagai berikut: ''Yang Mulia, yang bertanda tangan, militer, dan warganegara dari berbagai pangkat dan semuanya bersatu dalam kecintaannya atas tanah air dan demi keagungan mahkota Anda. Mereka menatap dengan kesedihan yang pahit dan bela sungkawa yang meningkat menyaksikan keadaan yang tak menguntungkan di mana Hindia- Belanda terus-terusan mengalaminya. Hingga sekarang, tanda itu masih jelas menampakkan kesewenang-wenangan pemerintahan, yang sangat banyak membuat kesan paling menyakitkan.'' Petisi itu diakhiri dengan kata-kata: ''kami meminta kepada Yang Mulia dengan doa, sudilah Yang Mulia menghentikan kehancuran pasukan dan armada di Hindia- Belanda yang mengerikan melalui penguatan material dan personel yang banyak sebagaimana yang nyata diperlukan untuk menunaikan tugas, pada jejak langkah masa lalu yang jaya di Belanda sebagai kekuatan kolonial yang memastikan perdamaian dan masa depan kekuatan kolonialnya.''<ref>''De Krijgsmacht in Indië.'' De Locomotief (12-04-1887)</ref>
 
Ketika pertemuan Aceh tidak mencapai tujuannya, Verstege membuat rencana untuk petisi umum di [[Staten-Generaal]]. Ia membagikan rancangan petisinya yang menyeluruh dalam selebarannya ''Geloven en hechten wij nog aan onze volkseer?'' (''Masih Percaya dan Setujukah Kita pada Kehormatan Bangsa Kita'') pada tahun 1887. Pada hari [[Kamis]], [[26 Januari]] 1887, ia menyampaikan pidato berjudul ''Een terugblik op Romeins en Frans Algerië als bijdrage ter vergelijking en beoordeling van sommige handelingen en tijdperken uit onze Atjeh-krijg'' (''Kenangan atas Romawi dan Aljazair Perancis sebagai Sumbangan pada Perbandingan dan Penilaian Beberapa Tindakan dan Masa dari Perang Aceh Kita'') dalam pertemuan Koninklijke Vereniging ter Beoefening van de Krijgswetenschap. Kemudian, masih pada tahun itu, ia menerbitkan selebaran tentang komisi beri-beri (pertentangannya dengan mantan ajudan GubJend. [[James Loudon]] yang bernama [[Johannes Isaak de Rochemont]]). Pada tahun kematiannya, bukunya yang berjudul ''Militair historische terugblik bij de 75 jarige gedenkdag van Waterloo: De historische oorsprong en betekenis, de grondslagen en het doel van Legioen van Eer, IJzeren Kruis en Militaire Willems-Orde'' (''Kenangan Sejarah Militer di Hari Peringatan ke-75 Waterloo: Asal-Usul dan Arti Bersejarah, Pendirian dan Tujuan Legiun Kehormatan, Salib Besi dan Orde Militer Willem'') diterbitkan. Buku itu ditutup dengan kata-kata: ''Orang-orang yang terlatih baik dalam jumlah yang cukup dari semua lapisan rakyat adalah penting. Izinkan semua yang terlenakan oleh perdamaian dan kesejahteraan mempelajari kata-kata Raja Willem I, yang ditujukan kepada rakyatnya sesaat sebelum Waterloo: kalian semua, rakyatku! Yang menghuni daerah ini, bukalah hatimu untuk iman dan harapan!''<ref>Algemeen Handelsblad (19-06-1890)</ref>