Lakilaponto: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 52:
Ia selanjutnya menuju Buton karena mendengar kerajaan Buton sedang diserang oleh [[La Bolontio]] (Kapitan dari [[Banggai]], sebuah kabupaten kepulauan di [[Sulawesi Tengah]] sekarang). Dari sumber sejarah [[Kabupaten Kepulauan Selayar|Selayar]] diketahui bahwa kedatangan Lakilaponto ke Buton atas permintaan Raja Mulae ([[Raja Buton V]]); dan selain La Kilaponto, turut pula membantu Opu Manjawari (Raja Selayar). Cerita rakyat menyebutkan bahwa [[La Bolontio]] hanya memiliki satu mata. Dalam sebuah pertarungan terbuka, La Kilaponto sempat terdesak dan jatuh ke tanah berpasir (diduga pertarungan itu dilakukan di pantai). Dalam situasi itu Lakilaponto kemudian menendang pasir langsung mengenai mata La Bolontio dan situasi kemudian berbalik, La Kilaponto akhirnya menguasai pertarungan dan berhasil membunuh La Bolontio. Karena keberhasilannya itu, Lakilaponto kemudian dinobatkan sebagai Raja [[Buton]] VI.
 
Di kemudian hari La Kilaponto kemudian menobatkan dirinya sebagai Sultan [[Buton]] I dengan gelar Sultan Muhammad Isa Kaimuddin Khalifatl Khamis atau lebih dikenal dengan Sultan [[Murhum]] dan mengubah bentuk pemerintahan Buton menjadi Kesultanan setelah ia memeluk agama [[Islam]]. Sejak itu Islam berkembang pesat di [[Buton]]. Nama [[Halu Oleo]] diabadikan oleh masyarkat [[Sulawesi Tenggara]] menjadi nama sebuah universitas negeri terbesar di daerah itu: [[Universitas Halu Oleo]] dan bandar udara di Kendari [[Bandar Udara Haluoleo]]. Kata “Haluoleo” diambil dari namaperistiwa salahperang seorangdelapan rajahari pada8 Kerajaanantara Konawekerajaan konawe dan mekongga yang hidupkemudian sekitardi abaddamaikan tujuholeh belasLa Kilaponto karena setelah menjadi sultan Buton beliau juga menjadi Raja di Kerajaan Konawe. HaluoleoLakilaponto selain dikenal sebagai pemimpin yang bijak, diyakini pula sebagai ksatria yang tak kenal menyerah dan gigih membela tumpah darahnya. Secara harfiah Haluoleo berarti delapan hari dalam [[bahasa Tolaki]] atau Alu gholeo dalam bahasa Muna – bahasa penduduk asli Kerajaan Konawe yang mendiami Kendari.
 
=== Silsilah Lakilaponto ===
Lakilaponto adalah Raja Muna VII, putra Raja Muna VI [[Sugi Manuru]] dengan pasangannya [[Wa Tubapala]], dan merupakan cucuketurunan dari Sugipara sugi. Sebagai anak sulungyang tercerdas dan berwibawa dari seorang raja dengan sistem Monarki Absolutisme, sudah jelas bahwa Lakilapontolah yang menjadi putera mahkota untuk kelak menggantikan Sugi Manuru sebagai Raja Muna.
=== '''Sepak Terjang Lakilaponto''' ===
Saat menjadi Raja Muna, laki la ponto dikenal sebagai raja masyhur penuh kharisma, seorang pendekar, sang jenderal, berjiwa pejuang, bahkan terbilang cerdas dibidang ketatanegaraan. Kehebatannya dibidang pemerintahan juga dibuktikan dengan kemampuannya menyatukan beberapa kerajaan di [[Sulawesi Tenggara]], yang sebelumnya saling berseteru. Laki la ponto pun memiliki pertalian yang longgar menurut keturunan maupun perkawinan. Sehingga namanya terlukis indai di semua lembaran sejarah kerajaan-kerajaan di Sulawesi Tenggara, seperti di Kerajaan Muna, Kerajaan Buton (Wolio), Kerajaan Konawe, dan di Kerajaan Moronene.