Nurtanio Pringgoadisuryo: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Rachmat-bot (bicara | kontrib) k cosmetic changes, replaced: dimana → di mana, kongkrit → konkret, Jendral → Jenderal, terlantar → telantar, kerjasama → kerja sama (2) |
k Bot: Penggantian teks otomatis (-Hindia-Belanda +Hindia Belanda); perubahan kosmetika |
||
Baris 44:
Pada masa Menteri Keamanan Nasional dijabat oleh Jenderal [[A.H. Nasution]] dan deputinya Jenderal [[Hidajat Martaatmadja]], Nurtanio memperoleh kredit dari [[Polandia]] sebesar (atau sekecil) 1,5 juta dollar Amerika Serikat untuk Depot Penyelidikan, Percobaan dan Pembuatan AURI menjadi LAPIP (Lembaga Persiapan Industri Penerbangan yang merupakan cikal bakal IPTN nantinya). Caranya, dengan alih teknologi produksi melalui perakitan pesawat pertanian [[PZL-104 Wilga]] yang dinamai Gelatik oleh Presiden [[Soekarno]]. Dalam mengajukan proposalnya, Jenderal Nasution maupun Jenderal Hidayat sangat terkesan oleh sifat Nurtanio yang begitu realistis dan tidak muluk-muluk.
Menurut [[Ir. Hoo Kian Lam]] (pemilik pesawat terbang [[Walraven W-2 PK-KKH]] dan pernah berusaha mendirikan industri penerbangan pada masa [[Hindia
Namun ketika usulan R.J Salatun berdasarkan pengalamannya pada tahun 1958 ketika ditawari Perdana Menteri [[RRC]], [[Chou-en Lai]] untuk memproduksi pesawat jet Type 56 (lisensi [[MiG-17]] versi China), Nurtanio berkata bahwa untuk proyek Gelatik yang begitu membumi saja dukungan dana dan pembiayaannya sudah tersendat-sendat. Ketika proyek Wilga/Gelatik berjalan, Nurtanio mengeluhkan kondisi sosial ekonomi para karyawannya yang membuat kaget orang Polandia. Sampai satu kali mereka perhatikan, kenapa semua karyawan meninggalkan pekerjaannya. Ternyata sedang mengantri minyak tanah.
Baris 83:
* Nurtanio Dalam Kenangan, catatan pribadi Marsekal Muda Purnawirawan R.J Salatun, mantan Kepala dinas penerangan TNI-AU pertama.
== Catatan kaki ==
{{reflist}}
|