Muhammad Natsir Thaib: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Fatir M.Natsir (bicara | kontrib)
Tag: VisualEditor karakter berulang [ * ] mengosongkan halaman [ * ]
Fatir M.Natsir (bicara | kontrib)
Mendetailkan riwayat hidup
Baris 28:
|nationality = [[Indonesia]]
|party =
|spouse = Fatmawati Ibrahim
|relations =
|children = Fatir M Natsir<br>Abdul Kadir M Natsir<br>Abdurachim M Natsir<br>Rahmasari M Natsir<br>Zulkarnain M Natsir.
|alma_mater = [[Universitas Cendrawasih]]
|occupation =
Baris 46 ⟶ 45:
 
== Masa kecil hingga Pendidikan ==
 
Meskipun berdarah Tidore, Natsir tak hidup menetap di sana melainkan berpindah-pindah mengikuti ayahnya yang berprofesi sebagai guru sekolah pemerintah. Masa kecilnya terbilang susah, sebab kadang menemani ayahnya melaut (nelayan) guna membantu menjamin kebutuhan pokoknya dan membiayai pendidikan sekolah dasarnya. Meski demikian ia dikenal jenius, khususnya dibidang ilmu eksakta ''Kimia.'' Terdidik dengan keras dari doktrinitas ayah yang tinggi, ia akhirnya berhasil memenuhi cita-cita ayahnya dengan menyelesaikan pendidikan sekolah dasarnya hingga tamat dan mengejar cita-citanya. Ia memilih meninggalkan keluarganya dan merantau menimba ilmu ke Irian Jaya (sekarang Papua) dan mendaftar sebagai mahasiswa di Fakultas Ilmu Teknik Kehutanan di [[Universitas Cenderawasih|Universitas Cendrawasih]] Manokwari. Ia menyelesaikan gelar sarjana mudanya (Bachelor of Arts atau B.A) yang kini setingkat dengan Strata 1 (S1), dan melanjutkan pendidikan profesi Insinyur usai sukses menelaah pengaruh infrastruktur transportasi (jalan) terhadap biaya operasional usaha dalam karya ilmiahnya. Gelar Insinyur pun melekat padanya. Sebagai seorang mahasiswa teladan dan jenius, dirinya akhirnya mendapat perhatian dari beberapa perusahaan BUMN seperti PT INHUTANI II hingga merekrutnya sebagai pegawai tidak tetap di Manokwari (1981). Tiga (3) tahun kemudian, namanya terdaftar di lulusan penerimaan pegawai negeri sipil (PNS) di Dinas Kehutanan Tingkat 1 Provinsi Irian Jaya, penerimaannya membuat ia dan istrinya akhirnya pindah ke Kota Jayapura mencari suaka hidup disana sejak tahun 1984.
==== Dari Nelayan hingga Sarjana ====
Meskipun berdarah Tidore, Natsir tak hidup menetap di sana melainkan berpindah-pindah mengikuti ayahnya yang berprofesi sebagai guru sekolah pemerintah. Masa kecilnya terbilang susah, sebab kadang menemani ayahnya melaut (nelayan) guna membantu menjamin kebutuhan pokoknya dan membiayai pendidikan sekolah dasarnya. Meski demikian ia dikenal jenius, khususnya dibidang ilmu eksakta ''Kimia.'' Terdidik dengan keras dari doktrinitas ayah yang tinggi, ia akhirnya berhasil memenuhi cita-cita ayahnya dengan menyelesaikan pendidikan sekolah dasarnya hingga tamat dan mengejar cita-citanya. Ia memilih meninggalkan keluarganya dan merantau menimba ilmu ke Irian Jaya (sekarang Papua) dan mendaftar sebagai mahasiswa di Fakultas Ilmu Teknik Kehutanan di [[Universitas Cenderawasih|Universitas Cendrawasih]] Manokwari. Ia menyelesaikan gelar sarjana mudanya (Bachelor of Arts atau B.A) yang kini setingkat dengan Strata 1 (S1), dan melanjutkan pendidikan profesi Insinyur usai sukses menelaah pengaruh infrastruktur transportasi (jalan) terhadap biaya operasional usaha dalam karya ilmiahnya. Gelar Insinyur pun melekat padanya. Sebagai seorang mahasiswa teladan dan jenius, dirinya akhirnya mendapat perhatian dari beberapa perusahaan BUMN seperti PT INHUTANI II hingga merekrutnya sebagai pegawai tidak tetap di Manokwari (1981). Tiga (3) tahun kemudian, namanya terdaftar di lulusan penerimaan pegawai negeri sipil (PNS) di Dinas Kehutanan Tingkat 1 Provinsi Irian Jaya, penerimaannya membuat ia dan istrinya akhirnya pindah ke Kota Jayapura mencari suaka hidup disana sejak tahun 1984.
 
==== Tidore - Manokwari - Jayapura ====
Ia menyelesaikan gelar sarjana mudanya (Bachelor of Arts atau B.A) yang kini setingkat dengan Strata 1 (S1), dan melanjutkan pendidikan profesi Insinyur usai sukses menelaah pengaruh infrastruktur transportasi (jalan) terhadap biaya operasional usaha dalam karya ilmiahnya. Gelar Insinyur pun melekat padanya. Sebagai seorang mahasiswa teladan dan jenius, dirinya akhirnya mendapat perhatian dari beberapa perusahaan BUMN seperti PT INHUTANI II hingga merekrutnya sebagai pegawai tidak tetap di Manokwari (1981). Tiga (3) tahun kemudian, namanya terdaftar di lulusan penerimaan pegawai negeri sipil (PNS) di Dinas Kehutanan Tingkat 1 Provinsi Irian Jaya, penerimaannya membuat ia dan istrinya akhirnya pindah ke Kota Jayapura mencari suaka hidup disana sejak tahun 1984.
 
== Riwayat Keluarga ==
Natsir adalah anak ke-7 dari 8 bersaudara, lahir dari pasangan ''Muhammad Thaib'' dan ''Jamilah''. Natsir Terlahir dari lingkaran keluarga birokrasi pemerintahan [[Kesultanan Tidore]] dengan nama marga adat ''Kalfangare.'' Keluarga Natsir di Tidore bertempat di kediaman adat bernama ''Soa Kapita,'' salah satu kawasan di area ibukota Kesultanan Tidore, Soa Sio. Ayah Natsir memilih meninggalkan jabatan adat karena profesinya sebagai guru di berbagai sekolah rakyat. Ayahnya pula pernah menjabat sebagai kepala sekolah. Kehidupan ayahnya yang sering berpindah-pindah membawa Natsir turut serta ikut dan bersekolah pula di berbagai kawasan kerja ayahnya di Maluku Utara, hingga pada akhirnya ayahnya menetap dan mengajar di ''Sula Madaha'' (Sebuah desa di Utara Pulau Ternate).
 
==== Keturunan adat dari garis keluarga birokrasi Kesultanan Tidore ====
Kehidupan ayahnya yang sering berpindah-pindah membawa Natsir turut serta ikut dan bersekolah pula di berbagai kawasan kerja ayahnya di Maluku Utara, hingga pada akhirnya ayahnya menetap dan mengajar di ''Sula Madaha'' (Sebuah desa di Utara Pulau Ternate). Natsir adalah salah satu dari cucu keturunan laki-laki mendiang almarhum Hamjah ''IbnuIbn'' Thaib Ardan yang merupakan Panglima Perang Kesultanan Tidore dengan gelaran adat ''Kapita Kie.'' Kakeknya Merupakan tokoh militer dan agama yang sangat dihormati di Kesultanan Tidore. Kakeknya pula dikenal sebagai Panglima 3 generasi sebab memimpin di 3 (tiga) generasi masa kekuasaan yang berbeda. Yakni di masa pemerintahan Kesultanan Tidore era Sultan XXXV ''Achmad Fatahuddin Alting'' (Masa kuasa 1892-1894 Masehi) - Sultan XXXVI ''Achmad Kawiyuddin Alting'' (Masa kuasa 1894-1906 Masehi) dan Sultan XXXVII Zainal Abidin Syah yang juga adalah Gubernur pertama Irian Barat (Masa kuasa 1947-1967 Masehi). Kakeknya pakar dalam ahli hukum dan administrasi kesultanan yang juga merupakan satu dari beberapa tokoh sejarahkunci perumus konstitusi Kesultanan Tidore di tahun 1870 ''(Konstitusi Kie Se Kolano II)'' <ref>Irham Rosyidi, S.H., M.H. ''SEJARAH HUKUM'' ''; “Eksplorasi Nilai, Asas, dan Konsep dalam Dinamika Ketatanegaraan Kesultanan Tidore”''</ref> ''.'' Spirit dan falsafah kepemimpinan kakeknya ''"Loa se banari"'' (keadilan dan kebenaran) sangat dipegang teguh dan menjadi prinsip etika bernegara yang selalu dipanuti Natsir hingga di birokrasi pemerintahan daerah.
 
== Karir Birokrasi Pemerintahan ==
 
==== Dari Irian Jaya (Papua) ke Maluku Utara tahun 1999 ====
Pada tahun 1984, lamaran kerjanya di pemerintahan diterima dan resmi bergabung di Dinas Kehutanan Tingkat 1 Provinsi Irian Jaya. 15 tahun kemudian, pasca reformasi, terbit UU No,1 Tahun 1999 tentang pembentukkan [[Maluku Utara|Provinsi Maluku Utara]]. Ia adalah segelintir pejabat birokrasi putra daerah yang terpanggil ke kampung halaman untuk mengabdi dan menata Provinsi Maluku Utara bersama-sama pejabat dan politikkus senior Maluku Utara Musa Badrun dkk. Setibanya dan bergabung dengan pemerintah daerah Provinsi Maluku Utara pasca konflik SARA. Natsir kemudian diangkat oleh Pelaksana tugas (Plt) Gubernur Provinsi Maluku Utara ''Surasmin'' menjadi Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Maluku Utara untuk pertama kalinya.
 
'''Pelaksana tugas Bupati di Kabupaten Halmahera Timur tahun 2003'''
Otonomi daerah di Maluku Utara kembali terjadi. Pada tahun 2003 terbentuklah Kabupaten [[Kabupaten Halmahera Timur|Halmahera Timur]] , membutuhkan seorang yang profesional dalam penataan birokrasi, Gubernur Maluku Utara I (Pertama) Drs.H.Thaib Armayn menunjuk Natsir menjadi Plt. Bupati Halmahera Timur. Tak menunggu lama, ia merealisasikan kerja cepat agenda pembangunan yang tertunda sesuai kehendak Gubernur, kerjanya yang cepat dan tepat banyak mencengangkan pemerintah dan masyarakat Halmahera Timur. Natsir mendorong kemajuan transportasi Halmahera Timur dengan meneken kerjasama kontrak maskapai TRIGANA AIR dalam akses penerbangan lokal, beliau juga mendorong produk beras pribumi (Desa Transmigrasi) dan mematenkan usaha tani di sana.
 
Otonomi daerah di Maluku Utara kembali terjadi. Pada tahun 2003 terbentuklah Kabupaten [[Kabupaten Halmahera Timur|Halmahera Timur]] , membutuhkan seorang yang profesional dalam penataan birokrasi, Gubernur Maluku Utara I (Pertama) Drs.H.Thaib Armayn menunjuk Natsir menjadi Plt. Bupati Halmahera Timur. Tak menunggu lama, ia merealisasikan kerja cepat agenda pembangunan yang tertunda sesuai kehendak Gubernur, kerjanya yang cepat dan tepat banyak mencengangkan pemerintah dan masyarakat Halmahera Timur. Natsir mendorong kemajuan transportasi Halmahera Timur dengan meneken kerjasama kontrak maskapai TRIGANA AIR dalam akses penerbangan lokal, beliau juga mendorong produk beras pribumi (Desa Transmigrasi) dan mematenkan usaha tani di sana. Sejak Pemilihan Kepala daerah (PILKADA) Maluku Utara bergulir untuk pertama kalinya dan jabatan beliau akhirnya selesai sebagai Pelaksana tugas bupati. Masyarakat tak rela atas kepergiannya dan menawarinya untuk maju dalam PILKADA Halmahera Timur, Natsir sangat kagum dan apresiasi keinginan rakyat Halmahera Timur, sayang dengan rendah hati Natsir menolak dengan alasan ia tak mau menghalangi kesempatan pada putera-puteri daerah Halmahera Timur untuk memimpin daerahnya sendiri.
 
====== Kembali ke Pemerintahan hingga menjelang masa pensiun ======
Sepeninggalnya dari Halmahera Timur dengan prestasi yang gemilang meski hanya sebagai pelaksana tugas sementara, Natsir kembali menuai kepercayaan pemerintah daerah. Ia kembali dipercayai Gubernur memegang jabatan-jabatan strategis di Provinsi Maluku Utara. Sebut saja jabatan Kepala Dinas Pertambangan Provinsi Maluku Utara di tahun 2006 dan terangkat menjadi Asisten III Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Maluku Utara di tahun 2009. 2 (dua) tahun lamanya bekerja di ruang lingkup Gubernur, ia dipercayakan untuk terakhir kali sebagai kepala Badan Lingkungan Hidup Provinsi Maluku Utara di tahun 2009. Tepat di tahun 2012, Natsir pensiun secara administratif dan memilih rehat dari aktifitas birokrasi pemerintahan.
 
==== Maju dalam Pemilihan Gubernur Maluku Utara 2014-2019 ====
Natsir diajak calon Gubernur Maluku Utara 2014 Abdul Gani Kasuba untuk maju menjadi wakilnya dalam persaingan Pemilihan Gubernur Provinsi Maluku Utara 2014-2019. Natsir dipercayai karena merupakan seorang Birokrasi profesional yang dianggap tepat mendampingi Gani dalam pemerintah Maluku Utara selanjutnya. Dengan berbagai konsolidasi dan pendekatan Politik serta maklumat rakyat, Natsir akhirnya menyetujui memajukan berbagai persyaratan yang disepakati oleh berbagai pihak. Natsir akhirnya memulai karirnya di kancah demokrasi Politik untuk pertama kalinya.
 
== Karir Politik ==