Rawabogo, Ciwidey, Bandung: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Hapus visi-misi per WP:NOVISIMISI
k clean up, replaced: karir → karier (6) using AWB
Baris 77:
Tanggara: Batu menyerupai gua yang gelap. Lokasinya sendiri terletak di bagian bawah dan tertutup pohon rimbun. Lokasi ini menyebabkan batu ini tidak banyak terkena sinar matahari, atau gelap. Kegelapan inilah yang kemudian menjadi nama, atau peteng.
Ungkara: Batu Gedong Peteng.
Uga: Batu ini merupakan simbol untuk diri yang masih gelap (peteng) dan ingin mendapatkan penerangan atau petunjuk untuk menapaki hidup berdasarkan karirkarier yang diinginkan.
Setiap orang harus menentukan karirkarier dalam bentuk pekerjaan yang sesuai dengan dirinya. Karier akan membawa orang merealisasi tujuan (visi) dan keinginan (misi) pribadi. Ini penting agar seseorang yang baru saja menyelesaikan tahap pendidikan dapat terus mengembangkan ilmu, watak, karakter dan perilaku. Proses pemanusiaan masih terus terjadi.
 
''' # Karaton '''
Tanggara: Karaton atau Istana
Ungkara: Batu Karaton.
Uga: Istana menyimbolkan kedudukan, dan kewibawaan seseorang berdasarkan tugas yang diembannya. Jika seseorang bekerja berdasarkan karirkarier yang dipilihnya, ia akan mengalami promosi atau kenaikan tingkat keahlian. Seseorang juga dapat mendapatkan kedudukan berdasarkan pilihan bersama siapa ia akan menjalani hidupnya, yakni membentuk keluarga.
Kedudukan berdasarkan karirkarier atau kenaikan tingkat keahlian ditentukan berdasarkan baik pewujudan ilmu dan keahlian maupun watak, karakter dan perilaku. Entah ia berkerja mandiri atau bekerja di bawah pimpinan orang lain, entah sebagai pekerja atau sebagai pemimpin pekerjaan sehari-hari akan mengasah ilmu, keahlian dan perilaku. Berdasarkan kedudukan ini setiap orang memiliki tugas masing-masing. Demikian juga berlaku untuk kedudukan dalam keluarga. Entah bapak entah ibu memiliki tugas yang sejajar dalam keluarga.
 
''' # Kutarungu '''
Baris 90:
Ungkara: Batu Kutarungu. Nama Kutarungu mengacu pada tempat (kuta) dan pendengaran (rungu). Juru kunci menghubungkannya dengan telinga tubuh dan telinga batin.
Uga: Batu ini menyimbolkan sikap hati yang teguh seperti digambarkan oleh Batu yang menjulang tinggi. Sikap hati yang teguh akan mendengarkan suara hatinya, dan tidak mendengarkan suara-suara yang dapat membelokkan jalan yang ditempuh untuk mewujudkan visi dan misi pribadi.
Kearifan Sunda menekankan pentingnya mengenali kemampuan pancaindra bagi kehidupan. Salah satu yang penting ialah telinga. Batu bagi pendengaran ini bermakna kemampuan bertindak sesuai dengan suara hati. Suara hati atau pusat diri menuntun seseorang untuk teguh pada pendirian berdasarkan prinsip. Seseorang yang telah menjalankan karirkarier sesuai dengan tugas dan kedudukannya diandaikan memiliki prinsip yang teguh, atau teguh pada kebenaran yang diyakininya Ia tidak mudah dihanyutkan oleh suara-suara (pendapat, gosip, isu, fitnah, kabar-kabar lainnya) yang dapat membelokkannya dari jalan menuju visi dan misi. Jika seseorang berpegang pada suara hatinya (prinsip dan keutamaan hidup), dia dapat membedakan mana kecenderungan konstruktif (kebaikan), mana yang destruktif (kejahatan).
Seseorang diharapkan mampu mengolah informasi yang didengarnya (diterimanya) sebelum bereaksi. Dengan kata lain, seseorang diajak untuk bertindak bijak, menghindari sikap ceroboh dan sembrono, asal memberikan tanggapan, dan mengikuti kecenderungan jahat dalam dirinya.
 
Baris 104:
Uga: Batu ini menyimbolkan sikap menjunjung tanah air atau bela bangsa. Kesadaran bahwa pemilik kehidupan bukanlah diri pribadi, tetapi Yang Kuasa berkonsekuensi kesadaran untuk menjunjung tanah air dan membela bangsa (membela bumi). Tanah air dan bangsa meliputi semesta berikut benda dan mahluk yang mengisinya. Artinya, seseorang mempunyai tugas untuk membaktikan keberhasilannya untuk segenap mahluk dan semestanya.
Membela bangsa sama saja artinya dengan membela diri sendiri. Maksudnya memelihara dan menjaga tubuh sebagai “bumi” bagi pikiran dan rasa. Menata tubuh berimplikasi pada penataan pikiran dan rasa juga. Tujuan penataan ini ialah menjadikan tubuh, pikiran dan rasa mediasi untuk memancarkan kekuasaan Yang Maha Kuasa dalam merawat dan menata Semesta.
Membela bangsa dan tubuh disebut amal ibadah manusia kepada Tuhan dan Semesta. Prinsip-prinsip hidup, keutamaan yang telah dihayati bersama dengan tugas–melalui karirkarier atau pekerjaannya — ditujukan untuk menata, memelihara dan mengembangkan setiap jenis kehidupan. Di sinilah prinsip silih asih dan silih asuh hendak diwujudkan di tengah-tengah semesta beserta isinya.
[[Berkas:RITUAL GUNUNG PADANG.jpg|jmpl]]
''' # Korsi Gading '''
Baris 159:
# Buncis
[[Berkas:Alam Rawa Bogo.jpg|jmpl]]
 
 
=== POTENSI PERTENAKAN ===
Baris 181 ⟶ 180:
# Situs Gunung Padang
# Soloka Kabayan
 
 
=== GAllery ===
 
[[Berkas:Puskemsas Raaabogo.jpg]]
 
 
[[Berkas:Alam Rawabogo 999.jpg]]
 
 
[[Berkas:Images 7678.jpg]]
 
{{Ciwidey, Bandung}}
 
 
 
 
{{Ciwidey, Bandung}}
 
{{kelurahan-stub}}