Bouraq Indonesia Airlines: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k →Pranala luar: re-categorisation using AWB |
|||
Baris 41:
Tak mau menerima kritikan pedas tersebut, Bouraq langsung menjawab nada negatif para pesaingnya dengan mendatangkan pesawat [[Boeing 737|Boeing 737-200]] untuk meningkatkan kualitas pelayanan, peremajaan pesawat dan memenuhi pertumbuhan bisnis yang tumbuh cukup signifikan dengan transaksi sebesar [[Dolar Amerika Serikat|US$]] 70 juta dollar, tujuh unit pesawat bekas berhasil didapat dari [[Malaysia Airlines]] yang rata-rata berusia 10 tahun dan hal ini membuat Bouraq pun makin lebar dengan dukungan armada yang berjumlah menjadi sebanyak 30 unit, sementara itu, Bouraq juga mengoptimalkan penggunaan SDM 100 awak pilot/kopilot. Satu yang unik dari dan jarang terjadi dalam industri penerbangan nasional adalah Bouraq mempekerjakan penerbang perempuan yaitu Meriam Zanaria, Lokawati Nakagawa dan Cipluk.
Pada
Dalam kondisi ini, Bouraq ibarat kapal karam yang menunggu waktu untuk tenggelam. Tekanan yang makin kuat, membuat maskapai Bouraq lama kelamaan makin menyusut, baik jumlah armada maupun awak kabin. Jelang akhir hayatnya, Bouraq hanya menyisakan sebuah pesawat Boeing B737-200. Kejayaan sebagai maskapai yang memiliki puluhan pesawat berakhir dengan tragis jelang tutupnya Bouraq dengan disahkannya sertifikat pailit oleh Pengadilan Niaga Jakarta Pusat pada tanggal [[25 Juli]] [[2005]]. Akhirnya, pada hari penetapan itu, maskapai yang berlogo "B" yang diselimuti oleh hijau toska yang selama ini menghiasi langit nusantara pun akhirnya "berpulang" ke "jurang kehancuran bisnis" dan tidak tampak lagi.<ref>http://bisnis.liputan6.com/read/710126/bouraq-air-maskapai-legenda-yang-kandas-setelah-35-tahun?p=6</ref>
|