Bahan bakar etanol: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Clean up, replaced: resiko → risiko using AWB
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (- tapi + tetapi)
Baris 65:
[[Berkas:Ethanol plant.jpg|thumb|right|Pabrik etanol di [[Burlington, Iowa]] ]]
[[Berkas:UsinaSantaElisa.jpg|thumb|right|Pabrik etanol di Sertãozinho, Brazil.]]
Jika etanol ingin digunakan sebagai bahan bakar, maka sebagian besar kandungan airnya harus dihilangkan dengan cara [[distilasi]]. Tingkat kemurnian etanol setelah didistilasi masih sekitar 95-96%. (masih ada kandungan airnya 3-4%). Campuran ini dinamakan etanol hidrat dan bisa digunakan sebagai bahan bakar, tapitetapi tidak bisa dicampur sama sekali dengan bensin. Jadi, biasanya kandungan air dalam etanol hidrat dibuang habis terlebih dahulu dengan pengolahan lainnya sehingga baru bisa dicampurkan dengan bensin.<ref name=DSATC>{{cite web|url=http://www.epiphergy.com/uploads/Brazil_Hydrous_Ethanol.pdf |title= Gasoline C made with Hydrous Ethanol in Brazil |date=2008-07-30|publisher=Delphi South America Technical Center – Brazil}}</ref>
 
=== Dehidrasi ===
Baris 83:
Etanol bersifat [[higroskopis]], yang artinya etanol akan menyerap uap air langsung dari atmosfer. Karena menyerap air akan mengencerkan nilai bahan bakar etanol (dan juga akan menimbulkan ''knocking'' pada mesin), maka dalam pengepakannya, bahan bakar etanol harus ditutup rapat. Karena etanol dengan amat mudah bercampur dengan air, maka etanol tidak dapat didistribusikan dengan pipa yang lebih efisien dan modern.<ref>W. Horn and F. Krupp. Earth: The Sequel: The Race to Reinvent Energy and Stop Global Warming. 2006, 85</ref> Para teknisi sekarang juga melihat dampak yang ditimbulkan karena adanya kandungan air dalam etanol yang menyebabkan kerusakan pada mesin-mesin kecil, terutama pada karburatornya.<ref>[http://www.msnbc.msn.com/id/25936782/ Mechanics see ethanol damaging small engines], msnbc.com, 8 January 2008</ref>
 
Sebuah studi yang dilakukan oleh [[Massachusetts Institute of Technology|MIT]] pada tahun 2004<ref>{{cite web|url=http://www.psfc.mit.edu/library1/catalog/reports/2000/06ja/06ja016/06ja016_full.pdf |title=Microsoft Word - Direct_Injection_03=08=05_1.doc |format=PDF |date= |accessdate=27 August 2011}}</ref> dan sebuah ''paper'' yang dipublikasika oleh ''Society of Automotive Engineers''<ref>{{cite web|url=http://www.sae.org/technical/papers/2000-01-2902 |title=SAE Paper 2001-01-2901 |publisher=Sae.org |date=16 October 2000 |accessdate=27 August 2011}}</ref> mengidentifikasikan sebuah metode yang lebih baik untuk mengeksplorasi karakteristik bahan bakar etanol daripada jika hanya mencampurkannya dengan bensin. Metode ini akan memunculkan kemungkinan bahwa alkohol nantinya akan memperbaiki efektifitas pada mobil elektrik hibrida. Perubahan ini akan menggunakan mesin 2 bahan bakar (''dual-fuel'') yaitu alkohol murni (atau azeotrop atau E85) dengan injeksi langsung turbocharger, dengan rasio kompresi tinggi, volume silinder kecil, tapitetapi menghasilkan tenaga yang sama dengan mesin yang memiliki volume silinder 2 kalinya. Setiap bahan bakar akan ditempatkan terpisah, dengan tangki alkohol yang berukuran jauh lebih kecil. Mesin berkompresi tinggi ini (yang berarti juga efisiensinya tinggi), akan menggunakan bahan bakar bensin pada kondisi daya jelajah rendah. Alkohol hanya akan diinjeksikan ke silinder ketika dibutuhkan, yaitu misalnya saat ingin berakselerasi dengan cepat. Injeksi silinder langsung ini akan meningkatkan nilai oktan etanol yang sudah tinggi sampai 130. Dari sini, penggunaan bensin serta emisi gas buang akan berkurang sampai 30%.
 
Nilai [[oktan]] etanol yang lebih tinggi meningkatkan rasio kompresi mesin dan juga meningkatkan [[efisiensi termal]].<ref name=autogenerated6 /> Dalam sebuah studi, kontrol mesin yang kompleks ditambah sirkulasi ulang pipa gas buang yang ditingkatkan bisa meningkatkan rasio kompresi sampai 19,5 dengan bahan bakarnya etanol murni sampai E50.<ref>{{cite web|url=http://www.epa.gov/otaq/presentations/epa-fev-isaf-no55.pdf|title=Economical, High-Efficiency Engine Technologies for Alcohol Fuels|author=M. Brusstar, M. Bakenhus| format=PDF| publisher=U. S. Environmental Protection Agency|accessdate=14 January 2008}}</ref> Hal ini nantinya akan menghasilkan [[ekonomi bahan bakar pada mobil|ekonomi bahan bakar]] mobil etanol sama dengan ekonomi bahan bakar mobil bensin.
 
Sejak tahun 1989 juga telah dioperasikan mesin etanol yang memakai basis dari mesin diesel di Swedia.<ref name=Scania1>[http://www.scania.com/Images/P07503EN%20New%20ethanol%20engine_tcm10-163550.pdf "Scania continues renewable fuel drive, New highly efficient diesel ethanol engine-- ready to cut fossil CO<sub>2</sub> emissions by 90%"] Scania PRESSInfo, 21 May 2007</ref> Mesin-mesin ini dipakai di bus kota, juga digunakan di truk-truk distribusi dan pengangkut sampah. Mesin ini dibuat oleh perusahaan [[Scania]], mempunyai rasio kompresi yang telah dimodifikasi dan bahan bakarnya adalah 93.6 % etanol dan 3.6 % peningkat pembakaran, dan 2.8% denaturan (bahan bakar ini disebut sebagai ED95).<ref>[http://ethanolproducer.com/article.jsp?article_id=3888 "England receives ethanol buses] Brian Warshaw, ''Ethanol Producer, 21 March 2008</ref> Adanya peningkat pembakaran memungkinkan mesin ini melakukan pembakaran seefisien dengan siklus pembakaran pada mesin diesel. Mesin-mesin ini telah digunakan di [[Britania Raya]] oleh [[Reading Transport#Penggunakan bahan bakar bio|Reading Transport]] tapitetapi penggunaan bahan bakar bioetanol saat ini akan ditutup.
 
=== Menyalakan mobil di musim dingin ===
Baris 242:
|2500–7000 L/ha,<br />270–750 g/acre
|Tidak ada data
|Produksi etanol dapat menggunakan teknologi yang ada saat ini. Tumbuh di tempat beriklim tropis dan sedang, tapitetapi hasil etanol tertinggi bisa didapat kalau ditanam di tempat tropis. Tidak dapat disimpan lama.<ref>{{cite web
|url=http://www.iwmi.cgiar.org/EWMA/files/papers/Paper%20for%20Bioenergy%20and%20water-BelumReddy.pdf|format=PDF|title=Sweet sorghum: A Water Saving BioEnergy Crop|author= Belum V S Reddy|coauthors= A Ashok Kumar and S Ramesh|publisher=International Crops Research Institute for the SemiArid Tropics|accessdate=14 January 2008}}</ref><ref>{{cite web
|url=http://www.bic.searca.org/news/2006/oct/phi/25.html|title=RP INVESTOR TO PUT UP PIONEERING SWEET SORGHUM ETHANOL PLANT|date=25 October 2006|publisher=Manila Bulletin|accessdate=14 January 2008}}</ref><ref>{{cite web|url=http://www.hort.purdue.edu/newcrop/proceedings1993/v2-394.html