Pamflet: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (- di masa + pada masa , -Di masa +Pada masa , - di Masa + pada Masa , - di masa-masa + pada masa-masa , -Di masa-masa +Pada masa-masa )
k Bot: Penggantian teks otomatis (-Hindia-Belanda +Hindia Belanda)
Baris 26:
Pada tahun 1913, [[Indische Partij|''Indische Partij'']] menerbitkan sebuah pamflet yang ditulis oleh RM. Suwardi Suryaningrat (atau kemudian dikenal sebagai [[Ki Hadjar Dewantara]]), yang dalam Bahasa Indonesia berjudul "Jika Saya Menjadi Seorang Belanda," yang membuatnya terkenal sekaligus dicari. Pamflet tersebut berisi hal-hal yang dianggap subversif dan kurang ajar oleh pemerintahan kolonial dan orang-orang Belanda. Pamflet ini diterjemahkan ke dalam [[Bahasa Melayu]], yang kemudian membuatnya beserta dua orang temannya, [[Ernest Douwes Dekker|EFE. Douwes Dekker]] dan [[Tjipto Mangoenkoesoemo|Dr. Cipto Mangunkusumo]] (mereka dikenal sebagai [[Tiga Serangkai]]) diasingkan ke Belanda.
 
Pada awal [[kemerdekaan Indonesia]], yakni tahun 1945, [[Sutan Syahrir]] menerbitkan pamflet berjudul “Perjuangan Kita” (“''Our Struggle''”) yang sangat berpengaruh. Pamflet tersebut mengungkapkan secara khusus keinginannya untuk melihat Indonesia menghindari suatu sistem satu partai di bawah [[eksekutif]] yang monolitik. Dia takut jika nantinya berkembang pemerintahan [[Totaliterisme|totaliter]] di Indonesia karena warisan [[otoritarianisme]] [[Feodalisme|feodal]] yang telah hidup lama dan diperkuat oleh periode panjang pemerintahan [[Hindia- Belanda|kolonial]].
 
== Kegunaan ==