Mantilla: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Rachmat-bot (bicara | kontrib)
k clean up, replaced: diantara → di antara, diatas → di atas, added deadend tag
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 1:
YERUSALEM YANG TERKELUHKAN
{{Dead end|date=Januari 2016}}
Layak dan pantas jika Tuhan Yesus mengeluhkan Yerusalem. Bagaimana tidak? Penduduknya yang sangat dicintai-Nya. Yesus banyak berkarya menyembuhkan orang-orangnya yang menderita. Orang-orangnya yang kerasukan roh jahat disembuhkan dari kerasukannya. Namun apa balasannya kepada-Nya? Dia diusir dari kora itu! Bahkan nabi-nabi juga dibunuh di kota itu! (Baca: Luk. 13:31-35). Itulah manusia. Sering tak tahu diri, juga tak tahu diuntung. Ditulung malah menthung, dibantu malah memalu! Huuuhh! Benar, bahwa manusia bisa menjadi sangat kejam dan jahat kepada sesamanya, bahkan yang pernah berbaik pada dirinya! Yaitu saat manusia dipenuhi oleh kebencian. Kebencian membuat manusia buta untuk melihat kasih Tuhan. Kebencian menyebabkan manusia menutup mata atas kebaikan-kebaikan yang telah diterimanya dari sesamanya. Kebencian menjadikan segala sesuatu yang dilihat tampak negatif. Inilah yang dialami Tuhan Yesus dengan penduduk kota Yerusalem pada waktu itu. Tugas kita sekarang sebagai murid-murid Yesus adalah melawan kebencian dan kejahatan dengan kebaikan dan kasih. Kebaikan dan kasih sejati mampu membalikkan keadaan yang tampak negatif menjadi positif. Semoga dengan kasih kita “sing gething dadi nyandhing, sing sengit dadi ndulit,” artinya, yang semula tak sudi berubah menjadi selalu rindu bertemu, yang benci berubah menjadi mencintai, yang sudah mencintai menjadi semakin lengket lagi. Hehehe. Tuhan, lipat gandakanlah kasih dan kebaikan pada diriku.
 
'''Mantilla''' adalah tudung atau kerudung berupa kain renda atau sutra atau selendang yang biasa dikenakan di atas kepala hingga bahu yang biasa dipakai perempuan Katolik saat perayaan Ekaristi atau upacara liturgi lain. Pemakaian Mantilla diasosiasikan sebagai paktik keagamaan yang saleh di antara perempuan Gereja Katolik.
 
Umat yang masih memegang tradisi penggunaan mantilla memiliki alasan berdasar surat Rasul Paulus kepada umat di Korintus, terutama 1 Kor 11: 4-10 yang mengajarkan bahwa dalam hal berdoa, dalam upacara liturgi, hendaknya berpakaian sesuai dengan budaya yang baik, yang berlaku pada masa itu, di mana perempuan hendaknya menggunakan tudung kepala sebagai tanda ketaatan kepada Sang Kepala, yakni Kristus. Budaya pemakaian tudung bagi perempuan pada masa itu juga merupakan simbol ketaatan kepada suami atau dan ayah, sebagai kepala keluarga.
 
Surat Rasul Paulus kepada umat di Korintus (1 Kor 11:2-16) ini dilatar belakangi pertikaian umat di Korintus tentang pakaian dalam upacara liturgi. Rasul Paulus mengkritik pertengkaran itu dengan nasihat yang mendasarkan kepada budaya setempat, yaitu kebiasaan menggunakan tudung bagi perempuan. Atas dasar itu, Gereja melalui Kitab Hukum Kanonik 1262 menyatakan bahwa perempuan wajib memakai mantilla dalam upacara liturgi sebagai suatu tradisi. Tradisi ini berlangsung cukup lama.
 
Namun setelah Konsili Vatikan II, Kongregasi Ajaran Iman menyatakan bahwa tradisi pemakaian kerudung bagi perempuan dalam upacara liturgi tidak lagi diwajibkan. Ketentuan tentang kewajiban memakai mantilla pun ditiadakan dalam Kitab Hukum Kanonik. Meski jelas tidak ada kewajiban kanonik bagi para perempuan mengenakan penutup kepala, namun mereka tetap bebas untuk memakai atau tidak memakai penutup kepala saat upacara liturgi. Penutup kepala bagi perempuan ini merupakan ungkapan iman atau devosi pribadi.
 
== Referensi ==