Haji Misbach: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Paman.dio (bicara | kontrib)
HsfBot (bicara | kontrib)
k clean up, replaced: nasehat → nasihat, removed stub tag using AWB
Baris 31:
Perpecahan kelompok Islam di Surakarta dipicu artikel [[Djojosoediro]] di surat kabar [[Djawi Hisworo]], yang mana pemimpin redaksinya adalah [[Martodharsono]]. Pada saat itu, [[Djojosoediro]], atas persetujuan dan dorongan dari Martodharsono, menulis:
 
''“Ah seperti pegoeron (tempat beladjar ilmoe). Saja boekan goeroe, tjoemah bertjeritera atau memberi nasehatnasihat, keboetoelan sekarang ada waktoenja. Maka baiklah sekarang sadja. Adapon fatsal (selamatan) hoendjoek makanan itoe tidak perloe pakai nasi woedoek dengan ajam tjengoek brendel. SEBAB GOESTI KANDJENG NABI RASOEL ITOE MINOEM TJIOE A.V.H. DAN MINOEM MADAT, KADANG KLE’LE’T DJOEGA SOEKA. Perloe apakah mentjari barang jang tidak ada. Maskipon ada banjak nasi woedoek, kalau tidak ada tjioe dan tjandoe tentoelah pajah sekali.”''
 
Umat Islam, terutama di Surakarta, gempar dengan tulisan tersebut. Sebagian besar menganggap bahwa tulisan tersebut merupakan pelecehan terhadap nabi [[Muhammad]] dan umat Islam. [[Sarekat Islam]], sebagai organisasi Islam terbesar kala itu, merasa wajib untuk melakukan pembelaan. Untuk itu, pada awal Februari [[1918]], [[Tjokroaminoto]] telah membentuk apa yang disebut [[Tentara Kandjeng Nabi Mohammad]] (TKNM) untuk “memertahankan kehormatan Islam, [[Nabi]], dan Kaum Muslimin”.
Baris 109:
[[Kategori:Tokoh komunis Indonesia]]
[[Kategori:Komunis]]
 
 
{{Indonesia-bio-stub}}