Petrus Josephus Zoetmulder: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Wagino Bot (bicara | kontrib) k minor cosmetic change |
k Bot: Penggantian teks otomatis (-Hindia-Belanda +Hindia Belanda); perubahan kosmetika |
||
Baris 11:
|see =
|elected =|appointed =
|term
|term_start
|quashed
|term_end
|predecessor
|opposed = |successor =
|other_post =
Baris 64:
* Dosen Fakultas Sastra UGM (sejak 1951) kemudian guru besar
== Penghargaan ==
* Presiden [[Joko Widodo]] atas nama negara memberikan Tanda Kehormatan [[Bintang Budaya Parama Dharma]] kepada dedikasi Zoetmulder. Acara penyematan berlangsung di Istana Negara. Jakarta, 13 Agustus 2015. <ref>{{cite web|url=http://news.detik.com/berita/2990828/jokowi-beri-tanda-kehormatan-ke-46-orang-dari-paloh-sampai-goenawan-mohamad|first = Moksa |last = Hutasoit|year = 2015|title = Jokowi Beri Tanda Kehormatan ke 46 Orang, dari Paloh Sampai Goenawan Mohamad|date=Kamis 13 Aug 2015, 11:18 WIB|accessdate= 13 Agustus 2015|publisher = News.detik.com|location = Jakarta|isbn =}} Keputusan Presiden nomor 86/TK/tahun 2015 tanggal 7 Agustus 2015 tentang Penganugerahan Tanda Kehormatan Bintang Budaya Paramadharma kepada 8 orang. Terdiri atas: 1. KH. [[Mustofa Bisri]] ([[Gus Mus]]), pengasuh Pondok Pesantren Raudlatuh Tholibin Lteteh, Rembang. 2. [[Goenawan Mohamad|Goenawan Soesatyo Mohamad]], sastrawan budayawan. 3. Alm. [[Petrus Josephus Zoetmulder]], ahli sastra Jawa Kuno dan Penyusun Kamus Jawa Kuno Inggris. 4. Alm. [[Wasi Jolodoro]] ([[Ki Tjokrowasito]]), komposer musik karawitan Jawa dan pendukung utama Sedra Tari Ramayana. 5. Alm. [[Hoesein Djajadiningrat]], pelopor tradisi keilmuan. 6. Alm. [[Iwan Tirta|Nursjiwan Tirtaamidjaja]], perancang busana dan batik. 7. Alm. [[Hendra Gunawan]], pelukis dan pematung. 8. Alm. [[Soejoedi Wiroatmojo]], arsitek.</ref>
Baris 79:
[[Berkas:Zoetmulder-jas.jpg|thumb|100px|Piet Zoetmulder pada masa muda.]]
Pastur [[J. Willekens]] S.J., yang mengasuhnya di novisat menganjurkan Piet bekerja untuk karya misi di [[Jawa]], setelah pendidikannya rampung. Anjuran itu dipatuhinya, dan Piet masih berusia 19 tahun ketika menuju ke [[Hindia
Setelah bertemu dengannya, Willekens berkata, "Di samping [[filsafat]], kamu juga harus belajar bahasa Jawa Kuna." Dia lalu dihubungkan dengan Prof. [[C.C. Berg]], yang mengajar di [[Surakarta]], yang bisa membantunya studi Jawa Kuna. Pada tahun [[1931]], Zoet lulus dengan predikat ''[[cum laude]]'', dan bersamaan dengan itu ditahbiskan sebagai calon pastor di [[Girisonta]], [[Ungaran]], [[Kabupaten Semarang]].
=== Pendidikan lanjutan ===
Pendalaman lebih jauh ia lakukan di [[Universitas Leiden]], Negeri Belanda. Di sini dia meraih gelar [[sarjana muda]] dalam setahun, lazimnya tiga tahun, dan [[sarjana]] penuh, dalam bidang Sejarah Jawa dan Purbakala, juga dalam satu tahun. Pada bulan Oktober 1935, dengan bimbingan Prof. C.C. Berg, Zoetmulder mempertahankan disertasi doktoratnya, ''[[Pantheïsme en Monisme in de Javaansche Soeloek Literatuur]]'', dengan predikat ''cum laude''. Romo Zoet, demikian ia akrab dipanggil, merasa harus merampungkan studi teologinya dulu sebelum kembali ke Jawa. Empat tahun dia belajar di [[Maastricht]]. Menjelang pulang ke Hindia
Ia kemudian berhasil mendapatkan kapal yang menuju ke Hindia
=== Zaman pendudukan Jepang dan pasca-Perang Dunia II ===
|