== Karya ==
Van Bekkum ditahbiskan menjadi [[imam]] [[Serikat Sabda Allah]] pada 18 Agustus 1935 dalam usia 25 tahun. Pada tahun 1936, ia menuju Indonesia dengan mengarungi laut selama lima pekan, kemudian tiba di Jakarta. Ia ditugaskan di Ende lalu ditugaskan kembali di Ruteng dan tiba pada tahun 1937. Sampai tahun 1940, ia mengemban tugas sebagai pastor pembantu. Per Maret 1940, ia mendapat tugas baru sebagai inspektur untuk 42 Sekolah Dasar Katolik di seluruh Manggarai. Seiring dengan ilmu etnologi yang telah dipelajarinya, ia berantusias dalam melakukan penelitian adat dan budaya Manggarai. Ia kemudian diinternir oleh tentara Jepang ke Sulawesi. Setelah tahun 1945, ia kembali ke Manggarai dan melanjutkan penelitian selama tiga tahun. Pada Januari 1946, Van Bekkum diangkat dan dilantik menjadi Deken Wilayah Manggarai.<ref name="tony"/>
Pada tahun 1951, ia menjadi Warga Negara Indonesia. Pada 8 Maret 1951, ia ditunjuk menjadi [[Vikaris Apostolik]] pertama Ruteng dengan gelar Uskup Tituler [[Tigias]]. Hal ini bersamaan dengan Vikariat Apostolik Ruteng. Ia kemudian ditahbiskan menjadi Uskup pada [[13 Mei]] [[1951]]. [[Keuskupan Agung Ende|Vikaris Apostolik Emeritus Kepulauan Sunda Kecil]], [[Heinrich Leven]], S.V.D. yang bergelar Uskup Tituler Arca di Armenia menjadi Penahbis Utama, dengan didampingi [[Keuskupan Larantuka|Vikaris Apostolik Larantuka]] bergelar Uskup Tituler Alinda, [[Gabriel Wilhelmus Manek]], S.V.D. dan [[Keuskupan Agung Ende|Vikaris Apostolik Endeh]], [[Antoine Hubert Thijssen]], S.V.D. yang bergelar Uskup Tituler Nilopolis. Selama menjadi Vikaris Apostolik, ia memberi perhatian tentang persoalan pembaharuan liturgi di daerah misi.
Bersama dengan R.P. Leo Perik, S.V.D. dan para misionaris lainnya, ia membidani lahirnya Seminari Pius XII Kisol, yang mulai defenitif dengan aktivitas belajar mengajar pada 8 September 1955.<ref>{{cite web|url=http://www.floresa.co/2015/09/10/hanya-781-persen-alumni-yang-jadi-imam-sanpio-gagal/|title=Hanya 7,81 Persen Alumni yang Jadi Imam: Sanpio Gagal?}}</ref>
Dalam Kongres Internasional tentang Liturgi Pastoral pertama di [[Assisi]], [[Italia]] pada 18–22 September 1956, van Bekkum menyarankan restorasi diakon permanen untuk negara misi, dengan menyatakan juga bahwa hal ini bukan hanya untuk di Ruteng yang dipimpinnya, tetapi juga bagi rekan-rekannya yang sangat banyak jumlahnya.<ref>{{cite paper|title=The Liturgical Revival in the Service of the Missions|last=Van Bekkum|first=Wilhelmus|publisher=Liturgical Press|year=1957}}</ref><ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=KC8FmiU4G40C&pg=PA33&lpg=PA33|last=Keating|first=James|year=2006|title=The deacon reader|publisher=Gracewing Publishing.}}</ref><ref>{{cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=sc69CwAAQBAJ&pg=PA40&lpg=PA40}}</ref> Dalam kesempatan yang sama, ia juga menyatakan suatu argumen persuasif tentang nilai yang diperoleh dengan mengembalikan doa umat dan prosesi persembahan dalam ritus Misa, setidaknya di negara-negara misi.<ref>{{cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=QCO3Oc9C87wC&pg=PA242&lpg=PA242}}</ref> Sebelum Kongres ini, ia menjadi ketua dalam Kongres Persiapan untuk 50 orang misionaris bersama dengan Pater Hofinger S.J. dari Manila, Filipina. Dalam kongres persiapan itu, fokus utama pembahsan adalah masalah pembaharuan dan penyesuaian liturgi di tanah misi, partisipasi umat dalam Ekaristi, dan penggunaan [[bahasa ibu]] dalam pewartaan sabda.<ref name="tony"/>
Ia kemudian menjadi Penahbis Pendamping bagi Mgr. [[Theodorus van den Tillaart]], S.V.D. sebagai Uskup Tituler Mulia ketika diangkat sebagai [[Keuskupan Atambua|Vikaris Apostolik Atambua]] pada 29 Juni 1958.
Ia kembali menjadi penahbis pendamping bagi Mgr. [[Donatus Djagom]], S.V.D. sebagai [[Keuskupan Agung Ende|Uskup Agung Endeh]] pada 11 Juni 1969.
Ia menjabat sampai mengundurkan diri pada tanggal 10 Maret 1972. Kepemimpinan Keuskupan Ruteng dilanjutkan oleh Mgr. [[Vitalis Djebarus]], [[S.V.D.]] yang ditunjuk pada tahun 1973. Setelah Van Bekkum SVD pensiun, ia sempat ke Eropa, dan kembali lagi pada tahun 1978, ia kemudian menangani sebuah anak paroki di Wewo Ponggeok, tahun 1979–1985. Sejak tahun 1986, ia menetap di Sverdi, Ruteng sambil tetap melakukan kunjungan. Ia juga melakukan berbagai studi tentang adat dan budaya Manggarai.<ref name="tony">{{cite web|url=http://tonnyrahu.blogspot.co.id/2016/09/riwayat-hidup-wilhelmus-van-bekkum-svd.html|title=Riwayat hidup Wilhelmus Van Bekkum SVD uskup Ruteng pertama|date=15 September 2016}}</ref>
=====================================================================
Sampai tahun 1940 Beliau tetap mengemban tugas sebagai pastor pembantu dan pada bulan maret 1940 Wilhelmus Van Bekkum mendapat tugas baru sebagai Inspektur untuk 42 Sekolah Dasar Katolik di seluruh Manggarai. Berbekal ilmu etnologi yang di pelajarinya di Belanda beliau sangat antusias melakukan penelitian tentang adat dan budaya Manggarai.
Di tengah kesibukanya melakukan penelitian tentang adat dan budaya Manggarai itu, beliau diinternir oleh tentara Jepang ke daerah Sulawesi bersama beberapa misionaris lainya. Pada bulan September 1945 setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaanya, misionaris mudah wilhelmus Van Bekkum SVD bersama beberapa misionaris lainya kembali ke Manggarai dan melanjutkan penelitianya yang sempat di tinggal selama 3 tahun. Pada bulan januari 1946 pater Wilhelmus Van Bekkum SVD di angkat dan di lantik menjadi Deken wilayah Manggarai. Pada tahun 1951 pater Van Bekkum (begitu sapaan beliau oleh masyarakat Manggarai), menjadi Warga Negara Indonesi dan pada tahun yang sama pula pater Van Bekkum SVD di tunjuk menjadi Vikaris Apostolik Ruteng Manggarai. Saat status Vikariat Apostolik Ruteng ditingkatkan menjadi Keuskupan, Ia ditunjuk menjadi Uskup pertama di Keuskupan Ruteng. Diangkat sebagai Uskup Ruteng pertama: 3 Januari 1961. Peristiwa pengangkatan ini bersamaan dengan peningkatan status Vikariat Apostolik menjadi Keuskupan Ruteng, yang menandai pendirian dan pengakuan Hirarki Gereja Katolik di Indonesia oleh Takhta Suci melalui Konstitusi Apostolik Quod Christus Adorandus yang dipromulgasikan Paus Yohanes XXIII.
Setelah perang dunia kedua (PD II) pater Van Bekkum SVD yang masih mengemban tugas sebagai Vikaris Apostolik Ruteng Manggarai, mulai mengalihkan perhatianya dari persoalan pendidikan (SD) ke persoalan pembaharuan liturgi katolik di daerah misi dan dari daerah misi Manggarai, pater Van Bekkum SVD banyak membahas masalah pembaharuan liturgi gereja katolik dan hal tersebut mendapatkan banyak perhatian dari para peserta kongres besar internasional terutama kongres liturgy di Asisi Roma.
Tanggal 11 juni 1952 pater Van Bekkum SVD mendapatkan kesempatan untuk berlibur cuti ke Eropa dan Amerika, lalu kembali lagi ke Ruteng tanggal 13 juli 1953. Selanjutnya pada bulan april 1956 pater Van Bekkum SVD berkunjung ke Italia dan Amerika dan kembali lagi ke Ruteng tanggal 13 Maret 1957. Masa cuti pertama pater Van Bekkum SVD di manfaatkan untuk menyegarkan pikiran sementara ke Italia bertujuan untuk menghadiri Kongres Pastoral Liturgi Internasional pertama yang berlangsung tanggal 18 sampai dengan 22 september 1956 di Asisi Roma.
Sebelum kongres di mulai terlebi dahulu diadakan kongres persiapan untuk 50 orang misionaris yang datang dari berbagai Benua. Pater Van Bekkum SVD dan pater Hofinger SJ asal Manila, berperan sebagai ketua dalam kongres persiapan itu. Dalam kongres persiapan itu, fokus utama pembahsan mereka adalah masalah pembaharuan dan penyesuaian liturgy di tanah Misi, partisipasi umat dalam Ekaristi dan penggunaan bahasa Ibu atau bahasa daerah setempat dalam pewartaan sabda. Resolusi-resolusi kongres persiapan itu dijadikan materi inti yang akan di sampaikan oleh pater Van Bekkum SVD kepada pembesar Agama dalam kongres resmi.
Ketika kongres resmi berlangsung pater Van Bekkum SVD berkesempatan mebawakan cerama dengan judul “The Liturgical Renewal In The Service of Missions” atau dalam bahasa Indonesia di sebut pembaharuan Liturgi untuk keperluan Misi. Melalui ceramah tersebut, pater Van Bekkum SVD menyampaikan pentingnya menggunakan bahasa ibu atau bahasa setempat dalam pewartaan sabda. Ceramah pater Van Bekkum SVD ini mendapat sambutan hangat dari peserta kongres dari perwakilan seluruh dunia.
Bulan januari 1962 pater Van Bekkum SVD mengambil cuti keberangkatanya kali ini terutama bertujuan untuk mempersiapkan diri untuk mengadiri konsili vatikan II. Pada konsili vatikan ini, Pater Van Bekkum SVD membawakan makalah dengan judul “Adaptasi Liturgi Ke Kebudayaan Indonesia”. Menurutnya perayaan tradisional di Indonesia seperti pesta syukur panen, pesta penghormatan orang mati, dan pesta kebun baru dapat di baptis dan di sucikan oleh gereja. Selain itu, beliau menekankan pada penggunaan bahasa daerah setempat agar umat terlibat secara aktif dalam ibadat Gereja. Menurut pater Van Bekkum SVD konsep-konsep Revelasi dan inkarnasi harus diterjemahkan secara baru sesuai dengan tuntutan Zaman dan kebutuhan manusia serta kebudayaan. Untuk maksud dan cita-cita ini, pater Van Bekkum SVD telah mempertarukan kemampuan ilmiahnya dan keyakinan imanya selama konsili vatikan II dengan memberikan kesaksian nyata berupa hasil dialog imanya dengan orang dan budaya masyarakat Manggarai., serta analisis teologis, filosofis dan etnografinya tentang percobaan pembaharuanya yang panjang.
Selama tahun-tahun berlangsungnya konsili Vatikan II, pater Van Bekkum SVD bolak balik Roma –indonesia untuk mempersiapkan segala hal yang diperlukan untuk konsili Vatikan II. Walau demikian, kontak dengan umat katolik Manggarai tetap diperhatikanya lewat surat. Secara khusus surat kepada Majelis Gereja, Guru Gama (guru agama) dan para guru di sekolah. Surat-surat itu selalu berjudul “di perjalanan” melalui surat – surat tersebut pater Van Bekkum SVD selalu memberi peneguhan untuk umat di Manggarai agar tetap teguh dalam iman dan membangun hubungan damai dengan penganut agama lain.
Sekembalinya dari sidang konsili Vatikan II, Pater Van Bekkum SVD dengan penuh semangat meningkatkan pengintegrasian budaya asli Manggarai kedalam Liturgi Gereja Katolik. Tahun 1972 uskup Wilhelmus Van Bekkum SVD di pensiundinikan dari tugasnya sebagai uskup Ruteng ketika itu uskup Wilhelmus Van Bekkum SVD berusia 62 tahun. Setelah uskup Wilhelmus Van Bekkum SVD melepas tugas mulia itu, uskup Wilhelmus Van Bekkum SVD sempat ke Eropa sekembalinya dari Eropa 1978, pada tahun 1979-1985, uskup Wilhelmus Van Bekkum SVD menangani sebuah anak paroki di wewo ponggeok (sekarang kec satar mese) .
Karena usianya yang semakin tua dan daya tahan tubuhnya semakin melemah, sejak tahun 1986 uskup Wilhelmus Van Bekkum SVD menetap di Sverdi Ruteng. Namun dalam usia senjanya itu uskup Wilhelmus Van Bekkum SVD tetap mengadakan kunjungan ke Wangkung, Ngkor dan Cancar. Selain itu uskup Wilhelmus Van Bekkum SVD tetap melakukan studi-studi mendalam tentang adat dan budaya Manggarai yang sudah mendara daging dalam dirinya. Hal ini dilakukanya hingga akhir hayatnya. uskup Wilhelmus Van Bekkum SVD wafat di rumah sakit cancar pada 11 Februari 1998 dan di kuburkan di depan gereja katedral baru Ruteng Manggarai. Terima kasih uskup Wilhelmus Van Bekkum SVD terima kasih pater Van Bekkum atas kerja kerasnya mengintegrasikan budaya Manggarai ke dalam Liturgi gereja katolik. Terima kasih juga atas usahanya dalam merintis Buku Dere Serani yang hingga saat ini kami kumandangkan di gereja-gerja. Maafkan kami anak-anak mu yang tak bisa mengargai usaha dan kerja keras mu dalam menjaga dan melestarikan nyanyian Dere serani.
Di kutip dari buku sumber: Uskup Wilhelmus Van Bekkum Dan Dere Serani karya Bonefasius Jehandut
== Meninggal dunia ==
|