Model penerimaan teknologi: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
beri tag dahulu, membantu tugas mahasiswa UPH 2016 |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1:
{{dalam perbaikan}}
'''"Model
== Sejarah == Teori ini pertama kali dicetuskan oleh Davis (Davis M. , 1986) <ref>Davis, M. (1986). A Technology of Acceptance Model for Empirically testing new-end user information system: Theory and Result. Massachusetts, USA: Sloan School of Management, Massachusets Institute of Technology.</ref>dan selanjutnya digunakan serta dikembangkan kembali oleh beberapa ilmuwan contoh Adam et al. (1992) Szajna (1994), Igbaria et al. (1995) serta Venkatesh dan Davis (2000). == Tujuan == TAM memiliki tujuan untuk menjelaskan dan memprediksikan penerimaan pemakai terhadap suatu teknologi. TAM adalah pengembangan TRA dan diyakini mampu meramalkan penerimaan pemakai terhadap teknologi berdasarkan dampak dari dua faktor, yaitu perspektif kemanfaatan (''perceived usefulness'') dan perspektif kemudahan pemakaian (''perceived ease of use'') (Davis, 1989). Menurut Davis (1989) <ref>Davis. (1989). Perceived usefulness, perceived ease of use and user acceptance of information technology</ref> TAM adalah sebuah teori sistem informasi yang didesign guna menerangkan bagaimana pengguna mengerti dan mengaplikasikan sebuah teknologi informasi.
Baris 6 ⟶ 12:
TAM mengadopsi TRA dari Fishbein dan Ajzen (Fishbein, 1967) yang digunakan untuk melihat tingkat penggunaan responden dalam menerima teknologi informasi. Konstruksi asli TAM sendiri yang dirumuskan oleh Davis (1989), adalah persepsi kegunaan (''perceived usefulness''), persepsi kemudahan pemakaian (''perceived ease of use''), sikap (''attitude''), niat perilaku (''behavioral intention''), penggunaan sebenarnya (''actual use'') dan ditambahkan beberapa perspektif eksternal yaitu, pengalaman (''experience'') serta kerumitan (''complexity'') <ref>https://www.researchgate.net/profile/Fred_Davis2/publication/35465050_A_technology_acceptance_model_for_empirically_testing_new_enduser_information_systems__theory_and_results_/links/0c960519fbaddf3ba7000000.pdf</ref>
Perspektif penggunaan (''perceived usefulness'') adalah merupakan suatu fase dimana seseorang percaya bahwa pemakai suatu sistem tertentu akan dapat menambah prestasi kerja orang tersebut. Berdasarkan definisi itu dapat diartikan bahwa kegunaan dari penggunaan TIK dapat menambah kinerja, prestasi kerja siapapun yang menggunakannya.
Thompson et. al (Thompson) <ref>Thompson, H. a. (n.d.). Personal Computing: Towards a Conceptual Model of Utilization. MIS QUarterly , 125-143</ref> kemudian mengemukakan kesimpulan bahwa kemanfaatan teknologi informasi merupakan dampak yang diharapkan oleh pengguna teknologi informasi dalam menjalankan tugas mereka. Thompson (1991) juga menyatakan bahwa individu akan menggunakan teknologi informasi, jika orang tersebut memiliki pemahaman mengenai manfaat atau kegunaan (''usefulness'') yang baik atas kegunaannya.
Perspektif kemudahan penggunaan dapat meyakinkan pengguna bahwasanya teknologi informasi yang akan diaplikasikan adalah suatu hal yang mudah dan bukan merupakan beban bagi mereka. TIK yang tidak sulit digunakan akan terus diaplikasikan oleh perusahaan.
Davis (1989) dalam bukunya juga menyatakan bahwa perspektif kemudahan pengaplikasian (''perceived ease of use'') merupakan sebuah tingkatan dimana seseorang percaya bahwasanya penggunaan sistem tertentu, mampu mengurangi usaha seseorang dalam mengerjakan sesuatu. Frekwensi penggunaan dan interaksi antara pengguna (''user'') dengan sistem juga mampu menunjukan kemudahan penggunaan. Sistem yang lebih sering digunakan menunjukan bahwa sistem tersebut lebih dikenal, lebih mudah dioperasikan dan lebih mudah digunakan oleh penggunanya.
Sikap terhadap pengaplikasian sesuatu menurut Aakers dan Myers (1997) adalah, sikap pro atau kontra terhadap pengaplikasian sebuah produk. Sikap pro atau kontra terhadap suatu produk ini dapat diaplikasikan guna memprediksi tingkah laku ataupun niat seseorang untuk menggunakan suatu produk atau tidak menggunakannya. Sikap terhadap pengaplikasian teknologi (attitude toward using technology), diartikan sebagai evaluasi dari pemakai tentang keingintahuannya dalam menggunakan teknologi.
Behavioral intention to use adalah kecenderungan perilaku untuk tetap mengaplikasikan sebuah teknologi (Davis, 1989). Tingkat pengunaan sebuah teknologi komputer pada seseorang dapat diprediksi dari sikap serta perhatian sang pengguna terhadap teknologi tersebut, contohnya adalah adanya keinginan untuk menambah peripheral pendukung, keinginan untuk tetap menggunakan, serta keinginan untuk mempengaruhi pengguna lain.
Pemakaian aktual (''actual system usage'') adalah kondisi nyata pengaplikasian sistem (Davis,1989). Seseorang akan merasa senang untuk menggunakan sistem jika mereka yakin bahwa sistem tersebut tidak sulit untuk digunakan dan terbukti meningkatkan produktifitas mereka, yang tercermin dari kondisi nyata penggunaan. Bentuk pengukuran pemakaian aktual (''actual system usage'') adalah seberapa kerap dan durasi waktu pemakaian terhadap TIK. Penggunaan teknologi sesungguhnya (actual technology use), diukur melalui jumlah akumulasi waktu yang dihabiskan untuk berinteraksi dengan teknologi dan seberapa kali seringnya menggunakan teknologi tersebut.
Thompson et al. (1991) membuat model penelitian yang mengambil sebagian teori yang diusulkan oleh Triandis <ref>(H.C, 1980) [[H.C, T. (1980). Values, Attitudes and Interpersonal Behavior. Lincoln, Nebraska, USA: University of Nebraska Press]]</ref>, tolak ukur yang mempengaruhi pengaplikasian teknologi informasi adalah diantaranya tolak ukur sosial, dampak, tingkat kerumitan, kesesuaian tugas, efek jangka panjang, serta kondisi yang memfasilitasi pemanfaatan teknologi informasi. Kesesuaian tugas diinpretasikan sebagai koresponden antara kebutuhan tugas, kemampuan seseorang dan fungsi dari teknologi. Kesesuaian tugas dan teknologi dipengaruhi diantaranya oleh hubungan antara karakteristik individu pemakai, teknologi yang diaplikasikan, dan tugas yang berbasis teknologi.
Ajzein dan Fishbein (1980) <ref>Fishbein, I. A. (1967). Understanding Attitudes and Predicting Social Behaviour. </ref>dalam penelitiannya menemukan adanya perbedaaan yang menonjol antara user yang berpengalaman dengan yang unexperienced dalam mempengaruhi penggunaan yang sebenarnya. Kajian Taylor dan Todd (1995) dalam meneliti pengguna yang berpengalaman, juga menunjukan bahwa ada korelasi yang signifikan antara minat menggunakan suatu teknologi serta perilaku penggunaan (behavioral usage) suatu teknologi yang berpengalaman
Thompson et.al (1991)<ref>[[Thompson, H. a. (n.d.). Personal Computing: Towards a Conceptual Model of Utilization. MIS QUarterly , 125-143</ref> memaparkan bahwa semakin kompleks suatu inovasi, maka akan semakin rendah pula tingkat pengaplikasiannya. Inovasi terhadap sebuah TIK bisa mempengaruhi pemahaman pengguna untuk menggunakan TIK.
TAM dapat kita aplikasikan manakala kita ingin menelaah mengenai proses transisi pembayaran tiket pengguna bus transjakarta dari hard cash dengan menggunakan uang elektronik (e-money). Sejak pertama kali diperkenalkan pengunaannya kepada para pengguna transjakarta pada tahun 2014 <ref>http://news.liputan6.com/read/2059044/sekarang-naik-transjakarta-harus-pakai-tiket-elektronik</ref>
Kemudahan penggunaan (ease of use) adalah kepercayaan seseorang dalam mengaplikasikan suatu teknologi yang bisa dengan mudah digunakan serta dipahami. Kemudahan selanjutnya akan memiliki efek pada perilaku, yaitu semakin menigkat seseorang beranggapan mengenai kemudahan menggunakan sistem, semakin meningkat pula skala pemanfaatan teknologi informasi. Pengguna (''user'') sebuah teknologi memiliki kepercayaan bahwa sistem yang lebih lentur tidak kaku mudah dipahami dan mudah pengaplikasiannya (compartible) adalah sebuah karakter dari kemudahan penggunaan
Keamanan yang dirasakan sehubungan dengan keyakinan bahwa transaksi dapat disimpulkan aman serta, dalam situasi ini, akan lsangat mudah bagi pengguna untuk berpikir bahwasanya menggunakan layanan tersebut akan menguntungkan bagi dirinya.
Kehadiran sistem pembayaran elektronik dengan mengaplikasikan electronic money, banyak manfaat yang dirasakan. Dalam halnya ''e-ticketing'' Transjakarta dan Commuter Line di Jabodetabek, pengguna tidak harus repot-repot untuk mengantre membeli tiket melainkan cukup dengan tap and go saja, sehingga waktu pembayaran menjadi jauh lebih pendek dan efisien.
Pikkarainen dkk. dalam Davis (2004) menjelaskan bahwasanya kenyamanan adalah keadaan dimana seorang individu mengadopsi suatu teknologi dalam melakukan aktivitasnya dan merasa bahwa hal itu memberikan ''benefit'' serta ''effect'' yang baik bagi dirinya. Dalam hal ini, pengguna ''electronic money'' merasa tenang dan leluasa karena bisa melakukan pembayaran dengan ''e-money'' dan tak hanya untuk transportasi semata, melainkan ''e-money'' tersebut bisa digunakan juga untuk transaksi tol, pembayaran parkir, belanja di minimarket serta retail maupun tempat lainnya yang sudah menggunakan ''Electronic Data Capture'' (EDC) guna memproses pembayaran dengan ''e-money.''
Kartu electronic money mulai dilirik untuk menggantikan uang tunai dalam pembayaran- pembayaran tertentu, utamanya pembayaramemiliki efek yang sangat mumpuni terhadap perkembangan dan pertumbuhan ''e-money''
== Referensi ==
{{reflist}}
|