Kerajaan Muna: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Robot: Perubahan kosmetika |
|||
Baris 112:
== Daftar Raja-Raja Muna ==
# [[La Eli]] alias Baidhuldhamani Gelar Bheteno Ne Tombula,alias Remang Rilangiq (Menjadi Raja Luwuk Purba sebagai
# La Patola/ La Aka / Kaghua Bangkano Fotu Gelar [[Sugi Patola]] ( 1395 – 1420).
# La Mbona Gelar [[Sugi Ambon]]a ( 1420 – 1455)
Baris 118:
# Sugi La Ende (1470-1501)
# [[Sugi Manuru]] gelar Omputo Mepasokino Adhati( 1501-1517)
# [[Lakilaponto]] Alias Murhum di Buton atau La Tolalaka (Raja Tolaki) di Kendari ( 1517 -1520), Menjadi Sultan Buton I dengan nama Sultan Kaimuddin Khalifatul Khamis (1520-1564)
# [[La Posasu]] gelar Kobangkuduno ( 1520-1551).
# Rampeisomba gelar Karawawono ( 1551-1600).
Baris 125:
# [[La Ode Ngkadiri]] gelar Sangia Kaindea ( 1626-1667)
# [[Wa Ode Wakelu]] ( 1667-1668).
# La Ode Muh. Idris. (
# La Ode Abd. Rahman gelar Sangia Latugho ( 1671-1716 )
# [[La Ode Husaini]] gelar Omputo Sangia ( 1716-1758, 1764-1767)
# La Ode Pontimasa Kapitalao
# La Ode
# La Ode Umara gelar Omputo Nigege
# La Ode Mursali gelar Sangia Gola
# La Ode Tumowu Kapitalao Lakologou di Buton (
# La Ode Ngkumabusi (
# La Ode Sumaeli gelar Omputo Nisombo
# [[La Ode Saete]] gelar Omputo Sorano Masigi ( 1816-1830 )
# La Ode Malei (
# [[La Ode Bulae]] gelar Sangia Laghada (1830-1861 )
# La Ode Ali gelar Sangia Rahia (
# La Aka Alias Yaro Kapala (Bhonto Balano / Perdana Mentri Merangkap Raja Wuna 1864-1866)
# La Ode Ngkaili ( 1866-1906)
Baris 150:
== Sejarah Perjuangan Menentang Penjajahan ==
Kerajaan Muna melakukan konfrontasi dengan Penjajah di mulai dengan keterlibatan Lakilaponto Raja Muna ke VII (1517-1520) menumpas Armada bajak laut Banggai Labolontio yang selalu menggangu keamanan kerajaan-kerajaan tetangga disekitarnya. selain itu, Lakilaponto juga Setelah Bertahta di Buton tahun (1520-1564) dan Mememeluk Islam yang dibawah oleh Syeid Abdul wahid dari Mekah ( Daulah Turky Usmani), dia berperan aktif menghalau Portugis di Tenggara Sulawesi, Banggai, selayar, Maluku, dan Solor NTT, sehingga Penjajahan Portugis tidak terlihat di Tenggara Sulawesi . Pada Masa Raja Wuna ke X La Titakono (1600-625) Kerajaan Muna menolak Campur tangan VOC di Buton karena dapat mengancam keutuhan dan persatuan Kesultanan Butuni Darusalam setalah mengetahui gelagat kurang baik VOC di Buton. Namun pada akhirnya Sultan Buton tetap melakukan perjanjian Abadi tersebut pada tahun 1613 di bawah pimpinan Sultan Dayanu Iksanudin alias Laelangi. Dampak dari perjajian tersebut merenggangkan hubungan persaudaraan yang telah dibina oleh para pendahulu kedua kerajaan ini. Efek domino dari kerja sama tersebut Menimbulkan peperangan antara Muna dan Buton di Bawah pimpinan Raja Muna XII Sangia Kaendea (1626-1667). Mula-mula Kerajaan Muna memenangi Peperanga tersebut, namun setelah Buton mendapat bantuan dari VOC maka pasukan kerajaan Muna harus mundur. Selang beberapa waktu pasukan
== Urutan Formasi Sarano Wuna(Pasangkululi) ==
Baris 266:
Perekonomian Kerajaan Muna didominasi oleh sektor [[pertanian]] tradisional, [[perikanan]] dan juga [[perdagangan]]. Sektor pertanian mendominasi mulai dari wilayah utara Kerajaan Muna hingga perbatasan dengan Kesultanan Buton di wilayah selatan Kerajaan ini dan merupakan mata pencaharian mayoritas penduduk Kerajaan Muna. Sektor perikanan terdapat di wilayah pesisir seperti Loghia, Lahontohe, Wasolangka dan Tobea. Sedangkan sektor perdagangan dapat dijumpai di wilayah yang menjadi pelabuhan utama Kerajaan Muna yakni Lahontohe, Wasolangka dan Loghia.
Setiap tahun pada bulan Maulud, setiap ghoera (Semacam Provinsi) harus menghasilkan suatu pajak sebesar 40 bhoka= Rp 96. Jadi jumlahnya 160 bhoka = Rp 384. Jumlah uang ini harus dihasilkan oleh semua orang maradika dan wesembali, jadi hanya orang yang tinggal di luar Kota Muna. Golongan La Ode dan Walaka dalam hal ini dibebaskan. Pajak ini, yang dinamakan wulusau, dapat berupa uang atau barang, seperti beras, kain putih, sarung dan seterusnya. Pajak ini dibayarkan pada bhonto bhalano, yang harus membaginya pula dengan Raja Muna, mintarano bhitara, kedua kapitalao, keempat ghoerano serta semua kino dan mino. Cara membaginya sama dengan yang berlaku pada wawontobho. Selanjutnya, pada zaman dahulu di ghoera Kabawo pada setiap bulan puasa dibayar pajak gula yang dibuat dalam sebelumnya. Bila orang membuat gula, maka di dalam hutan dibuat sebuah pondok kecil pada tempat bekerja, bhantea namanya. Pada setiap bhantea bekerja 10 sampai 30 orang. Pajak setiap bhantea adalah 300 potong gula yang dihasilkan oleh para maradika dan wesembali. Penghasilan total pajak gula ini dibagi dalam tiga bagian, yaitu satu bagian untuk Raja Muna, satu bagian untuk
== Galery ==
|