Soeman Hasiboean: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Glorious Engine (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-Karir +Karier); perubahan kosmetika
Baris 24:
Sebagai seorang pengarang, Soeman menulis cerita-cerita yang bertemakan [[suspens]] dan humor, menggambarkan fiksi detektif dan petualangan Barat serta [[sastra Melayu klasik]]. Karya tulis ber[[bahasa Melayu]] buatannya, dengan pengucapan yang sangat dipengaruhi oleh latar belakang Sumatra timur-nya, mudah dibaca dan terhindar dari hal yang bertele-tele secara berlebihan. Karya paling populer Soeman adalah novel ''Mentjahari Pentjoeri Anak Perawan'' (1932), sementara kumpulan cerita pendek ''[[Kawan Bergeloet]]'' (1941) dianggap karyanya yang paling terkenal dari sudut pandang sastra.{{sfn|Teeuw|2013|p=73}} Meskipun dianggap pengarang kecil dari periode ''[[Poedjangga Baroe]]'', Soeman telah mendapat pengakuan dengan adanya [[Perpustakaan Soeman H.S.|sebuah perpustakaan yang menggunakan namanya]] dan buku-buku buatannya diajarkan di sekolah-sekolah.
 
== Kehidupan awal ==
Soeman lahir di [[Bengkalis]], [[Riau]], [[Hindia Belanda]], pada 1904.{{efn|Tanggal tidak dicatat. Soeman kemudian menyatakan bahwa ia diberitahukan tahun kelahirannya oleh ayahnya, namun ia tidak memastikan apakah informasi tersebut akurat {{harv|Kasiri|1993|p=92}}.}} Ayahnya, Wahid Hasibuan, dan ibunya, Turumun Lubis, lahir di [[Kotanopan, Mandailing Natal|Kotanopan]] (yang sekarang merupakan bagian dari [[Kabupaten Mandailing Natal|Mandailing Natal]]), namun berpindah ke Bengkalis setelah pernikahan untuk menghindari konflik antara keluarga Hasibuan dan sebuah [[Marga (Batak)|klan]] rival. Dalam sebuah wawancara 1989, Soeman menyatakan bahwa ia tidak tahu menahu sumber konflik tersebut, namun ia menduga bahwa ayahnya, yang merupakan keturunan dari seorang raja [[suku Mandailing|Mandailing]], merasa seolah-olah kurang dihormati.{{sfn|Kasiri|1993|p=91}}
 
Baris 33:
Setelah lulus, Soeman menemukan pekerjaan di HIS Siak Sri Indrapura, sebuah [[Hollandsch-Inlandsche School|sekolah berbahasa Belanda untuk murid-murid pribumi]] di [[Kesultanan Siak Sri Indrapura|Siak Sri Indrapura]], Aceh.{{sfn|Kasiri|1993|p=95}} Soeman bekerja sebagai guru bahasa Melayu disana selama tujuh tahun,<ref>{{harvnb|Rampan|2000|p=455}}; {{harvnb|Eneste|1981|p=92}}.</ref> sampai 1930, ketika ia bertemu dengan seorang guru muda dari [[Jawa]] yang terlibat dalam [[Kebangkitan Nasional Indonesia|gerakan nasionalis]]. Soeman dan beberapa guru mulai bergabung dengannya untuk diskusi dan memainkan lagu "[[Indonesia Raya]]", yang berada di bawah pencekalan dari pemerintah kolonial Belanda. Saat ketahuan, Soeman dipindahkan ke Pasir Pengaraian, [[Rokan Hulu]], Riau. Meskipun menolak pindah, Soeman masih berada di Pasir Pengaraian sampai [[pendudukan Jepang di Hindia Belanda]] pada 1942, kemudian menjadi kepala sekolah<!--Due to a lack of staff-->.<ref>{{harvnb|Rampan|2000|p=455}}; {{harvnb|Kasiri|1993|pp=96–97}}.</ref>
 
==Karir Karier menulis ==
Soeman mulai menulis pada 1923 tak lama setelah menyelesaikan pendidikannya.{{sfn|Kasiri|1993|p=106}} Terinzpirasi oleh ayahnya, yang berhentj menggunakan nama klan Hasibuan di Bengkalis yang didominasi [[suku Melayu|Melayu]], ia memakai nama pena Soeman Hs.{{sfn|Muhammad|2002|p=201}} Ia menyerahkan novel pertamanya, ''Kasih Tak Terlarai'', kepada penerbit negeri [[Balai Pustaka]]. Buku tersebut, yng berkisah tentang seorang yatim piatu yang kawin lari dengan kekasihnya namun harus menikahinya kembali setelah kekasihnya kembali ke rumah, diterbitkan pada 1929.{{sfn|Eneste|1981|p=92}} Soeman meraih uang sejumlah 37&nbsp;[[gulden Hindia Belanda|gulden]] dari penerbitan tersebut.<ref>{{harvnb|Kasiri|1993|p=111}}; {{harvnb|Alisjahbana|1941|p=7}}.</ref>
 
Baris 43:
Antara 1932 dan 1938, Soeman menerbitkan dua novel berikutnya, ''Kasih Tersesat'' (diserialisasikan dalam ''Pandji Poestaka'' pada 1932) dan ''Teboesan Darah'' (diterbitkan dalam ''Doenia Pengalaman''<!--Issue 8, April edition--> pada 1939).<ref>{{harvnb|Rampan|2000|p=455}}; {{harvnb|Jassin|1963|p=309}}</ref> Novel ''Teboesan Darah'' menandai kembalinya Sir Joon, yang muncul dalam beberapa cerita detektif lainnya karya pengarang lainnya.<ref>{{harvnb|Teeuw|2013|p=72}}; {{harvnb|Jedamski|2009|pp=397&ndash;398}}.</ref> Soeman juga menerbitkan tiga puluh lima cerita pendek dan puisi, yang sebagian besar terdapat di majalah ''Pandji Poestaka'' namun juga di ''Pedoman Masjarakat'' dan ''[[Poedjangga Baroe]]''.{{Sfn|Kratz|1988|pp=566–567}} Tujuh cerita ''Pandji Poestaka'' karya Soeman dikompilasikan dalam ''[[Kawan Bergeloet]]'', bersama dengan lima cerita asli.{{sfn|Balai Pustaka|1941|pp=3–4}} Dengan kumpulan cerita pendek tersebut, yang diterbitkan pada 1941, Soeman menjadi salah satu penulis [[cerita pendek]] pertama dalam kanon sastra Indonesia.{{sfn|Rampan|2000|p=455}}
 
== Penjajahan Jepang dan Revolusi Nasional Indonesia ==
Setelah Jepang menjajah Hindia Belanda pada 1942, Soeman diangkat menjadi kepala sekolah oleh pasukan penjajah. Ia kemudain terlibat dalam politik dengan terpilih pada Shūsangikai, sebuah dewan perwakilan regional yang disponsori Jepang, untuk Riau. Ia kemudian menyatakan bahwa, karena ia terpilih ketimbang dipilih oleh pasukan Jepang—dan memiliki bekingan kuat dalam masyarakat, yang berguna untuk revolusi—ia merasa berada di bawah pengawasan ketat.<ref>{{harvnb|Rampan|2000|p=455}}; {{harvnb|Kasiri|1993|p=99}}.</ref> Keadaan tersebut berlanjut sampai Jepang mundur dari Indonesia dan [[Sukarno]] memproklamasikan kemerdekaan [[Indonesia]].{{sfn|Kasiri|1993|p=99}}
 
Baris 50:
Setelah [[Operasi Kraai]] pada 1948, ketika pasukan Belanda menduduki ibukota republik di [[Yogyakarta]] dan menangkap sebagian besar anggota pemerintahan Sukarno, Soeman menjadi komandan pasukan [[gerilya]] di Riau. Di samping melanjutkan perjuangan, ia ditugaskan untuk menjadi para pejuang baru untuk mendukung sebaba-sebab republik. Dalam misi tersebut, ia ikut membantu dengan jaringan ekstensifnya sebagai guru sekolah jangka panjang, dan beberapa pejuang Soeman adalah mantan muridnya sendiri. Meskipun para pasukannya berada di bawah senjata, Soeman memimpin mereka dalam pertarungan melawan pasukan [[pribumi]] yang bersekutu dengan Belanda selama beberapa kali.<ref>{{harvnb|Rampan|2000|p=455}}; {{harvnb|Kasiri|1993|pp=100–101}}.</ref>
 
== Pengajar dan kehidupan selanjutnya ==
Setelah [[Konferensi Meja Bundar]] pada 1949, Soeman dipanggil ke Pekanbaru dan diangkat menjadi kepala cabang regional dari [[Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Indonesia)|Departemen Pendidikan dan Kebudayaan]]. Tugas utamanya adalah mebdirikan kembali dan menyusun kembali sistem pendidikan di Riau setelah tiga tahun pendudukan dan empat tahun revolusi. Laci-laci digunakan untuk kayu bakar, bangunan-bangunan sekolah digunakan sebagai tempat untuk berlindung dari pasukan musuh, dan sebagian besar penduduk tidak dapat menghadiri kelas secara giat. Selain itu, departemen tersebut tidak memiliki dana yang cukup untuk mendukung pembangunan kembali. Pada tiga tahun berikutnya, Soeman memimpin proyek-proyek [[kerja komunal]] yang didedikasikan untuk memulihkan fasilitas pendidikan Riau dan meraih bantuan sukarela dari masyarakat.{{sfn|Kasiri|1993|pp=101–102}}
 
Baris 61:
Soeman meninggal di [[Pekanbaru]] pada 8 Mei 1999. Ia masih aktif dalam berbagai aspek pendidikan di Riau sampai tahun sebelumnya. {{sfn|Rampan|2000|p=455}}
 
== Gaya dan proses kreatif ==
[[Berkas:Lontar Foundation film on Suman Hs.webm|thumb|Sebuah cerita pendek tentang Soeman, buatan [[Yayasan Lontar]]]]
Soeman mengkredit kisah-kisah petualangan [[Alexandre Dumas]] dan pengarang-pengarang serupa, yang ia baca dalam terjemahan, untuk memahami genre petualangan dan detektif. Soeman memahami penggunaan [[suspens]] pada cerita-cerita tersebut, yang diset dalam karya-karya yang biasanya mempengaruhi para pengarang Melayu seperti [[Marah Rusli]].{{sfn|Kasiri|1993|pp=109–110}} Menurut kritikus kebudayaan [[Sutan Takdir Alisjahbana]], Soeman, dalam pembangunan suspensnya, memimikkan kisah-kisah detektif Barat ketimbang mengadaptasi gaya penyetingan Timur.{{sfn|Alisjahbana|1941|p=12}} Namun, pengaruh-pengaruh tradisional tampak dalam karya-karya Soeman. Ia mengkredit unsur-unsur komedi dari cerita-cerita pendeknya untuk aspek-aspek humar pada [[cerita rakyat Melayu|sastra cerita rakyat Melayu]] seperti kisah "[[Lebai Malan]]".{{sfn|Kasiri|1993|pp=109–110}}
Baris 71:
[[Diksi]] Soeman dalam cerita-cerita pendek buatannya sangat dipengaruhi oleh latar belakang Sumatra timur-nya, dengan pengucapan Melayu dan pengaruh [[bahasa Jawa|Jawa]] yang lebih sedikit ketimbang beberapa penulis kontemporer.{{sfn|Rosidi|1968|p=36}} Namun, seperti halnya para penulis sejawatnya dari generasi ''Poedjangga Baroe'', ia tetap menggunakan istilah [[sastra Melayu klasik|Melayu klasik]] seperti ''alkisah'' dan ''maka''. Ia dikritik karena menggunakan kalimat yang bertele-tele ketimbang sastra sebelumnya, bukannya berupaya untuk menggunakan gaya yang lebih ringkas dan langsung dan menghindari kiasan.{{sfn|Kasiri|1993|pp=112–113}} Dalam sebuah artikel 1936, Alisjahbana berkata bahwa, di tangan Soeman, "bahasa Melayu yang telah kaku dan beku dikarenakan susnan tetap dan aturannya, menjadi cair kembali".{{efn|Asli: "''... bahasa Melajoe lama jang telah kakoe dan bekoe oleh karena telah tetap soesoenan dan atjoeannja, mendjadi tjair kembali...''"}}{{sfn|Alisjahbana|1941|p=5}}
 
== Warisan ==
[[Berkas:Soeman HS Library, Pekanbaru, Indonesia.jpg|thumb|[[Perpustakaan Soeman HS]] di [[Pekanbaru]]]]
Karya-karya Soeman seringkali digunakan untuk mengajarkan sastra untuk murid-murid SMP dan SMA, utamanya di Riau, dimana pada 1970an, karya-karya tersebut didistribusikan oleh pemerintah provinsi.{{sfn|Kasiri|1993|p=114}} Salah satu cerita pendek Soeman, "Papan Reklame", masuk dalam sebuah bacaan terbitan [[Cornell University Press]] untuk murid-murid asal Indonesia,{{sfn|Wolff|1978|p=161}} dan [[HB Jassin]] memasukkan salah satu puisi Soeman, "Iman", dalam antologi ''Pudjangga Baroe'' (1963).<ref>{{harvnb|Nasution|1998|loc=21:50}}; {{harvnb|Jassin|1963|p=310}}.</ref> Pada 1993, ''Mentjahari Pentjoeri Anak Perawan'' diadaptasi ke dalam sebuah serial televisi buatan [[August Melasz]].{{sfn|Eneste|2001|p=50}}
Baris 77:
Sampai akhir hayat Soeman, buku-bukunya hanya sedikit diterbitkan ulang dan dibicarakan,<ref>{{harvnb|Muhammad|2002|p=203}}; {{harvnb|Nasution|1998|loc=3:41}}</ref> dan sebuah profil 2014 buatan Pusat Tanjungpinang untuk Penyajian Nilai-Nilai Kebudayaan menyebut Soeman sebagai seorang pengajar dan penulis yang terlupakan.{{sfn|Tanjungpinang, 2014}} Namun, karya-karya Soeman masih diantologikan, dan pada 2008, [[Perpustakaan Soeman HS]] di Pekanbaru dinamakan dengan namanya. Rancangannya mengingatkan pada alas baca [[al-Qur'an]] dan merefleksikan budaya Islam Melayu, perpustakaan berdinding kaca dan enam lantai tersebut dioperasikan olen pemerintah Riau.<ref>{{harvnb|Tanjungpinang, 2014}}; {{harvnb|Herawati|Yogiyanti|2015}}.</ref> Pada 2010, Yayasan Sagang secara anumerta menganugerahkan Soeman dengan Penghargaan Sagang Kencana untuk jasa-jasanya dalam menyajikan budaya Melayu.{{sfn|''Riau Pos'' 2015, Peraih Anugerah Sagang}}
 
== Pengakuan ==
Soeman telah dikategorikan sebagai pengarang kecil dari periode ''Poedjangga Baroe''. Sarjana sastra Indonesia asal Belanda [[A. Teeuw]] menyatakan bahwa, meskipun puisi Soeman umumnya berbentuk konvensional,{{sfn|Teeuw|2013|p=47}} cerita-cerita detektifnya "tidak bersahaja namun enak dibaca". Namun, ia menganggap kumpulan cerita pendek Soeman, ''Kawan Bergeloet'', karya buatannya paling terkenal dalam bidang sastra, memiliki sketsa "sangat terobservasi dan tergambar secara realistis".{{sfn|Teeuw|2013|p=73}} Sementara itu, Alisjahbana memuji penggunaan inovatif Melayu Soeman namun menganggap alur cerita pengarang tersebut tidak konsenkuensial dan tidak logis, dengan akting naratif "seperti anak-anak yang mengkilatkan permainannya dengan sekejap mata, namun juga langsung menyembunyikannya untuk membangkitkan rasa penasaran pada temannya".{{efn|Asli: "... ''seperti kanak-kanak jang mengilatkan sekedjap mata permainannja, tetapi segera menjemboenjikannja poela oentoek membangkitkan 'keinginan hendak tahoe' pada temannja.''"}} Ia menganggap karya Soeman baik untuk dibaca karena nilai hiburannya.{{sfn|Alisjahbana|1941|pp=9–10}}
 
Baris 83:
{{quote|text=Karya-karyanya boleh dikata sedikit. Karya-karyanya boleh dikata kurang disukai, tidak terlalu monumental, tetapi kehadiran Soeman Hs sebagai penulis cerita humor dan penulis cerita detektif, itu tidak bisa diabaikan. Kalau kita mau bercerita tentang pelopor penulis humor atau pelopor cerita detektif, Soeman Hs itu bapaknya. Dia bisa dianggap bapak cerita humor dan detektif.|sign=Eka Budianta|source=dalam {{harvtxt|Nasution|1998|loc=11:30–12:08}}}}
 
== Daftar pustaka pilihan ==
{{col-begin}}
{{col-2}}
Baris 95:
{{col-end}}
 
== Catatan penjelas ==
{{notelist}}
 
== Referensi ==
{{reflist|20em}}
 
== Karya yang dikutip ==
{{refbegin|40em}}
* {{cite book
Baris 131:
|last=Balai Pustaka
}}
* {{cite book
|title=Leksikon Kesusastraan Indonesia Modern
|trans_title=Lexicon of Modern Indonesian Literature
Baris 186:
| ref = harv
}}
* {{cite book
|url=https://openaccess.leidenuniv.nl/bitstream/handle/1887/15074/Jedamski%20-%20Holmes%20Essay.pdf?sequence=7
|archivedate=3 September 2012
Baris 247:
| ref = harv
}}
* {{Cite book
|title=Bayang Baur Sejarah: Sketsa Hidup Penulis-penulis Besar Dunia
|trans_title=The Blending Shadows of History: Sketches of the Lives of the World's Greatest Writers
Baris 259:
|isbn=978-979-668-401-4
}}
* {{cite video
|last = Nasution
|first = Arswendy
Baris 283:
|ref={{sfnRef|''Riau Pos'' 2015, Peraih Anugerah Sagang}}
}}
* {{Cite book
|title=Leksikon Susastra Indonesia
|trans_title=Lexicon of Indonesian Literature
Baris 309:
|first=Ajip
}}
* {{cite web
|title=Soeman HS: Tokoh Sastra dan Pendidikan yang Terlupakan
|trans_title=Soeman HS: A Forgotten Figure in Literature and Education