Keraton Banjar: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Alamnirvana (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
k Robot: Perubahan kosmetika
Baris 35:
Menurut berita dinasti Ming tahun [[1618]] menyebutkan bahwa terdapat rumah-rumah di atas air yang dikenal sebagai [[rumah Lanting]] (rumah rakit) hampir sama dengan apa yang dikatakan Valentijn. Di Banjarmasin banyak sekali rumah dan sebagian besar mempunyai dinding terbuat dari bambu (bahasa Banjar:''pelupuh'') dan sebagian dari kayu. Rumah-rumah itu besar sekali, dapat memuat [[100]] orang, yang terbagi atas kamar-kamar Rumah besar ini dihuni oleh satu keluarga dan berdiri di atas tiang yang tinggi. Menurut [[Willy]] [[kota Tatas]] (Banjarmasin) terdiri dari [[300]] buah rumah. Bentuk rumah hampir bersamaan dan antara rumah satu dengan lainnya dihubungkan dengan titian. Alat angkutan utama adalah [[jukung]] atau perahu. Selain rumah-rumah panjang di pinggir sungai terdapat lagi rumah-rumah rakit yang diikat dengan tali rotan pada pohon besar di sepanjang tepi sungai.
 
== Keraton Pemakuan ==
 
== Keraton Amuntai ==
 
== Keraton Tambangan ==
 
== Keraton Batang Banyu Mangapan ==
 
== Keraton Martapura 1623 ==
Hikayat Banjar dan Kotawaringin menyebutkan:<ref name="hikayat banjar">{{ms}}[[Johannes Jacobus Ras]], [[Hikayat Banjar]] diterjemahkan oleh Siti Hawa Salleh, Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka, Lot 1037, Mukim Perindustrian PKNS - Ampang/Hulu Kelang - [[Selangor]] Darul Ehsan, [[Malaysia]] [[1990]].</ref>
{{cquote|Marhum Panambahan hilang sepuluh hari lamanya. Dicari orang ke hulu ke hilir, ke darat ke laut, tiada dapat. Gelabah hati orang sekaliannya itu. Waktu tengah malam datang itu. Sudah siang hari itu Gadungsalat disuruh Marhum Panambahan memanggil Pangeran Mangkunagara, Pangeran Mancanagara dan [[Kiai Jayanagara]] itu. Sama datang itu, disuruh menebas segala kayu dara itu - padang itu, akan tempat masjid dan tempet pe-dalem-an, tempat alun-alun. Sudah itu maka disuruh tebas oleh Pangeran Mancanagara itu. Sudah itu masjid yang dipindah itu. Sudah jadi masjid itu, pada waktu hari Jumaat itu Marhum Panambahan sembahyang, sekaliannya menteri-menteri dan para raden dan Pangeran Mangkunagara, Pangeran Mancanagara, Dipati Ngganding sama sembahyang itu. Sudah itu pangandika Marhum Panambahan: "Sadanglah aku sepuluh hari mengelilingi alkah Banjarmasih ini tiada yang baik akan tempet negeri, hanya tanah rabat padang ini. Baik, bertuah, jika ada orang hendak mengalahkan tiada kalah dahulunya. Dengan patulung Allah serta berkat syafa'at Nabi Muhammad Rasul Allah itu sukar tempat seteru mendatangi, karena tempat negeri ini baik tapak udar naganya itu lawan muhara-halangan itu. Negeri ini aku namai Martapura. Maka anak cucuku atau buyutku menjadi raja tetap ia di Martapura ini insya-Allah Ta'ala sempurna kerajaannya. Maka lamun ia meninggal Martapura ini diam kepada tempat lain insya-Allah Ta'ala kepada rasaku binasa kerajaannya; haru-hara itu tiada keruan. Banyak tiada tersebutkan.