Kota Bukittinggi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 110:
Keberadaan kota Bukittinggi sebagai kota perdagangan yang dikenal di Nusantara serta manca negara, sangatlah penting bagi Kota Bukittinggi untuk terus memacu pertumbuhan perdagangan dengan ditopang oleh kemajuan teknologi dewasa ini. Tidak dapat dipungkiri untuk menjaga stabilitas serta pemerataan sebaran pendapatan masyarakat, haruslah mengikutkan berbagai macam aspek yang salah satunya keberadaan teknologi marketplace yang sebenarnya.
 
'''[[Kiosrame.com]], [[Bliantar.com]], dan [[Okegold.com]]''' merupakan rintisan marketplace berbasis teknologi yang didirikan di Fort De Kock yang saat ini dikenal dengan nama Bukittinggi. Dengan keberadaan Bukittinggi sebagai kota perdagangan sudah saatnya kota Bukittinggi meningkatkan eksistensinya sebagai kota perdagangan dengan mengikuti kemajuan teknologi, salah satunya dengan menggunakan fasilitas internet yang berpotensi memunculkan startup-startup yang dapat mendukung sektor perdagangan di dunia virtual. Sebagai aplikasi nyata dari kota Bukittinggi yang turut mendukung sektor perdagangannya berbasis teknologi, maka dirilislah kiosrame.com dan bliantar.com serta okegold.com.
 
Bukittinggi juga ingin menjadi pioneer teknologi dengan melahirkan para founder-founder startup yang berkualitas. Dengan kata lain, Bukittinggi menjadi dilahirkannya startup-startup, baik yang berplatform marketplace, Game, serta Ecommerce. tidak saja sebagai pusat inkubator, namun lebih kepada melahirkan startup-startup yang berkualitas (Reborn Center Startup).
 
== Sejarah ==
Kota Bukittinggi semula merupakan pasar (pekan) bagi masyarakat Agam Tuo. Kemudian setelah kedatangan [[Belanda]], kota ini menjadi kubu pertahanan mereka untuk melawan [[Kaum Padri]].<ref name="Gus" /> Pada tahun 1825, Belanda mendirikan benteng di salah satu bukit yang terdapat di dalam kota ini. Tempat ini dikenal sebagai benteng [[Fort de Kock (benteng)|Fort de Kock]], sekaligus menjadi tempat peristirahatan opsir-opsir Belanda yang berada di wilayah jajahannya. Pada masa pemerintahan [[Hindia Belanda]], kawasan ini selalu ditingkatkan perannya dalam ketatanegaraan yang kemudian berkembang menjadi sebuah ''stadsgemeente'' (kota),<ref>Sujamto, (1991), ''Cakrawala otonomi daerah'', Sinar Grafika, ISBN 978-979-8061-17-2.</ref> dan juga berfungsi sebagai ibu kota ''Afdeeling Padangsche Bovenlanden'' dan ''Onderafdeeling Oud Agam''.<ref>www.docstoc.com [http://www.docstoc.com/docs/22775543/PEMBANGUNAN-INFRASTRUKTUR-KOTA-BUKITTINGGI-MASA-KOLONIAL-BELANDA Pembangunan-infrastruktur Kota Bukittinggi masa kolonial Belanda] (diakses pada 29 Juni 2010)</ref>
 
Pada masa pendudukan [[Jepang]], Bukittinggi dijadikan sebagai pusat pengendalian pemerintahan militernya untuk kawasan [[Sumatera]], bahkan sampai ke [[Singapura]] dan [[Thailand]]. Kota ini menjadi tempat kedudukan komandan militer ke-25 Kempetai, di bawah pimpinan Mayor Jenderal Hirano Toyoji.<ref>Barbara Gifford Shimer & Guy Hobbs, (2010), ''The Kenpeitai in Java and Sumatra'', Equinox Publishing, ISBN 978-602-8397-10-0.</ref> Kemudian kota ini berganti nama dari ''Stadsgemeente Fort de Kock'' menjadi ''Bukittinggi Si Yaku Sho'' yang daerahnya diperluas dengan memasukkan nagari-nagari sekitarnya seperti [[Sianok Anam Suku, IV Koto, Agam|Sianok Anam Suku]], [[Gadut, Tilatang Kamang, Agam|Gadut]], [[Kapau, Tilatang Kamang, Agam|Kapau]], [[Ampang Gadang, IV Angkek, Agam|Ampang Gadang]], [[Batu Taba, IV Angkek, Agam|Batu Taba]], dan [[Bukik Batabuah, Candung, Agam|Bukit Batabuah]]. Sekarang nagari-nagari tersebut masuk ke dalam wilayah [[Kabupaten Agam]].