Tentara Nasional Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Clean up, replaced: azas → asas using AWB
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 58:
Sebelum [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia]], otoritas militer di [[Hindia Belanda]] diselenggarakan oleh ([[KNIL]]). Meskipun KNIL tidak langsung bertanggung jawab atas pembentukan angkatan bersenjata Indonesia pada masa depan, (sebaliknya berperan sebagai musuh selama [[Perang Kemerdekaan Indonesia|Revolusi Nasional Indonesia 1945-1949]]), KNIL juga telah memberikan andil berupa pelatihan militer dan infrastruktur untuk beberapa perwira TNI pada masa depan. Ada pusat-pusat pelatihan militer, sekolah militer dan akademi militer di Hindia Belanda. Di samping merekrut relawan [[Belanda]] dan [[tentara bayaran]] [[Eropa]], KNIL juga merekrut orang-orang [[pribumi]] Indonesia.
 
Pada tahun 1940 saat Belanda di bawah pendudukan [[Jerman]], dan [[Jepang]] mulai mengancam akses pasokan [[minyak bumi]] ke Hindia Belanda, Belanda akhirnya membuka kesempatan penduduk pribumi di [[Pulau Jawa]] untuk masuk sebagai anggota KNIL. Beberapa prajurit pribumi yang mendapat pendidikan militer KNIL dimasa depan menjadi perwira penting TNI, di antaranya adalah [[Suharto]] dan [[Abdul Haris Nasution|AH Nasution]].
 
Selama [[Perang Dunia Kedua]] dan pendudukan Jepang di Indonesia perjuangan rakyat Indonesia untuk memperoleh kemerdekaan mulai memuncak. Untuk mendapatkan dukungan dari rakyat Indonesia dalam perang melawan [[Pasukan Sekutu|pasukan sekutu]], Jepang mulai mendorong dan mendukung gerakan nasionalis Indonesia dengan menyediakan pelatihan militer dan senjata bagi pemuda Indonesia. Pada tanggal 3 Oktober 1943, militer Jepang membentuk tentara relawan Indonesia yang disebut PETA ([[Pembela Tanah Air]]). Jepang membentuk PETA dengan maksud untuk membantu pasukan mereka menentang kemungkinan invasi oleh Sekutu ke wilayah [[Asia tenggara]].