Maulana Rahmat Ali: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k Referensi: minor cosmetic change
k Robot: Perubahan kosmetika
Baris 4:
 
== Riwayat hidup singkat ==
Maulana Rahmat Ali dilahirkan pada tahun [[1893]]. Setelah lulus sebagai salah satu pelajar generasi pertama dari Madrasah Ahmadiyah di Qadian pada tahun 1917, ia kemudian menjadi menjadi guru [[Bahasa Arab]] dan Agama pada Ta'limul Islam High School (setingkat SMA) di Qadian. Pada tahun [[1924]], ia kemudian dipindahkan ke Departemen Pertabligan (Nazarat Da'wat-o-Tabligh). Lalu sejak bulan Juli 1925, ia dikirim ke Indonesia untuk menjadi mubalig, hingga kembalinya ke Rabwah, Pakistan pada Mei 1950. Dari bulan Juli 1925 sampai April 1950 bertugas sebagai mubaligh di Indonesia. Setelah itu, ia masih ditugaskan sebagai mubalig selama beberapa tahun di [[Pakistan Timur]] (Kini [[Pakistan]]). Pada tanggal [[31 Agustus]] [[1958]], ia wafat di Rabwah dan dimakamkan di [[Bahisyti Maqbarah]].<ref>Bunga Rampai Sejarah Jemaat Ahmadiyah Indonesia (1925-2000), h.19</ref>
 
== Masa bertugas di Indonesia ==
=== Tiba di Tapaktuan ===
Atas undangan pelajar-pelajar Indonesia yang sedang belajar di Qadian,<ref>http://www.alislam.org/indonesia/75thJAI.html</ref> tepatnya pada tanggal [[2 Oktober]] [[1925]], ia tiba pertama kali di [[Tapaktuan]], [[Aceh]], setelah sebelumnya ditahan di [[Sabang]], [[Aceh]], karena polisi mengira buku-buku agama berbahasa arab dan [[Bahasa Urdu|urdu]] yang ia bawa adalah buku doktrin [[komunisme]].<ref>Suvenir Peringatan Seabad Gerhana Bulan & Gerhana Matahari (1894-1994), hal. 63, 1994, Jemaat Ahmadiyah Indonesia</ref> Di latar belakangi kepercayaan akan datangnya [[Imam Mahdi]], dan surat yang sering dikirimkan para pelajar Indonesia di Qadian agar apabila utusan pertama dari Imam Mahdi datang supaya diterima baik-baik, tibanya Maulana Rahmat Ali rahmatullah. di pantai Tapaktuan disambut oleh ratusan penduduk yang menunggu kedatangan utusan Imam Mahdi. Di antara mereka ada yang menerima dan masuk menjadi pengikut Ahmadiyah. Selaku juru bahasa dalam bahasa Arab pada waktu itu adalah seorang pemuda bernama [[Maulana Abdul Wahid|Abdul Wahid]], yang kemudian hari pemuda tersebut belajar ke Qadian dan mewakafkan hidupnya menjadi Muballigh Ahmadiyah.<ref>Bunga Rampai Sejarah Jemaat Ahmadiyah Indonesia (1925-2000), h.21</ref>
 
Baris 13:
Tidak lama kemudian Maulana Rahmat Ali berangkat menuju [[Kota Padang|Padang]]. Di Padang, ia tidak tinggal diam bertabligh kemana-mana menyampaikan Ahmadiyah sampai ke daerah-daerah [[Kota Bukittinggi|Bukitinggi]], [[Padang Panjang]] dan [[Payakumbuh]] yang berakibat dakwahnya selain mendapat reaksi penentangan, juga simpati. Dari situ kaum intelektual, ulama Islam dan tokoh-tokoh masyarakat sepakat mendirikan sebuah komite yang bernama "KOMITE PENCAHARI HAQ" yang dipimpin oleh seorang tokoh masyarakat bernama Tahar Sutan Marajo. Tujuan komite ini adalah untuk mempertemukan Muballigh Ahmadiyah Maulana Rahmat Ali dengan [[Ulama]] [[Minangkabau]]. Pada awal tahun [[1926]] Komite tersebut telah berusaha mengundang para alim ulama Minangkabau dan Muballigh Ahmadiyah, bertempat di Pasar Gadang, pada sebuah gedung pertemuan milik Bagindo Zakaria. Pada waktu yang sudah ditentukan untuk mengadakan perdebatan antara Muballigh Ahmadiyah dan para alim ulama Minangkabau itu ternyata yang disebut belakangan tidak muncul dan hanya diwakili oleh murid-murid mereka saja. Setelah peristiwa di Pasar Gadang tersebut, "KOMITE PENCAHARI HAQ" dengan serta merta membubarkan diri dan bersamaan dengan peristiwa tersebut berdirinya Ahmadiyah sebagai suatu jemaat atau [[organisasi]] di Padang, dengan beranggotakan seluruh anggota Komite dan simpatisan lainnya sebanyak 15 orang termasuk antara lain Muhammad Tahar Sutan Marajo, Daud gelar Bangso Dirajo dan juga Bagindo Zakaria seorang pengusaha terkemuka di Padang asal Pariaman.<ref>Subjek "Mengundang Ahmadiyah ke Indonesia - Ahmadiyah di Tanah Minangkabau, Diskusi Sdr.Nadri Saaduddin http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/1997/09/23/0069.html</ref>
 
=== Tiba di Pulau Jawa ===
Pada tahun [[1931]] Maulana Rahmat Ali berangkat menuju [[Jakarta]] atau [[Batavia]] waktu itu. Melalui diskusi-diskusi perorangan yang ingin mengetahui tentang Ahmadiyah maupun diskusi secara terbuka, dakwah Ahmadiyah di tanah jawa mendapat perhatian yg luar biasa. Perdebatan-perdebatan resmi terjadi antara Ahmadiyah, Ulama Islam, [[Pendeta]] di [[Jakarta]], [[Bogor]], [[Bandung]], sampai [[Garut]].
 
Baris 29:
 
{{lifetime|1893|1958|}}
 
[[Kategori:Ahmadiyah]]