Muhammad Natsir Thaib: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Perbaikan
Perbaikan
Baris 50:
Natsir adalah anak ke-7 dari 8 bersaudara, lahir dari pasangan orang tuanya ''Muhammad Thaib'' dan ''Maimuna'' asal Soa Sio, Tidore. Natsir menikah pada tahun 1968 dengan mempersunting anak seorang veteran perang Trikora (ABRI) berdarah Jawa-Weda (Halmahera Tengah) ''Fatmawati Ibrahim.'' Keduanya menikah di Manokwari dan hingga kini dianugerahi 5 (lima) orang anak''.'' Natsir sendiri terlahir dan dibesarkan di lingkaran keluarga birokrasi pemerintahan [[Kesultanan Tidore]] dengan marga ''Kalfangare.'' Di Tidore, keluarga besarnya menempati kedudukan di ''Soa Kapita'' (Soa Sio).
 
Ayah Natsir ''(M.Thaib)'' adalah seorang guru di sekolah rakyat yang sering berpindah-pindah tempat tugas (Mengajar) di berbagai daerah di Maluku Utara hingga akhirnya menetap dan mengajar di ''Sula Madaha'' (Sebuah desa di Utara Pulau Ternate). Dari garis ayahnya, Natsir merupakan cucu mendiang almarhum ''Hamjah Ibn Thaib Ardan'' yang merupakan satuPanglima daritinggi duaangkatan pejabat Panglima tinggidarat Perang Kesultanan Tidore bergelar ''Kapita Kie.'' Kakeknya merupakan tokoh militer dan guruimam agama yang sangat dihormati di kalangan masyarakat dan Kesultananadat atas dasar riwayat jasa dan pengabdiannya di Kesultanan Tidore yang terbilang cukup panjang, karenabeliau memimpinmenjabat sebagai panglima perang di 3 (tiga) masa generasi kekuasaan Kesultanan yang berbeda, yakni sejak masa pemerintahan Sultan Tidore ke-35 ''Achmad Fatahuddin Alting'' (Masa kuasa 1892-1894 Masehi), Sultan Tidore ke-36 ''Achmad Kawiyuddin Alting'' (Masa kuasa 1894-1906 Masehi), dan Sultan Tidore ke-37 ''Zainal Abidin Syah'' yang juga adalah Gubernur pertama Irian Barat pertama dalam sejarah NKRI (Masa kuasa 1947-1967 Masehi). SelanSelain itu, merupakankakeknya pejabatjuga terasmerupakan utamatokoh sejarah yang bertugas menjemput dan menerima rombongan kepresidenan Republik Indonesia (Presiden Ir.Soekarno beserta ibu Fatmawati) kala tiba di Tidore menjadi tamu kehormatan Kesultanan di pelantikan adat Sultan Tidore ke-37 ''Zainal Abidin Syah'' di Limau Timore (Soa Sio) pada tanggal 27 Februari tahun 1947. Kakeknya juga andil dalam bidang hukum tata negara sebagai tim perumus konstitusi Kesultanan Tidore (''Peraturan Kie Se Kolano)'' pada tahun 1868. <ref>Irham Rosyidi, S.H., M.H. ''SEJARAH HUKUM'' ''; “Eksplorasi Nilai, Asas, dan Konsep dalam Dinamika Ketatanegaraan Kesultanan Tidore”''</ref> Meskipun berlatarkini Natsir masih memiliki latar belakang adat dan memiliki peluang dalam kedudukan politik di birokrasi Kesultanan Tidore, Natsir dan keluarganya lebih memilih menetap di Ternate (Sebagai abdi birokrasi pemerintahan negaraPNS) dan menyerahkan semua urusan 'fungsionalisme marga adat' pada keluarganya di Tidore.
== Karir Birokrasi Pemerintahan ==