Ida Pedanda Gede Made Gunung: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 25:
 
Selain aktif tampil di berbagai media cetak maupun elektronika, beliau juga aktif menulis di dunia maya melalui situs website.{{ref|dua}}
 
'''Pedanda Made Gunung''' juga dikenal kritis dalam menyikapi permasalahan pelaksanaan upacara ritual Hindu di Bali, terutama Manusia Yadnya dan Pitra Yadnya, yang selama ini kerap digelar dengan megah dan banyak menghabiskan biaya.
 
== Kehidupan Awal ==
Baris 39 ⟶ 37:
Beliau [[Madiksa]] atau menjadi pedanda pada tahun 1994 dan sejak tahun 2002 sampai menjelang akhir hayatnya, beliau menjadi dosen luar biasa di Fakultas Usada Universitas Hindu Indonesia.
 
== Sebelum [[Madiksa]]{{ref|tiga}} ==
Dua tahun sebelum Madiksa, beliau sudah mulai membenahi pola pikir, perkataan dan perbuatan sebagai persiapan memasuki dunia kependetaan.
Dua tahun sebelum [[Madiksa]], beliau sudah mulai membenahi pola pikir, perkataan dan perbuatan sebagai persiapan memasuki dunia kependetaan. Suatu hari, kira-kira 4 bulan sebelum madiksa, beliau pergi mengunjungi Rumah Sakit Sanglah untuk melihat mereka yang  dirawat disana, beliau ingin merasakan bagaimana kondisi dan penderitaan mereka yang sedang sakit , beliau juga berjalan mengunjungi UGD, mengunjung bangsal - bangsal yang lain hingga berakhir di depan kamar mayat. Setelah itu beliau mengunjungi Rumah Sakit Wangaya untuk tujuan yang sama. Beliau juga mengunjungi Super Market, sekedar untuk melihat bagaimana anak - anak bermain dan menikmati santapan. Disana beliau sempat diikuti oleh satpam, yang barangkali merasa agak janggal karena melihat beliau yang berjenggot, berambut panjang dan menggunakan destar datang ke tempat seperti itu dan seperti dengan tujuan yang tidak jelas. Setelah itu beliau mengunjungi super market yang lain yang baru saja di buka. Beliau tidak mengunjungi diskotik atau tempat hiburan yang lain karena untuk mengunjungi tempat seperti itu harus membayar terlebih dahulu. Setelah itu beliau melanjutkan perjalanan ke pasar burung, mendengarkan kicauan burung dan melihat berbagai jenis peliharaan yang dijual disana. Disamping itu beliau juga pernah ikut menjadi sopir truk mengikut temany beliau yang menjadi sopir truk untuk mengirim pasir dari Klungkung ke daerah lain di Bali. Beliau melakukan itu untuk mengetahui bagaimana rasanya menjadi sopir truk. Setelah beliau merasa sudah cukup, mulailah beliau menyusun program tangkil (menemui) para sulinggih (pendeta) se-Bali. Dalam buku harian beliau, tercatat beliau pernah tangkil kepada 325 sulinggih.
 
Suatu hari, kira-kira 4 bulan menjelang upacara [[Madiksa]], beliau pergi mengunjungi [[Rumah Sakit Sanglah]] untuk melihat mereka yang  dirawat disana. Beliau berjalan mengunjungi [[Unit Gawat Darurat]], mengunjung bangsal-bangsal pasie hingga berakhir di depan kamar mayat. Beliau ingin merasakan bagaimana kondisi dan penderitaan mereka yang sedang sakit. Setelah itu beliau mengunjungi Rumah Sakit Wangaya untuk tujuan yang sama.
Untuk apa beliau melakukan semua itu? Beliau mengatakan semua itu sebagai persiapan mental untuk memasuki dunia kependetaan. Seperti merintis sebuah bangunan, sebelum memulai membangun seseorang perlu melihat berbagai model bangunan yang ada sebagai perbandingan dalam merencanakan bangunan yang baru. Unsur-unsur yang cocok ditiru, yang kurang cocok dipelajari dan seterusnya. Dan ternyata semua yang beliau dapat dari pengalaman tersebut sangat mendukung tugas-tugas yang harus beliau emban sekarang. Semua babonnya dari sana. sebuah contoh sederhana, begitu menjadi Pedanda, banyak orang yang tangkil dan semuanya bermacam-macam. Ada yang halus dan adakalanya agak emosional. Semua harus dihadapi dengan sabar. Tidak mungkin dihadapi dengan kekerasan dan main pukul seperti sewaktu beliau menjadi pelatih karate dulu. Kalupun sekarang beliau memukul, tidak menggunakan pukulan fisik tetapi pukulan rohani. Tingkat kerohanian akan berjalan baik apabila didukung oleh pengalaman, mental dan fisk yang kuat.
 
Beliau juga mengunjungi Supermarket, sekedar untuk melihat bagaimana anak-anak bermain dan menikmati santapan. Disana beliau sempat diikuti oleh satpam, yang barangkali merasa agak janggal karena melihat beliau yang berjenggot, berambut panjang dan menggunakan destar datang ke tempat seperti itu. Setelah itu beliau mengunjungi supermarket yang lain yang baru saja di buka. Kemudian beliau melanjutkan perjalanan ke pasar burung, mendengarkan kicauan burung dan melihat berbagai jenis peliharaan yang dijual disana.
Beliau mengatakan bahwa tujuan utama beliau untuk menjadi Pedanda bukan semata hanya untuk muput yadnya, melainka senantias meningkatkan kualitas kerohanian atau Dharma Agama. Muput yadnya baru dilaksanakan kalu ada orang yang ngaturang, dalam arti kalau ada yang datang diterima kalu tidak ada tidak apa-apa. Seperti air pancuran, ada atau tidak orang yang datang untuk mengambil air, pancurannya tetap akan mengalir.
 
Disamping itu beliau juga pernah ikut menjadi sopir truk mengikuti teman beliau yang menjadi sopir truk untuk mengirim pasir dari Klungkung ke daerah lain di Bali. Beliau melakukan itu untuk mengetahui bagaimana rasanya menjadi sopir truk.
Menurut '''Ida Pedanda Gunung''', agama Hindu tidak pernah memiskinkan umatnya. Atas dasar itulah, dia mengingatkan agar setiap umat tidak terpaku melaksanakan upacara keagamaan yang berdasarkan prinsip nak mule keto (memang begitu).{{ref|empat}}
 
Setelah beliau merasa sudah cukup, mulailah beliau menyusun program tangkil (menemui) para Sulinggih (pendeta) se-Bali. Sebagaimana tertulis dalam buku hariannya, tercatat beliau pernah tangkil kepada 325 sulinggih.
"Umat kita di Bali tidak hentinya melaksanakan upacara keagamaan dan bahkan makin lama kian besar, namun sayangnya berbagai sendi kehidupan masyarakat justru menunjukkan keadaan kian merosot dan terjadi degradasi moral," katanya.{{ref|lima}}
 
Untuk apaMenurut beliau melakukan, semua itu? Beliau mengatakan semua itu sebagaimerupakan persiapan mental untuk memasuki dunia kependetaan. Seperti merintis sebuah bangunan, sebelum memulai membangun seseorang perlu melihat berbagai model bangunan yang ada sebagai perbandingan dalam merencanakan bangunan yang baru. Unsur-unsur yang cocok ditiru, yang kurang cocok dipelajari dan seterusnya. Dan ternyata semua yang beliau dapat dari pengalaman tersebut sangat mendukung tugas-tugas yang harus beliau emban sekarang. Semua babonnya dari sana. sebuah contoh sederhana, begitu menjadi Pedanda, banyak orang yang tangkil dan semuanya bermacam-macam. Ada yang halus dan adakalanya agak emosional. Semua harus dihadapi dengan sabar. Tidak mungkin dihadapi dengan kekerasan dan main pukul seperti sewaktu beliau menjadi pelatih karate dulu. Kalupun sekarang beliau memukul, tidak menggunakan pukulan fisik tetapi pukulan rohani. Tingkat kerohanian akan berjalan baik apabila didukung oleh pengalaman, mental dan fisk yang kuat.
 
Sebuah contoh sederhana, begitu menjadi Pedanda, banyak orang yang tangkil dan semuanya bermacam-macam. Ada yang halus dan adakalanya agak emosional. Semua harus dihadapi dengan sabar. Tidak mungkin dihadapi dengan kekerasan dan main pukul seperti sewaktu beliau menjadi pelatih karate dulu. Kalupun sekarang beliau memukul, tidak menggunakan pukulan fisik tetapi pukulan rohani. Tingkat kerohanian akan berjalan baik apabila didukung oleh pengalaman, mental dan fisk yang kuat.
 
Tujuan utama beliau untuk menjadi Pedanda bukanlah semata hanya untuk muput upakara (memimpin upacara), melainkan juga turut serta melakukan peningkatan kualitas kerohanian umat.
 
== Kritis ==
'''Ida Pedanda Made Gunung''' juga dikenal kritis dalam menyikapi permasalahan pelaksanaan upacara ritual Hindu di Bali, terutama Manusia Yadnya dan Pitra Yadnya, yang selama ini kerap digelar dengan megah dan banyak menghabiskan biaya.
 
Menurut '''Ida Pedanda Made Gunung''', agama Hindu tidak pernah memiskinkan umatnya. Atas dasar itulah, dia mengingatkan agar setiap umat tidak terpaku melaksanakan upacara keagamaan yang berdasarkan prinsip nak mule keto (memang begitu).{{ref|tiga}} "Umat kita di Bali tidak hentinya melaksanakan upacara keagamaan dan bahkan makin lama kian besar, namun sayangnya berbagai sendi kehidupan masyarakat justru menunjukkan keadaan kian merosot dan terjadi degradasi moral," katanya.{{ref|empat}}
 
Sikap ini dipertahankan sampai akhir hayat beliau. "Kalau aji (ayah) meninggal nanti, tolong jangan buatkan upacara yang besar. Tanpa bade. ''Layon'' aji cukup diusung anak-anak menuju perabuan, pebasmian (tempat kremasi)." begitu wasiat '''Ida Pedanda Made Gunung''' kepada keluarganya.{{ref|lima}}
 
== Referensi ==
Baris 55 ⟶ 66:
2 {{note|dua}} [http://www.idapedandagunung.com/ www.idapedandagunung.com]
 
3 {{note|duatiga}} [http://www.nusabali.com/berita/415/pedanda-gunung-minta-cegah-upacara-yang-bikin-miskin Pedanda Gunung Minta Cegah Upacara Yang Bikin Miskin]
 
4 {{note|empat}} [http://www.antarabali.com/berita/20711/upakara-bukan-makanan-bhatara Upakara Bukan Makanan Bhatara]
 
5 {{note|lima}} [http://bali.tribunnews.com/2016/05/19/minta-tanpa-bade-wasiat-ida-pedanda-gunung-kalau-aji-meninggal-nanti-tolong?page=3 Minta Tanpa Bade, Wasiat Ida Pedanda Gunung: ‘Kalau Aji Meninggal Nanti, Tolong!’]
 
== Pranala Luar ==