Anak Agung Pandji Tisna: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Suntingan Bennylin (Pembicaraan) dikembalikan ke versi terakhir oleh Borgxbot |
k Robot: Cosmetic changes |
||
Baris 5:
Tahun 1947 ia secara sadar turun dari takhta kerajaan. Kedudukan raja dilanjutkan oleh adiknya Anak Agung Ngurah Ketut Djelantik atau I Gusti Ketut Djelantik yang dikenal dengan nama Meester Djelantik sampai pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda pada tahun 1949 dan Anak Agung Ketut Djelantik menjadi raja Buleleng terakhir.
Anak Agung Pandji Tisna meninggal dunia [[2 Juni]] [[1978]] dan dikuburkan dengan upacara agama Kristen di tanah pekuburan pribadinya di atas sebuah bukit di desa Seraya - Kaliasem di sebelah sebuah gereja yang telah lebih dahulu dibangun olehnya.
== Pendidikan, menjadi sastrawan ==
Baris 15:
Pandji Tisna juga terkenal karena ia merupakan tokoh perintis [[pariwisata]] Bali, khususnya di daerah pantai utara. Pada tahun 1953 Pandji Tisna memilih lokasi Desa Tukad Cebol (kini [[Desa Kaliasem]]) sebagai tempat peristirahatannya. Di situ ia menulis dan menerima tamu-tamunya dari dalam maupun luar negeri. Tempat peristirahannya itu dinamainya "[[Lovina]]", yaitu singkatan dari kata "Love Indonesia". Setelah itu, Pandji Tisna mendirikan tempat-tempat penginapan di pantai barat Buleleng tersebut, dan seluruh daerah itu kemudian dikenal sebagai pantai Lovina. Karena itu Pandji Tisna juga diakui sebagai "Bapak Pariwisata Bali". Pada tahun [[2003]], Pemerintah Daerah Bali menganugerahi kepadanya secara anumerta penghargaan "Karya Karana" sebagai pengakuan atas jasa-jasanya dalam pengembangan pariwisata Bali.
== Keluarga ==
Anak Agung Pandji Tisna dilahirkan dari AA Putu Djelantik dengan istrinya Jero Mekele Rengga. Ia sendiri pernah mempunyai empat orang istri, yaitu Anak Agung Istri Manik, Ni Ketut Mayas (Jero Mekele Seroja), Luh Sayang (Mekele Sadpada), dan Jro Mekele Resmi.
== Menjadi Kristen ==
Pandji Tisna memeluk agama [[Kristen]] pada masa [[penjajahan Jepang di Indonesia|penjajahan Jepang]]. Suatu hari istrinya, Mekele Seroja, menjemur sehelai bendera [[Belanda]]. Hal ini menimbulkan kecurigaan polisi Jepang yang sedang berpatroli bahwa Pandji Tisna adalah seorang antek Belanda. Ditambah lagi di kamar Pandji Tisna ditemukan sebuah kitab [[Injil]] berbahasa [[bahasa Belanda|Belanda]], yang merupakan pemberian adiknya, Meester Djelantik.
Pandji Tisna ditangkap dan ditahan di Singaraja. Namun berkat bantuan Miora, seorang spion beragama Kristen, akhirnya Pandji Tisna diselamatkan. Sejak itu ia berjanji untuk mempelajari [[Alkitab]] dan menjadi seorang Kristen. Pada tahun itu pula datang seorang pendeta Kristen yang bernama A.F. Ambesa ke puri Buleleng. Setahun kemudian Pandji Tisna dibaptiskan sebagai orang Kristen.
== Karya tulis ==
* [[I Made Widiadi (Kembali Kepada Tuhan)]] (1955)
* [[I Swasta Setahun di Bedahulu]] (1938)
Baris 36:
* [[Warna lokal Bali dalam novel Sukreni gadis Bali karya Anak Agung Pandji Tisna]] oleh Made Pasek Parwatha
== Pranala luar ==
* [http://www.bali-travelnews.com/Batrav/Batrav122/people.htm "Tourism Award "Karya Karana"]
* [http://www.bali.go.id/Government/index.asp?idList=409&nCat=Struktur%20Organisasi&nCha=Pemerintahan Bali 1 Dulu Hingga Kini]
* [http://www.balipost.co.id/BaliPostcetak/2005/8/13/b17.htm ''Pelebon'' Pandji Tisna - Ratusan Warga Iringi Prosesi]
* [http://www.balipost.co.id/balipostcetaK/2002/12/30/f2.htm Lovina: Love Indonesia atau Love of Pandji Tisna]
|