Sedikit penduduk sipil yang beruntung berhasil kabur. Ketika orang Venesia melarikan diri ke kapal-kapal mereka, Utsmaniyah telah merebut dinding Tanduk Emas, namun tentara Ustmaniyah tidak membunuh mereka karena lebih tertarik untuk menjarah rumah-rumah di kota. Akibatnya, Tanduk Emas diabaikan sehingga orang Venesia mampu selamat. Kapten Venesia memerintahkan anak buahnya untuk mendobrak gerbang Tanduk Emas, lalu mengisi kapal dengan tentara Venesia dan pengungsi dari kota. Segera setelah mereka pergi, beberapa kapal Genoa dan bahkan kapal Kaisar mengikuti mereka keluar dari Tanduk Emas. Tak lama setelah itu, Angkatan Laut Utsmaniyah kembali menguasai Tanduk Emas pada tengah hari.<ref name="coursesa.matrix.msu.edu"/>
Pasukan Utsmaniyah mendatangi [[Augusteum]], lapangan luas di depan gereja [[Hagia Sophia]] yang gerbang perunggunya dihalangi oleh kerumunan pendduk sipil di dalam bangunan, meminta bantuan tuhan. Setelah pintunya didobrak, tentara Utsmaniyah memisahkan orang-orang berdasarkan kemungkinan harga mereka di pasar budak. [[Mehmed II]] mengizinkan pasukannya menjarah kota selama tiga hari sesuai adat.<ref>Smith, Michael Llewellyn, ''The Fall of Constantinople'', History Makers magazine No. 5, Marshall Cavendish, Sidgwick & Jackson (London).</ref> Para tentara memperebutkan sejumlah [[rampasan perang]].<ref name="Reinert283">{{cite book|last=Reinert|first=Stephen|title=The Oxford History of Byzantium|location=New York|publisher= Oxford UP|year=2002|page=283}} ..."the conquering sultan would quickly turn his attention to the more difficult task of rebuilding, repopulating and revitalizing the city."</ref> Menurut ahli bedah Venesia Nicolò Barbaro "sepanjang hari [[Bangsa Turki|pasukan Turk]] membantai banyak sekali orang Kristen di seluruh kota". Menurut Philip Mansel, ribuan penduduk sipil dibunuh dan 30.000 penduduk sipil diperbudak atau diusir.<ref>{{cite book|last=Mansel|first=Philip|title=Constantinople: City of the World's Desire|year=1995|publisher=Hachette UK|isbn=0-7195-5076-9|page=79}}</ref>
Suatu catatan saksi mata, yang muncul di buku ''They Saw It Happen in Europe 1450-1600 (1965)'' karya C.R.N. Routh, menceritakan sebagai berikut:
{{quotation|Tidak akan ada yang mampu menyamai horror dari tontonan yang mengerikan dan menakutkan ini. Orang-orang yang ketakutan oleh jeritan berlarian dari rumah mereka dan dibunuhi oleh pedang sebelum mereka tahu apa yang sedang terjadi. Dan beberapa dibantai di dalam rumah mereka di mana mereka berusaha bersembunyi, dan beberapa di gereja di mana mereka mencari perlindungan.
Para tentara Turk yang murka . . . tidak memberi ampun. Ketika mereka telah membantai dan tidak ada lagi perlawanan, mereka berlanjut menjarah dan berkeliaran di seluruh kota mencuri, menelanjangi, merampok, membunuh, memperkosa, menawan pria, wanita, anak-anak, orang tua, anak muda, biarawan, pendeta, orang-orang dengan semua jenis dan kondisi . . . Ada para perawan yang terbangun dari tidur yang menganggu dan mendapati para penjahat itu berdiri di atas tubuh mereka dengan tangan penuh darah dan wajah penuh kemarahan hina. Campuran segala bangsa ini, para biadab kalut ini mendatangi rumah-rumah mereka, menyeret mereka, memaksa mereka, menodai mereka, memperkosa mereka di persimpangan jalan dan membuat mereka tunduk pada kekejaman yang pang mengerikan, Bahkan disebutkan bahwa ketika melihat para tentara ini, banyak gadis yang langsung kaku dan nyaris meninggal.
Para orang tua dengan penampilan mulia ditarik rambut putihnya dan secara memilukan dipukuli. Para pendeta dijadikan tawanan berkelompok, beserta para perawan saleh, biarawan, dan pertapa yang mengabdi hanya kepada Tuhan dan hidup hanya untuk-Nya kepada-Nya mereka mengorbankan diri, yang ditarik dari sel mereka dan yang lainnya dari gereja di mana mereka mencari perlindungan, meskipun mereka menangis dan terisak dan pipi kurus mereka, dijadikan obyek hinaan sebelum dibunuh. Anak-anak lembut dirampas dengan brutal dari payudara ibu mereka dan anak gadis diperkosa secara aneh dan mengerikan, dan ribuan hal mengerikan lainnya terjadi. . .
Tempat-tempat suci dinodai, dirusak dan dijarah . . . benda-benda suci secara hina dilemparkan, patung dan wadah suci dinodai. Ornamen dibakar, dihancurkan berkeping-keping atau dibuang ke jalanan. Mezbah para santo secara brutal diobrak-abrik untuk dicari sisa-sisa yang kemudian dilemparkan ke udara. Piala dan gelas untuk perayaan Misa disishkan untuk pesta pora mereka atau dihancurkan atau dlelehkan atau dijual. Pakaian para pendeta yang bersulam emas dan dihiasi mutiara dijual kepada penawar termahal dan dilemparkan ke api untuk mengambil emasnya. Banyak sekali buku suci dan duniawi yang dibuang ke api atau dirobek-robek atau dinjak-injak. Namun sebagian besarnya dijual dengan harga yang sangat rendah, untuk beberapa sen. Altar para santo, direnggut dari fondasinya, dijungkirkan. Semua tempat persembunyian suci dirusak dan dihancurkan untuk memperoleh harta karun suci di dalamnya . . .|The Sack of Constantinople, 1453<ref>[http://www.eyewitnesstohistory.com The Sack of Constantinople, 1453 - EyeWitness to History (2011)]</ref>}}
== Lihat pula ==
|