Islam di Burkina Faso: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
EmausBot (bicara | kontrib)
k Bot: Migrasi 3 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:Q3081878
k Robot: Perubahan kosmetika
Baris 2:
[[Berkas:BoboDioulasso-GrandMosqueE.JPG|thumb|left|Masjid Agung di Bobo-Dioulasso, Burkina Faso]]
 
'''Islam di [[Burkina Faso]]''' ([[Volta Hulu]]) memiliki sejarah panjang dan beragam. Menurut sensus 2006, populasi negara ini sekitar 60,53 persen Muslim.<ref>[http://www.insd.bf/pages_web/donnee_stat/structurelle/tableaux_rgph2006.htm “Les principaux tableaux du recensement general de la population et de l'habitation 2006,” Institut National de la Statistique et de la Démographie, Ministère de l'économie et des finances, July 2008.]</ref>
 
Sampai akhir abad 19, Volta Hulu didominasi oleh [[kerajaan Mossi]], yang diyakini berasal dari Afrika tengah atau timur kira pada abad ke-11. Mossi awalnya membela keyakinan agama mereka dan struktur sosial terhadap pengaruh Islam dari Muslim di barat laut. Pada abad ke-15 daerah Volta Hulu menarik para pedagang Muslim dan permukiman dengan pembukaan ladang emas [[Akan]], dan kesempatan untuk perdagangan emas, kacang kola, dan garam. Beberapa pedagang adalah orang ber[[bahasa Soninke]] dari [[Timbuktu]] dan [[Djenné]] yang kemudian diadopsi dialek [[Malinke]] dan menjadi dikenal sebagai [[Orang Dyula|Dyula]]. Mereka menetap di kota-kota Bobo-Dyulasso, [[Kong, Pantai Gading|Kong]], Bunduku, dan tempat-tempat lain yang mengarah ke ladang emas. Pedagang lain datang dari [[Region Kanem|Kanem]], [[Bornu]], dan kota-negara bagian di [[Hausa]] dan pindah ke [[Gonja]], [[Dagomba]], dan bagian lain dari wilayah Volta. Muslim menikah dengan perempuan lokal dan mengangkat keluarga, yang terikat kepada masyarakat Muslim melalui ayah dan masyarakat pagan lokal melalui ibu. Keturunan dari pernikahan seringkali diwariskan pada kepala suku dan membawa konversi masyarakat lokal. Mereka mengorganisir festival, doa ditawarkan dan ramalan di pengadilan lokal, jimat didistribusikan, dan berpartisipasi dalam ritual anti-sihir. Akibatnya, Muslim di wilayah itu bukan kelompok bahasa yang berbeda, tetapi menganggap diri mereka sebagai bagian dari kerajaan Mossi.