'''Yamnia''' atau bisa juga disebut ''Yabneh'' atau ''Yavneh'' ({{lang-he-n|יַבְנֶה}}) ({{lang-ar|ياڨني}} يبنة, ''Yibnah'') adalah sebuah kota di sebelah [[selatan]] [[Yope]], tempat kumpulan guru-guru [[Yahudi]].<ref name="Browning">W.R.F. Browning. 2009, Kamus Alkitab. Jakarta: BPK Gunung Mulia. hlm. 482.</ref>
== TempatKonsili lahirnya YudaismeYamnia ==
Pada tahun 1871, [[Heinrich Graetz]] adalah orang yang pertama kali menyimpulkan bahwa telah berlangsung [[Konsili Yamnia]] tampaknyayang telah menetapkan [[Perkembangan kanon Alkitab Ibrani|kanon Yahudi]] pada akhir abad pertama ({{circa}} 70–90). Teori ini menjadi konsensus keilmuan yang berlaku pada hampir sepanjang abad ke-20. Dikatakan bahwa Yamnia merupakan pusat dari [[Yudaisme]] [[Farisi]].<ref name="Rowley"/> Setelah tahun 70 Masehi, yaitu setelah [[Bait Suci Kedua]] dihancurkan, Rabban [[Yochanan Ben Zakkai]] memindahkan [[Sanhedrin]] ke Yamnia.Sejumlahdan pakarmereka yang berpegang pada teori ini meyakini bahwa [[Konsili Yamnia]] (Pertemuan Yamnia) diadakan di sana. SejakMenurut teori ini, sejak itu Guruguru-guru Yahudi mengadakan pertemuan di kota tersebut.Merekadan menggantikan [[Sanhedrin]] namun tanpa sistem pemerintahan resmi.<ref name="Browning"/> [[Sanhedrin]] dikatakan meninggalkan Yamnia dan pindah ke kota [[Usha]] pada tahun 80 M dan kembali lagi ke sana pada tahun 116 M.
Yang Adamemegang yangteori ini berpendapat bahwa kanon [[Perjanjian Lama]] atau [[Alkitab Ibrani]] ditetapkan di sini, meskipun masih diragukan.<ref name="Browning"/> sehingga Pertemuan Yamnia merupakandianggap sebagai bagian penting dalam perkembangan [[Alkitab]] secara keseluruhan.<ref name="Darmawijaya">Darmawijaya. 2009, Seluk Beluk Kitab Suci. Yogyakarta: Kanisius. hlm. 301.</ref> Bagaimanapun,Dikatakan parabahwa pada periode Yamnia sampai tahun 135 Masehi, ketika perlu adanya kesepakatan untuk menentukan sikap terhadap kehancuran [[Yerusalem]] dan [[Bait Allah (Yerusalem)|Bait Allah]] serta pembangunan kembali [[Yudaisme]] yang baru dan sejati, kedudukan kitab-kitab seperti [[Yesus bin Sirakh]] dipersoalkan.<ref name="Browning"/> PadaKemudian pada abad pertama sesudah Masehi, para rabi berkumpul di Yamnia untuk membicarakan kitab-kitab mana yang harus dianggap kitab suci seperti [[Kitab Yehezkiel]] dan [[Kidung Agung]].<ref name="Rowley">H.H. Rowley. 2009, Atlas Alkitab. Jakarta: BPK Gunung Mulia. hlm. 10.</ref> DiPada tempatsaat iniberkumpulnya lahmereka, para [[rabi]] menentukan kitab-kitab yang masuk ke dalam kanon Yahudi/Ibrani.<ref name="Rowley"/>
Pada masa kini, teori tentang adanya Konsili Yamnia ini didiskreditkan secara luas.<ref>{{en}} {{citation |url=http://biblicalstudies.org.uk/pdf/jts/026_347.pdf |title=The Jamnia Period in Jewish History |author=W. M. Christie |publisher=Biblical Studies.org.uk}}</ref><ref>{{en}} {{citation |author=Jack P. Lewis |title=Journal of Bible and Religion |volume=32 |others=No. 2 |date=April 1964 |chapter=What Do We Mean by Jabneh? |page=125-132 |publisher=Oxford University Press |url=http://www.jstor.org/stable/1460205}}</ref><ref>{{en}} ''[[Anchor Bible Dictionary]]'' Vol. III, pp. 634–7 (New York 1992).</ref><ref>{{en}} McDonald & Sanders, editors, ''The Canon Debate'', 2002, chapter 9: ''Jamnia Revisited'' by Jack P. Lewis.</ref>