Surat dari Praha: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Rachmat-bot (bicara | kontrib) k cosmetic changes |
||
Baris 49:
==Produksi==
Proses syuting film dilakukan di Kota Praha, Ceko tepatnya berjarak sekitar 150 meter dari Charles Bridge yang membelah sungai Vltava. Charles Bridge sendiri merupakan sebuah tempat wisata yang ramai dikunjungi karena terdapat 30 patung peninggalan zaman [[Barok]] yang menghiasi sepanjang jembatan ini. Selain itu film ini menjadi debut [[Chicco Jerikho]] sebagai seorang produser dan [[Julie Estelle]] menyanyikan lagu dalam sebuah film.
==Soundtrack==
Original Soundtrack Surat Dari Praha terdiri dari 4 buah lagu karya [[Gleen Fredly]] yang hadir sebagai pembangun cerita sebagai wujud perayaan 20 tahun karier Gleen di dunia musik [[Indonesia]]. Lagu-lagu tersebut adalah ''Nyali Terakhi'' dari album Lovevolution (2010), ''Sabda Rindu'', ''Untuk Sebuah Nama'', dan ''Menanti Arah'', ketiganya terambil dari album Luka, Cinta, dan Merdeka (2012). Dalam filmnya, lagu ''Nyali Terakhir'' dan ''Sabda Rindu'' dinyanyikan oleh kedua pemeran utamanya, Julie Estelle dan Tio Pakusadewo. Pemilihan lagu tersebut dilakukan oleh [[Angga Dwimas Sasongko]] dan M Irfan Ramli dengan beberapa alasan diantaranya ''Sabda Rindu'' dipili karena secara lirik sangat klasik. Maksudnya, ketika lirik-lirik ini diciptakan oleh tokoh Jaya, sangat make sense. Karena Jaya sudah sangat tua, hidup di masa 60-70-an, generasi saat itu pasti punya preferensi kata sendiri, dan lagu ini menggambarkan itu. Lalu ''Nyali Terakhir'', dipilih karena dianggap signature song-nya Glenn, lagu galau sedunia. Sementara itu Angga juga memilih dua lagu lain yang dibawakan sendiri oleh Glenn untuk mendukung suasana cerita. ''Untuk Sebuah Nama'' dipilih untuk menggambarkan emosi, karena menurutnya lagu tersebut menyimpan amarah sekalipun masih bertema cinta. Sementara lagu ''Menanti Arah'' dianggap mewakili keseluruhan cerita Surat dari Praha yang menyentuh soal cinta, sejarah, hingga politik.
==Kontroversi==
Seorang seniman dan dosen Universitas Brawijaya, Yusri Fajar, melancarkan protes terhadap film Surat Dari Praha besutan Angga Dwimas Sasongko karena dituding menjiplak buku kumpulan cerpennya yang berjudul sama. Menanggapi hal tersebut, Angga melakukan klarifikasi terkait tuduhan plagiarisme. Ia menyayangkan statement sepihak yang merugikan nama baik Visinema Pictures selaku rumah produksi karena menggiring opini publik untuk menghakimi tanpa legal standing yang kuat. Diterangkan oleh Angga bila Surat Dari Praha merupakan film yang memiliki legal standing sesuai undang-undang hak cipta. Ia memiliki sertifikat yang dikeluarkan oleh Ditjen HKI Kemenkumham dan telah terdaftar paten atas judul di kelas 41 terkait dengan Fim Bioskop, kelas 9 terkait dengan Cakram Digital dan kelas 16 terkait Poster. Dengan ini tuduhan yang dilancarkan dinyatakan tidak berdasar dan perlu dikaji ulang. Terkait kesamaan tema perlu dipahami bahwa tema eksil politik di Praha merupakan bagian dari fakta sejarah yang tidak bisa diklaim. Lalu soal kesamaan judul, itu bukan bentuk pelanggaran hak cipta.
==Penghargaan==
Film Surat Dari Praha kembali menuai kesuksesan seperti karya terdahulu Angga Dwimas Sasongko [[Cahaya Dari Timur: Beta Maluku]] (2014) di ajang penghargaan perfilman dengan meraih tiga piala [[Usmar Ismail Awards 2016]] untuk kategori Film, Sutradara, dan Pemeran Utama Pria. Serta piala [[Indonesia Movie Actor Awards 2016]] untuk kategori Pemeran Utama Wanita Terfavorit <ref>http://www.suara.com/entertainment/2016/04/03/075456/surat-dari-praha-raih-3-penghargaan-di-usmar-ismail-awards-2016</ref>
* Pemenang Film Terbaik Usmar Ismail Awards 2016
Baris 74:
* Nominasi Film Terfavorit Indonesia Movie Awards 2016
Berdasarkan keputusan dewan seleksi bentuk Persatuan Produser Film Indonesia (PPFI) Surat dari Praha terpilih sebagai wakil [[Indonesia]] dalam ajang [[Academy Award]] tahun 2017 dalam kategori film berbahasa asing terbaik.
==Lihat Juga==
|