Kelumpuhan tidur: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Robot: Perubahan kosmetika |
k clean up, replaced: malfungsi → malafungsi using AWB |
||
Baris 5:
Kelumpuhan tidur terjadi dalam keadaan si penderita sedang setengah tidur, sedang tertidur lelap, ataupun dalam keadaan terjaga sewaktu mengalami kelumpuhan tidur. Kondisi ini umumnya terjadi bila si penderita tidur menelentang atau menghadap ke atas, yang ditandai dengan merasa sesak napas seperti dicekik, dada sesak, badan tidak bisa bergerak dan sulit bersuara.
Kelumpuhan tidur diyakini terjadi akibat terganggunya fase [[tidur REM]], yang menyebabkan terjadinya atonia otot lengkap yang mencegah seseorang untuk bertindak di luar [[mimpi]] mereka. Kelumpuhan tidur telah dikaitkan dengan gangguan lainnya seperti [[narkolepsi]], [[migrain]], [[gangguan kecemasan]], dan [[apnea tidur obstruktif]].<ref name=Ohayon>{{cite journal |last=Ohayon |first=M. |last2=Zulley|first2=J. |last3=Guilleminault|first3=C. |last4=Smirne|first4=S. |title=Prevalence and pathologic associations of sleep paralysis in the general population |journal=Neurology |year=1999 |volume=52 |pages=1194–2000}}</ref><ref name=Terrillon>{{cite journal |last=Terrillon |first=J. |last2=Marques-Bonham|first2=S. |title=Does Recurrent Isolated Sleep Paralysis Involve More Than Cognitive Neurosciences? |journal=Journal of Scientific Exploration |year=2001 |volume=15 |pages=97–123}}</ref>
== Klasifikasi ==
Baris 16:
== Tanda dan gejala ==
[[Patofisiologi]] kelumpuhan tidur belum diidentifikasi secara konkret, namun ada beberapa teori mengenai apa yang menyebabkan seseorang bisa mengalami kelumpuhan tidur. Yang pertama berasal dari pemahaman bahwa kelumpuhan tidur adalah [[parasomnia]] yang disebabkan oleh tidak sejalannya fase [[Rapid eye movement|REM]] dan bangun tidur, dengan kata lain, otak masih dalam kondisi tidur tapi tubuh ingin bangun, sehingga tubuh tidak bisa digerakkan.<ref name=Goldstein>{{cite journal |last=Goldstein |first=K. |title=Parasomnias|journal=Dis Mon|year=2011|volume=57 |pages=364–88}}</ref> Studi polisomnografi menemukan bahwa seseorang yang mengalami kelumpuhan tidur memiliki masa tidur REM yang lebih pendek dari biasanya.<ref name=Walther>{{cite journal |last=Walther |first=B. |last2=Schulz|first2=H. |title=Recurrent isolated sleep paralysis: Polysomnographic and clinical findings |journal=Somnologie - Schlafforschung und Schlafmedizin|year=2004 |volume=8 |pages=53–60}}</ref> Studi ini juga menyatakan bahwa tidak teraturnya pola tidur dapat memicu terjadinya kelumpuhan tidur, karena
Selain itu, penelitian lainnya menemukan bahwa kurang tidur juga bisa menyebabkan terjadinya kelumpuhan tidur. Berdasarkan gelombang otak, tidur terbagi dalam 4 tahapan. Tahapan itu adalah tahap tidur paling ringan (masih setengah sadar), tahap tidur yang lebih dalam, tidur paling dalam dan tahap REM. Pada tahap REM inilah mimpi terjadi. Saat kondisi tubuh terlalu lelah atau kurang tidur, gelombang [[otak]] tidak mengikuti tahapan tidur yang seharusnya; dari keadaan sadar ke tahap tidur paling ringan, kemudian langsung melompat ke tahap REM. Oleh sebab itu, ketika otak tiba-tiba terbangun dari tahap REM tapi tubuh belum, di sinilah kelumpuhan tidur terjadi. Individu merasa sangat sadar, tapi tubuh tak bisa bergerak. Ditambah lagi dengan adanya halusinasi munculnya sosok lain yang sebenarnya merupakan karakteristik dari [[mimpi]].<ref name=Cheyneninenine>{{cite journal |last=Cheyne|first=J. |last2=Rueffer|first2=S. |last3=Newby-Clark|first3=I. |title=Hypnagogic and Hypnopompic Hallucinations during Sleep Paralysis: Neurological and Cultural Construction of the Night-Mare|journal=Consciousness and Cognition |year=1999 |volume=8 |pages=319–337}}</ref>
Kelumpuhan tidur sering diiringi oleh halusinasi seram ([[hipnopompik]] atau [[hipnagogik]]) dan perasaan takut yang teramat sangat.<ref name="Hersen, Turner 2007 p. 380">Hersen, Turner & Beidel. (2007) Adult Psychopathology and Diagnosis. p. 380</ref> Ketakutan penderita terhadap kelumpuhan tidur terutama berasal dari jelasnya halusinasi yang dialaminya. Elemen halusinasi saat mengalami kelumpuhan tidur membuat seseorang cenderung menafsirkan pengalaman tersebut sebagai mimpi, karena objek-objek yang tidak masuk akal mungkin muncul di dalam kamar dalam pandangan mata kasar seseorang.<ref>Hersen Turner & Beidel. (2007) Adult Psychopathology and Diagnosis</ref>
Ada gagasan bahwa kelumpuhan tidur ini bersifat genetik.<ref name=Sehgal>{{cite journal |last=Sehgal |first=A. |last2=Mignot|first2=E. |title=Genetics of Sleep and Sleep Disorders |journal=Cell|year=2011 |volume=146 |pages=194–207}}</ref> Penelitian terhadap sepasang anak [[kembar]] menunjukkan bahwa jika salah satunya mengalami kelumpuhan tidur, maka yang satunya lagi juga berkemungkinan mengalaminya.<ref name=Sehgal />
Beberapa faktor telah diidentifikasi sebagai hal-hal yang menyebabkan terjadinya kelumpuhan tidur. Faktor ini termasuk [[insomnia]] dan kurang tidur, jadwal tidur yang tidak teratur, tidur dengan posisi terlentang, stres, terlalu sering menggunakan stimulan, kelelahan fisik, serta penggunaan obat-obatan tertentu untuk mengobati ADHD.<ref name=Terrillon /> Tidur dalam posisi terlentang dikatakan sebagai faktor utama yang memicu terjadinya kelumpuhan tidur.<ref name=Cheynetwotwo>{{cite journal |last=Cheyne |first=J. |title=Situational factors affecting sleep paralysis and associated hallucinations: position and timing effects |journal=Journal Of Sleep Research|year=2002|volume=11 |pages=169–177}}</ref> Kelumpuhan tidur bisa juga merupakan pertanda [[narkolepsi]] (serangan tidur mendadak tanpa tanda-tanda mengantuk), apnea tidur (mendengkur), kecemasan, atau [[depresi]].
|