James Hal Cone: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Penggantian teks otomatis (-di Abad +pada Abad, -di abad +pada abad, -Di abad +Pada abad, -Di Abad +Pada Abad) |
k Robot: Perubahan kosmetika |
||
Baris 28:
== Biografi Singkat ==
Cone lahir di Fordyce, Arkansas dan dibesarkan di Bearden, Arkansas. <ref name="Hennelly">{{en}} Alfred T. Hennelly. ''Liberation theologies:the global pursuit of justice''. 1995. USA: Twenty-Third Publications. Hal. 382.</ref> Dia mendapat gelar
== Pemikiran ==
=== Allah ===
James Cone menyinggung soal [[realitas Allah]].<ref name="Cone">{{en}} James H. Cone. ''The Cross
Realita yang terjadi menurut Cone merupakan penyimpangan yang besar, bahwa Allah hanya dimiliki orang oknum tertentu saja, mereka adalah kelompok yang membuat diri mereka menjadi superior dalam sistem, mereka adalah orang kulit putih. <ref name="Cone"/> Allah ada untuk orang kulit putih, teologi yang perkembang adalah teologi dari kaca mata kulit putih, Allah hanya dimiliki oleh orang kulit putih.<ref name="Cone"/> Kepemilikan Allah pada orang kulit putih, hal yang tidak benar, berdampak kepada
=== Kristus ===
Dalam Tulisannya yang berjudul ''Black Theology Documentary'', Cone menulis:
[[Kristus]] Amerika itu tidak memiliki ciri-ciri rasial, Ia berkulit langsat, berambut ikal warna coklat dan kadang-kadang sungguh ajaib-memiliki mata biru..<ref name="james">{{en}} James Hal Cone. ''Black Theology Documentary''. 1970. USA: Roermond. Hal. 116-117.</ref>
Cone mempertanyakan kembali apa artinya keputusan [[Konsili Nicea]] pada tahun 325, yang menyatakan bahwa Kristus adalah sehakikat –homoousios- dengan Bapa dan keputusan [[Konsili Chalcedon]] pada tahun 451, yang menyatakan bahwa kedua kodrat yang ilahi dan manusiawi, tidak terbagi dan terpisah dan tidak tercampur dan tidak berubah.<ref name="hal">{{en}} James Hal Cone. ''God of Oppressed''. 1975. USA: Roermond. Hal. 5.</ref> Apa artinya bagi mereka yang melihat Yesus bukan sebagai suatu gagasan dalam pemikiran, tetapi Yesus yang mereka kenal sebagai juru selamat dan sahabat.<ref name="hal"/> Pokok ini diuraikan oleh Cone dalam bukunya ''The Spirituals and Blues''.
Baris 43:
[[Berkas:Cicatrices de flagellation sur un esclave.jpg|thumb|left|Peter, seorang budak di Louisiana, Cone merefleksikan pengalaman budak ini dengan cambukan dipunggungnya layaknya Yesus yang juga dicambuk.]]
Menurut dia, lagu Negro Spirituals itu bersifat cerita mengenai daya upaya historis orang kulit hitam untuk memperoleh kebebasan duniawi, dan bukan suatu proyeksi orang Afrika yang tidak mempunyai harapan dan yang telah melupakan “tanah air” mereka, atas dunia lain.<ref name="Wessel">{{id}} Anton Wessel. ''Memandang Yesus''. 2001. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hal. 84-89.</ref> Dalam lagu-lagu “Spirituals” itu Yesus dilihat sebagai Raja yang membebaskan umat manusia dari penderitaan yang tidak adil.<ref name="Wessel"/>
Cone menegaskan bahwa Yesus Kristus harus diakui berdasarkan keberadaan-Nya kini, dalam masa lampau dan dalam waktu yang akan datang. “Kita baru dapat memahami riwayat hidup Yesus pada masa lampau dan arti keselamatan-Nya (soteriologis), jika hidup-Nya pada masa lampau dikaitkan secara logis dan teratur (dialektis) dengan kehadiran-Nya pada masa kini dan kedatangan-Nya pada masa yang akan datang”. Dalam menganalisa hidup Yesus pada masa lampau, kita tidak dapat menyangkal nilai soteriologis-Nya pada masa kini sebagai Tuhan dari pergumulan kita sekarang.<ref name="Wessel"/> Pandangan terhadap masa depan Kristus, yang menerobos kehidupan mereka sebagai budak, mengubah pandangan mereka terhadap masa depan mereka sendiri.<ref name="Wessel"/> Para teolog kulit hitam harus dapat membuktikan, bahwa sifat hitam Yesus bukan hanya bakat psikologis dari orang kulit hitam, tetapi berasal dari penelitian yang dapat dipercaya, dari sumber-sumber yang menyoroti riwayat hidup Yesus pada masa lampau, masa kini dan masa depan.<ref name="Wessel"/> Kalau kita tidak berhasil dalam hal ini, demikian Cone berkata, maka kita akan kena tuduhan, bahwa “Kristus yang hitam” adalah s pemutar-balikan ideologis dari Perjanjian Baru untuk tujuan-tujuan politis. <ref name="Wessel"/>
Baris 58:
Banyak kristen mendefinisikan bahwa keselamatan itu merupakan “anugerah murahan”, karena keselamatan itu berasal dari kematian Yesus dan akhirnya mereka menjadi pietis (pietis yang dangkal), dan akhirnya mereka menganggap bahwa kristus mati hanya untuk orang kulit putih, sehingga terjadi pembedaan antara orang kulit putih dan orang kulit hitam.<ref name="Cone"/> Cone menggambarkan Yesus sebagai orang kulit hitam. Orang kulit hitam yang digantung layaknya Yesus yang disalib.<ref name="Cone"/> Ia dihina dan dianggap kotor, ia dipertontonkan di tengah publik dan direndahkan. Itulah Yesus dan orang kulit hitam yang sama-sama menderita.<ref name="Cone"/>
Salib Yesus adalah perubahan radikal oleh Allah dari keadaan manusia, ketika yang terpilih untuk menggantikan Israel sebagai Hamba yang Menderita dan dengan demikian mengungkapkan
Maka bagi Cone,hukuman gantung ini harus direflesikan sebagai penyaliban Yesus supaya tidak terjadi kesalahan sama bahwa Yesus disalibkan untuk semua orang, Allah hadir untuk semua orang.
<ref name="Cone"/>
|