Portal:Filosofi: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
←Membuat halaman berisi 'Setiap kelompok manusia di dunia mengorganisasikan anggotanya ke dalam keluarga. Secara umum, keluarga ialah satu kumpulan manusia yang dihubungkan melalui pertalian...' |
k Bot: Penggantian teks otomatis (-Indoensia +Indonesia) |
||
Baris 18:
Menurunnya kualitas sumber daya manusia, tidak dihargainya martabat dan harga diri manusia yang merupakan korban sosial dari penyakit sosial ini sudah sangat merusak sendi-sendi kehidupan kemanusiaan yang beradab. Karena itu persoalah pengangguran ini harus secepatnya dipecahkan dan dicarikan jalan keluarnya yang terbaik. Tentunya menghilangkan pengangguran dalam situasi kehidupan ekonomi bangsa yang sedang morat-marit ini adalah sesuatu yang tidak mungkin. Tetapi upaya mengurangi pengangguran bukanlah hal yang mustahil. Cara yang realistis dalam jangka pendek mengurangi pengangguran adalah memberdayakan sektor informal, padat karya dan lain-lain disamping strategi jangka panjang seperti pemerataan wilayah pertumbuhan ekonomi melalui kebijakan desentralisasi.
Bappenas memperkirakan pada tahun 2004 jumlah angkatan kerja akan mencapai 102,88 juta orang termasuk angkatan kerja baru 2,10 juta orang. Tambahan lapangan kerja yang tercipta hanya 10,83 juta orang. Penciptaan lapangan kerja yang tak mampu mengimbangi pertumbuhan angkatan kerja baru itu menyebabkan angka pengangguran terbuka tahun 2004 meningkat menjadi 10,83 juta orang (10,32 % dari angkatan kerja). Peningkatan pengangguran terbuka ini akan terus berlanjut tahun 2005 dimana angka pengangguran terbuka diproyeksikan menjadi 11,19 juta orang atau 10,45 % dari angkatan kerja. Proyeksi ini dibuat dengan asumsi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2004 dan 2005 masing-masing 4,49 % dan 5,03%.
Menurut Kwik Kian Gie (Kompas 10 September 2003), menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan 4,49% (tahun 2004) dan 5,03% (tahun 2005) sama sekali tidak menjamin terbukanya lapangan kerja. Tantangan utama pemerintah sekaligus bangsa
Krisis ekonomi ditambah dengan krisis moral para penyelenggara negara dengan maraknya korupsi, kolusi dan nepotisme menghambat pertumbuhan ekonomi yang justru akan menghambat terciptanya lapangan kerja.
Strukur angkatan kerja, pekerja dan pengangguran terbuka didominasi oleh manusia yang berpendidikan rendah ini sangat rentan terhadap konflik-sosial. Keterbatasan mereka di dalam pendidikan sangat mudah dijadikan alat komoditas politik untuk melakukan berbagai konflik sosial di tengah masyarakat.
|