Puasa: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Wagino Bot (bicara | kontrib) k →Puasa dalam Katolik: minor cosmetic change |
Asal Kata dan Tujuan Puasa |
||
Baris 1:
{{noref}}
Kata puasa sudah sangat lazim kita kenal sebagai kegiatan atau ibadah tidak makan dan tidak minum. Namun apakah kita tahun arti kata puasa itu sendiri?
Puasa berasal dari dua kata dalam bahasa Sansekerta, yaitu: ''upa'' dan ''wasa''. ''Upa'', semacam perfiks yang berarti dekat. ''Wasa'' berarti Yang Maha Kuasa, seperti umat Hindu di Indonesia menyebut Sang Hyang Widhi Wasa. Jadi ''upawasa'', atau yang kemudian pengucapannya menjadi puasa, tidak lain daripada cara mendekatkan diri dengan Tuhan. Sebagai cara untuk mendekatkan diri dengan Tuhan, puasa adalah pelatihan mental dan spiritual yang bertujuan mengubah sikap dan kejiwaan manusia. Sikap yang diubah adalah sikap yang buruk, sehingga menjadi baik. Jadi puasa berkaitan dengan sebuah pelatihan sikap spiritual melalui pelatihan badani. Orang yang berpuasa adalah orang yang terus melatih diri menjadi baru di dalam sikap.
Oleh karena itu, hanya berpuasa bukan hanya menahan makan dan minum, tetapi juga mengontrol emosi, kata-kata, tindakan, pikiran, dan perilaku. Orang yang berpuasa adalah orang yang sadar diri dan selalu berada di dalam pengendalian diri. Sikapnya terlatih untuk terkendali dari bersikap sembrono, atau mengambil keputusan secara asal-asalan, atau bertindak ''ngawur''. Orang yang dapat mengendalikan diri dari hawa nafsu makan dan minum adalah orang yang mampu mengendalikan dirinya.
== Puasa dan agama ==
Puasa sering dilakukan dalam rangka menunaikan ibadah dalam suatu [[agama]] atau sesuatu kewajiban yang harus di lakukan Manusia menurut kepercayaan Agamanya.
=== '''Puasa dalam Hindu''' ===
Dengan demikian, puasa – terutama dalam agama Hindu – dipahami sebagai sarana, cara, atau metode untuk mencapai sesuatu. Dalam mencapai sesuatu itu adalah dengan mengendalikan sikap sehingga menjadi baru. Orang yang terkendali sikapnya adalah laksana orang yang berada di dekat Tuhan. Siapa pun tidak akan urakan atau liar jika berada di dekat Sang Maha Agung. Oleh karena itu, sifat puasa adalah sakral, karena dihubungkan dengan niat mendekatkan diri kepada Tuhan. Orang yang berpuasa adalah orang yang secara tulus menyelaraskan diri dengan sifat Tuhan.
Berdasarkan pengertiannya, puasa tidak bertujuan pada dirinya atau untuk berdiet, melainkan bertujuan untuk membarui sikap iman melalui pelatihan spiritualitas.
===Puasa dalam Yahudi===
|